Sabtu, 31 Desember 2011

Mesir Keluarkan Keputusan Melarang Diskriminasi

Katherine Weber
Kontributor Kristiani Pos

Posted: Oct. 18, 2011 15:40:09 WIB
mesir-keluarkan-keputusan-melarang-diskriminasi
Tokoh politik Mesir saat mengheningkan cipta untuk korban bentrokan sektarian, 10 Oktober 10, 2011. (Reuters/Mohamed Abd El-Ghany)
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata Mesir telah mengeluarkan keputusan akan memberikan denda kepada siapa saja yang melakukan praktek diskriminasi, termasuk diskriminasi agama, dalam upayanya mengalihkan perhatian negatif terhadap pemerintahan militer Mesir.
Keputusan itu dikeluarkan oleh Hussein Tantawi, Ketua Dewan Tertinggi Mesir Angkatan Bersenjata, Minggu.
Artikel 161 berbunyi: "Setiap orang yang melakukan tindakan apapun yang dapat menyebabkan diskriminasi agama, jenis kelamin, ras, bahasa atau diskriminasi antara individu-individu; atau melawan sekte, dipidana dengan pidana penjara setidaknya tiga bulan, dan didenda dari 30.000 EGP sampai 50.000 EGP."
Jika dikonversi sekitar Rp. 44juta - 74 juta.
Keputusan ini juga menentukan jika pegawai negeri sipil/masyarakat yang mendiskriminasikan akan dikenakan biaya £100.000 Mesir, atau sekitar Rp. 148 juta.
Meskipun bagaimanapun juga merupakan langkah maju untuk kesatuan Mesir sejak bentrokan berdarah di Kairo dua minggu lalu, umat Kristiani Koptik berpendapat bahwa ini hanyalah sebuah langkah kecil dalam perjalanan menuju toleransi beragama.
"[Keputusan] ini tidak cukup untuk meredakan ketegangan sektarian," kata Ishaq Asaad, pengacara Inisiatif Mesir untuk Hak Pribadi kepada surat kabar Daily News Mesir.
"[Ini] terbatas tapi langkah simbolik yang positif," pendapat Hafez Abu Saada, kepala Organisasi Hak Asasi Manusia Mesir.
Berbagai negara telah berbicara menentang komunitas sektarian Mesir.
Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat (USCIRF) mengeluarkan pernyataan pada Selasa, 11 Oktober, meminta "penyelidikan menyeluruh, imparsial, dan independen untuk memastikan bahwa para pelaku diadili di pengadilan sipil."
USCIRF juga minta "pasukan militer Mesir bertanggung jawab karena menggunakan kekuatan berlebihan."
Saat menanggapi kekerasan yang mungkin akan terjadi lagi, menteri luar negeri Jerman, Guido Westerwelle, berkomentar: "Sudah waktunya kepemimpinan Mesir memahami pentingnya pluralitas agama dan toleransi."
Umat yang berduka menyalahkan tentara Mesir untuk angka kematian yang tinggi, 27 orang, beragumen demo Kristiani benar-benar damai sampai militer mulai bertindak keras. Dilaporkan dalam bentrokan terlihat ekstremis Islam bergabung dengan serangan terhadap orang Kristiani, dan bahkan melihat sebuah kendaraan militer menerobos langsung ke kerumunan demonstran.
Beberapa aktivis hak asasi manusia melaporkan personil militer menembak langsung ke kerumunan demonstran.
Kekerasan meletus di Kairo dua minggu lalu ketika orang Kristiani berkumpul untuk memprotes pembakaran sebuah gereja Koptik di Aswan Selatan yang berlangsung pada 30 September. Pembakaran dilakukan diduga dilakukan oleh garis keras Muslim setempat yang mengklaim gereja tidak memiliki izin untuk pembangunan kubah.
Umat Kristiani menuduh baik televisi negara dan militer membuat demonstran damai Kristiani tampak seperti agresor.
Pemimpin militer Mesir mengadakan konferensi darurat dengan para pemimpin Kristen pada Senin 10 Oktober untuk membahas perdamaian dan kompromi.
Negara-negara yang prihatin setuju pemilu mendatang di Mesir penting untuk masa depan negara itu, terutama bagi mereka yang mempraktekkan ke-Kristenan di Mesir.
Menurut laporan, pengadilan militer yang saat ini menjalankan pemerintahan mengklaim akan mundur setelah pemilihan mencalonkan pemimpin baru.
Umat Kristiani berjumlah sekitar 10 persen dari 80 juta populasi Mesir. Selama beberapa bulan terakhir, mereka cemas akan masa depan mereka di negara itu, karena kelompok Islam bawah tanah yang masih aktif atau tidak aktif selama pemerintahan presiden Hosni Mubarak yang telah digulingkan, menjadi lebih aktif secara sosial dan politik setelah jatuhnya rezim dalam "Revolusi 25 Januari."

Aktor Hollywood Chris Carberg Atasi Kecanduan dan Menemukan Tuhan

Eryn Sun
Koresponden Kristiani Pos

Posted: Oct. 18, 2011 16:53:40 WIB
aktor-hollywood-chris-carberg-atasi-kecanduan-dan-menemukan-tuhan(Foto: Chris Carberg)
Mungkin ini kisah familiar. Seorang aktor Hollywood kecanduan narkoba, masuk rehab, menemukan Tuhan, dan mengubah kehidupannya.
Namun kali ini, kisah itu tidak berakhir begitu saja.
Bagi Chris Carberg, sekarang CEO sebuah situs Kristiani bernama Holypop.com, menemukan Tuhan hanya awal dari hidup yang baru, bertransformasi, hidup yang tidak akan pernah sama lagi.
Sebelum menjadi orang percaya yang saleh, Carberg, dikenal untuk perannya di film “Kill Zone” dan “Sydney White,” berjuang melawan kecanduan parah terhadap pil penenang, yang sangat familiar bagi banyak aspiran Hollywood.
Dengan kesuksesan sebagai aktor, produser dan penulis naskah, timbul nafsu yang semakin meningkat dan ketergantungan terhadap pil-pil resep dan penenang, yang awalnya digunakan untuk meredakan sakit kepala dan migrean yang ia miliki.
“Kecanduan saya sebagian besar dikarenakan kurangnya citra diri yang kuat," kata pria berusia 28 tahun itu.
“Suatu saat saya minum dua pil sekaligus dan saya merasakan ketenangan yang tidak pernah saya rasakan. Dari situ tinggal pesan pil-pil secara online, menabrak kebuntuan, terus membutuhkan dan kemudian keluar kontrol."
Kecanduan yang ia rahasiakan akhirnya menyebabkan Carberg pingsan di sebuah cabang toko fotokopi Kinkos di Orlando jam 3 pagi karena overdosis.
Polisi yang datang ke tempat kejadian menemukan Carberg dan menggeledah mobilnya, dan menemukan sebuah tas besar di bagasi penuh dengan seluruh botol obat yang pernah ia miliki, yang dulunya (bagaikan) "kerbau emas, trofi, dan berhala" baginya.
Berkat bantuan Petugas Voyles, seorang polisi yang belum berhasil ia temukan sejak hari naas itu, Carberg selamat dan menjalani program detoks kemudian masuk ke sebuah klinik rehabilitasi di Florida.
Setelah detoks, rehab dan pertemuan 12 kali untuk memulihkan dirinya, Carberg mulai merasa ada sesuatu yang masih hilang, dan itu bukanlah pil. Ia merindukan sebuah hubungan, dan bukan hanya hubungan biasa, namun dengan Tuhan. Tuhan yang sering ia dengar tapi tidak benar-benar kenal.
Meski Carberg dibesarkan secara Katolik, namun sampai saat itu ia menyebut dirinya seorang agnostik.
Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang ia karakterisasikan sebagai "agama terorganisir yang munafik." Dia tidak suka dengan pengikut ke-Kristenan yang ia rasakan tertulah dengan kemunafikan, diantaranya pendeta yang berselingkuh dan pastor yang melakukan penganiayaan seksual.
Namun rasa penasaran akan Tuhan membuatnya mengunjungi sebuah gereja di Florida dimana seorang pendeta mengatakan sesuatu yang tidak pernah ia lupakan.
“Di Gereja Aloma, Pendeta Anthony George mengajarkan saya bahwa meski ada banyak utusan palsu, Tuhan dan pesannya tidak pernah berubah," katar Carberg. "Saya perlu mendengar ini."
“Setelah itu, saya melompat ke kecanduan sehat pertama saya yang pertama. Saya membaca Alkitab dari awal sampai habis, dan mempelajari seluruh hal tentang Yesus saya. Saya ingin menyerahkan hidup dan talenta saya untuk Yesus."
Dulu menganggap Tuhan "hanya bisa ditakuti dan tidak bisa berbicara dengan kasih sayang," Carberg akhirnya bisa melihat siapa Tuhan sebenarnya - Abba Bapa - dan membuka hubungan yang baru dan personal dengan Dia.
Membuat pondasi di atas Firman dan bukan tradisi, ritualisme, atau apa yang ia sebut sebagai emosionalisme, penulis “Kill Zone” itu meninggalkan kefanaan keagamaan yang korup dan akhirnya masuk ke dalam hubungan yang dalam dan bermakna dengan Tuhan.
“Semuanya dimulai dari Alkitab," kata Carberg. "Setiap dan seluruh ayat di Alkitab mengandung nilai, kebenaran, dan dikodei dengan pelajaran-pelajaran inspirasi, makna dan hikmat yang hanya bisa diberikan oleh Roh Kudus."
“Saat anda membaca Alkitab, dan mengerti, anda akan berubah. Anda bukan orang yang sama karena Alkitab, saat anda baca dan mengerti, akan merubah anda. Anda tidak bisa menjadi orang yang sama karena norma-norma sosial dan budaya terbalik. Alkitab adalah buku yang paling kontroversial dalam sejarah karena menolak apa yang kita sebagai manusia berdosa ingin percaya."
Berharap dapat menuntun orang lain kepada Firman Allah yang menantang dan mengubah hidupnya sendiri, Carberg mendirikan Holypop.com, sebuah komunitas pendidikan bagi orang percaya dan skeptis, pada tahun 2009, untuk dapat mengerti Alkitab.
Sekarang, hanya enam tahun setelah pengalaman overdosis di Kinkos, Carberg menjalankan salah satu sumber Kristiani terbesar di dunia maya, yang ingin memfasilitasi hubungan, bukan agama, dengan Firman.
"Ini waktu terbaik untuk memiliki iman," katanya. "Internet memberi kita kesempatan untuk mengakses data lebih cepat dari sebelumnya. Injil menjadi viral, dan sekarang melakukannya dengan cara lain. Holypop membantu studi Alkitab menjadi digital."
Situsnya tidak hanya menyediakan terjemahan Alkitab secara online, tetapi juga konten gratis yang membantu pengguna "mendapatkan pengalaman studi Alkitab penuh di satu tempat."
"Kami memiliki konten dari Dr Elmer Towns, Dr Jerry Falwell, Dr Harold Wilmington, Scott Basham, dan banyak lagi. Kami menggunakan semua konten yang mudah dicerna namun bekerja secara erat dengan Alkitab. Setiap ayat Alkitab terkait dengan komentar pelengkap, kamus Ibrani/Yunani dan konkordansi paralel," Carberg menjelaskan.
"Apa yang membuat Holypop begitu istimewa adalah pendekatan baru. Kami sedang membangun salah satu database pemikiran Kristiani terbesar di dunia maya dengan teknologi modern. Situs baru kami (yang akan diluncurkan segera) ditargetkan untuk anak muda dan memberi mereka makan ajaran iman yang akan membangun generasi yang lebih kuat. "
"Tim saya tidak ingin membuat sebuah website tentang teologi lama (bukannya ada yang dengan itu)," tambahnya. "Holypop berbicara tentang kehidupan iman sehari-hari, dan kami berharap itu akan menghubungkan anak muda di seluruh dunia seperti yang telah kita lakukan lewat media sosial."
Dibuat untuk 'orang-orang berdosa', katanya, situs dirancang untuk membantu orang lebih dekat dengan kebenaran Kristus.
"Saya berpikir bahwa ketika kita mencoba untuk membantu 'orang berdosa' daripada terpaku ke orang Kristiani atau non-Kristiani, anda dapat pergi lebih jauh, dan tidak meninggalkan seseorang pun di luar. Orang itu penting, orang itu adalah saya enam tahun lalu," katanya.
Fokus pada tumbuh dan berkembang Holypop.com, Carberg mengatakan dia belum selesai dengan Hollywood.
Ia berencana untuk menciptakan film iman dalam waktu dekat, dengan menulis sebuah naskah berjudul "Tembakan Terakhir," sebuah drama bola basket.
Tapi sampai terlaksana, Holypop tetap proyek utama, berdoa Tuhan menggunakan situs itu untuk memberkati orang sebanyak mungkin.
Sejak diluncurkan penuh awal tahun ini, Holypop berkembang dengan cepat, dengan 25.000 kunjungan dan hampir 100.000 jumlah kunjungan pada halaman. Juga, mempunyai 10.000 pengikut di Twitter dan Facebook.

Kamis, 29 Desember 2011

Steve Jobs Dipuji untuk Pengaruhnya bagi Kristiani & Penginjilan

Eryn Sun
Koresponden Kristiani Pos

Posted: Oct. 10, 2011 13:04:14 WIB
steve-jobs-dipuji-untuk-pengaruhnya-bagi-kristiani-penginjilan
Bunga-bunga yang ditaruh untuk memperingati pendiri Apple Steve Jobs, terlihat di luar sebuah toko Apple di Sydney, Australia, 6 Oktober 2011. Pendiri dan mantan CEO Apple, yang dinilai sebagai salah satu CEO Amerika terhebat di jamannya itu, meninggal dunia pada 5 Oktober 2011 pada usia 56, setelah perjuangannya bertahun-tahun melawan kanker dan penyakit lainnya. (Foto: REUTERS/ REUTERS/Daniel Munoz)

Steve Jobs akan diingat untuk banyak hal, termasuk kreatifitasnya yang jenius, inovasi canggih, dan banyaknya kontribusi untuk dunia teknologi, namun akankah dia juga dikenang karena iman Kristianinya?
Niscaya tidak. Orang tahu Jobs adalah seorang Buddhist. Namun, banyak tokoh Kristiani, teolog dan pendeta memuji Jobs untuk peran kritisnya dalam memajukan keinginan Kristus dan Tugas Agung (Great Commission).
Dr. Michael A. Milton, dekan Seminari Reformed Theological (RTS) di Amerika Serikat, dalam pernyataannya Kamis lalu, mengaitkan pendiri Apple itu dengan Tugas Agung.
"Kami di RTS akan mengingat kontribusi [Jobs] dan kontribusi perusahaannya, Apple Computer, yang menjadi kolaborator penting dalam pelaksanaan Tugas Agung dari Yesus Kristus.
"Kedengarannya seperti sekutu yang aneh bukan?" aku Milton.
"Namun ini seperti Tuhan yang membesarkan sebuah Kekaisaran, Kekaisaran Roma, yang menghubungkan kota-kota dan daerah-daerah yang jauh dengan pemerintahan mereka yang efisien, dan melahirkan 'jalan tol super' pada jamannya, dan membolehkan Rasul Paulus dan tak terhitung banyaknya murid Yesus Kristus melewati jalan-jalan tersebut, dan membawa pesan harapan dan kebebasan Kristus sampai ke ujung dunia."
"Saya akan mengingat warisan Steve Jobs dalam cara yang mungkin dia tidak pernah kira, sebagai pendiri dari sebuah kerajaan yang menghubungkan dunia sehingga dapat membawa Kristus ke mereka yang tidak pernah mendengar-Nya."
Tanpa menilai, dekan itu juga bersyukur akan Jobs dan keluarganya "kepada Allah yang rahmat dan kasih-Nya lebih besar dan lebih luas daripada yang bisa kita bayangkan."
"Sesuai kasih karunia Allah, Ia menggunakan inovasi dan kreatifitas pria ini untuk membangun sebuah Jalan Roma yang baru untuk dunia - sebuah jalan yang melalui ekstrimitas dunia yang masih dicengkeram tiran-tiran lalim dan diktator, kemiskinan dan belenggu radikalisme relijius," tambah Milton.
Tokoh Reformed itu mencontohkan iTunes, iPads dan iPhones sebagai alat yang digunakan untuk menyebarkan Injil.
"Di Seminari Reformed Theological, pengajaran di kelas-kelas kami, kuliah yang sama oleh profesor yang sama, dan juga kotbah dan pengajaran dari beberapa pendeta terpenting di generasi kita, diunduh komputer-komputer Mac, dan tentu saja PC, dan juga iPad dan iPhone di seluruh dunia."
Sekitar lima juta sumber-sumber ini, menurut laporan Apple yang diberikan kepada seminari tersebut, berada di "tas-tas buku elektronik" orang percaya, pencari, pendeta dan calon-calon pendeta di seluruh dunia.
Melalui teknologi Apple, Injil telah sampai ke tempat-tempat yang menurutnya paling bermusuhan di penjuru dunia dan juga ke tempat-tempat ideologi yang paling bermusuhan di dunia sekuler Barat.
"Dibalik kreatifitas Steve Jobs adalah Tuhan yang menggunakan segala cara untuk mencapai Kehendak-Nya."
"Jadi saya berterima kasih kepada Tuhan untuk hidup Steve Jobs," kata Milton.
"[Kantor] The Associated Press memberitakan, 'Steve Jobs melihat masa depan dan menuntun dunia kesana.' Mungkin ini secara abadi lebih benar dari apa yang Steve Jobs dapat sadari atau percayai."
Ed Stetzer, presiden dari lembaga LifeWay Research, juga berterimakasih kepada Tuhan atas Jobs, seorang pria yang ia percayai telah mengubah dunia, dan merefleksikan tahun-tahun terakhir Jobs saat kesehatannya terus menurun dalam perjuangannya melawan kanker pankreas.
"Dia lebih dari seorang penemu. Dia juga seorang tokoh publik - dan hanya beberapa orang yang hidup di mata publik seperti Steve," kata Stetzer dalam blognya Rabu lalu.
"Menyaksikan kesehatannya beberapa tahun terakhir mengingatkan kita akan kematian kita sendiri - dan Steve sendiri berpikir bahwa kematian adalah hal yang baik untuk kita pikirkan."
Mengacu pada pidato Jobs di Universitas Stanford pada tahun 2005, saat dia membicarakan perjuangannya dengan kanker, Stetzer memuji perspektif Jobs tentang kematian.
"Kematian mungkin temuan terbaik dari Kehidupan. Itu adalah agen perubah Kehidupan," kata Jobs kepada mahasiswa Stanford. "Kematian menutup jalan yang lama untuk membuka jalan yang baru. Sekarang hal yang baru adalah kalian, namun suatu saat tidak jauh dari sekarang, kalian perlahan-lahan akan menjadi tua dan ditutup. Maaf saya dramatis, tapi ini cukup benar."
Presiden LifeWay ini merasa pidato itu sangat biblikal karena melihat kehidupan yang fana.
"Saya tidak tahu situasi rohani Steve, tapi yang saya tahu bahwa setiap dari kita harus hidup di dalam terang kekekalan. Steve meninggal hari ini. Saya mungkin besok. Semoga saya hidup dalam kenyataan ini - bahwa hidup adalah fana dan hidup abadi adalah karunia bagi semua orang yang hidup baru di dalam Kristus."
Meski nampaknya tidak mungkin Jobs menyadari pengaruhnya untuk dunia Kristiani, rasa terimakasih dan syukur dari umat percaya dari penjuru dunia memberikan kesaksian atas warisannya.

Proyek 'Three Faiths' di AS, Masjid, Gereja dan Sinagoga Dibangun di Satu Kompleks


OMAHA, AS - Tak lama lagi, akan berdiri kuil sinagoga, masjid dan gereja yang terletak dalam satu kompleks lokasi di Amerika. Upaya ini dibuat untuk memfasilitasi ketiga agama atau tri iman yang dibawa oleh nabi Ibrahim, ayah para Nabi.

"Pembangunan ini unik karena ketiga rumah peribadahan sengaja dibangun dalam satu lingkungan," ujar juru bicara proyek three faith (tiga iman), Vic Gutman. Dari pembangunan ini, diharapkan masing-masing pemeluk agama bisa belajar satu sama lain. Selain itu, ia juga berharap upaya ini bisa dicontoh oleh orang-orang lain di seluruh dunia.

Proyek kerukunan 'tiga iman' ini merupakan yang pertama di dunia. Proyek yang akan dibuat, rencananya terdiri dari tiga lokasi yaitu Pusat studi dan budaya Islam (termasuk masjid), Candi Israel dan Keuskupan Episkopal Nebraska (termasuk gereja).

Diantara tiga lokasi nanti akan ada satu ruang besar yang bisa digunakan jika ada acara bersama dan pertemuan. "Visi kami adalah untuk membangun jembatan rasa saling menghormati, penerimaan dan kepercayaan, untuk menantang stereotip, untuk melawan pengaruh ketakutan dan kesalahpahaman," kata Gutman.

Bangunan ini nantinya juga akan terdiri dari auditorium, ruang rapat, ruang ceramah, simposium, kedai kopi dan ruang berkumpul, dapur dan fasilitas makan dan ruang untuk pameran.

Proyek yang didanai swasta ini akan menelan biaya hampir 50 juta Dolar. Batu pertama akan diletakkan pada musim gugur tahun 2013.

Masing-masing perwakilan agama memuji upaya tersebut sebagai hal yang positif. "Kami percaya pada apa yang telah diwahyukan kepada kami dan apa yang telah diwahyukan kepadamu (Yahudi dan Kristen) Tuhan kami dan Tuhanmu adalah sama," ujar Presiden pusat pendidikan Islam, Dr Syed M. Mohiuddin.

Presiden Candi Israel, John Lehr juga menyambut lingkungan multi iman yang baru. Tim Anderson, pemuka agama Kristen mendukung adanya proyek tri iman ini. "Kami sekarang akan memiliki kesempatan untuk menjalani hidup bertetangga dengan Yahudi dan Muslim," ujar Anderson.(MWP)



sumber:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/11/12/28/lwwezt-proyek-three-faiths-di-as-masjid-gereja-dan-sinagoga-dibangun-di-satu-kompleks

Membangun Keluarga Memajukan Gereja

DALAM sejarah perkembangan kekristenan, kita menemukan bahwa gereja perdana bermula dari sebuah perkumpulan rumah tangga. Ketika itu belum ada gedung gereja. Orang berkumpul di rumah-rumah, maka disebut pula jemaat rumah (lihat Roma 16:5). Rumah bukan hanya tempat untuk berkumpul, tapi dalam rumah itu ada keluarga yang membentuk persekutuan berdoa dan belajar. Selain tuan rumah, hadir pula orang-orang yang bekerja di rumah itu, para tetangga dan sanak keluarga lainnya. Intinya adalah keluarga itu sendiri yaitu orang tua dan anak-anak mereka. Siapa yang memimpin dan mengajar persekutuan itu? Ayah dalam keluarga itulah yang memimpin. Hal ini meneruskan kebiasaan keluarga Yahudi, di mana seorang ayah memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya.



Pada waktu itu belum ada kelas katekisasi seperti yang kita kenal sekarang. Keluargalah yang menjadi kelas katekisasi. Anak-anak belajar katekisasi di rumah mereka. Gurunya adalah ayah dan ibu mereka sendiri. Kehidupan keluarga sehari-hari dijadikan kelas katekisasi. Dengan demikian ayah dan ibu memiliki peranan penting dalam pendidikan iman. Ayah dan ibu menjadi ''guru dan pendeta'' bagi anak-anaknya. Keluarga menjadi wadah utama pendidikan agama. Persekutuan keluarga tersebut juga menjadi wadah bagi orang-orang yang belum Kristen untuk mengenal pokok-pokok dasar ajaran Kristen. Dengan demikian keluarga menjadi sebuah gereja kecil.

Sejarah menunjukkan kepada kita bahwa keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan gereja. Kekristenan berkembang mulai dari gereja dalam keluarga. Dalam rangka mengingatkan kembali betapa pentingnya kehidupan keluarga dalam perkembangan gereja, maka diadakanlah masa penghayatan khusus yang disebut bulan keluarga.

Bagaimanakah identitas keluarga sebagai ''gereja kecil''? Sama seperti hakikat gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia, demikian pulalah hakikat keluarga sebagai sebuah gereja kecil. Dalam penghayatan sebagai gereja kecil, keluarga Kristen seharusnya memiliki identitas. Pertama, melakukan kehendak Allah. Keluarga sebagai gereja kecil memiliki identitas melakukan kehendak Allah, yaitu dengan mendengarkan Firman Allah dan melakukannya. Identitas keluarga yang melakukan kehendak Allah penting untuk dihayati, teristimewa dalam menyikapi perubahan-perubahan zaman. Firman Allah menjadi dasar dalam menyikapi pelbagai tuntutan perubahan. Dalam rangka melakukan kehendak Allah, keluarga perlu membangun kedekatan relasi dengan Tuhan dan sesama.

Keluarga yang melakukan kehendak Allah juga bisa dilihat perwujudannya antara lain dalam komunikasi satu dengan yang lain serta solidaritas. Jika dalam keluarga tidak terjadi komunikasi yang baik, biasanya akan mudah muncul kesalahpahaman, saling mencurigai dan tidak mempercayai hingga terjadilah konflik yang berkepanjangan. Dengan demikian keluarga sebagai gereja kecil yang melakukan kehendak Allah perlu menerjemahkan kehendak Allah dalam komunikasi yang penuh kasih dan membangun, sehingga tercipta suasana hidup bersama yang akrab dan rukun. Dengan hidup dalam kehendak Allah, maka tiap anggota dapat saling memahami dan menghargai. Satu dengan yang lain akan dapat merendahkan hati, menempatkan kepentingan orang lain lebih utama daripada kepentingannya sendiri, sehingga semakin hari semakin menyerupai kehidupan Kristus (Filipi 2:1-8).

Dalam rangka melakukan kehendak Allah, maka penting pula keluarga membangun solidaritas satu dengan yang lain. Solidaritas itu tampak dalam segala peristiwa yang menggembirakan atau menyedihkan. Solidaritas terungkap antara lain dalam sikap empati dan murah hati. Hal ini bukan saja merupakan sikap kepada sesama anggota keluarga tapi juga berkembang dalam solidaritas kepada semua orang dalam rangka membangun persaudaraan sejati. Persaudaraan sejati adalah wujud pelaksanaan perintah mengasihi Tuhan dan sesama (Matius 22:34-40).

Keluarga Kristen yang otentik adalah keluarga yang membuka diri dengan penuh cinta kasih dan komitmen baik kepada masyarakat maupun gereja. Dengan demikian, kehangatan kasih dan persaudaraan bukan hanya untuk anggota keluarga tapi juga bagi masyarakat sekitarnya. Ini berarti keluarga tidak membangun persekutuan yang eksklusif tapi sebuah persekutuan yang inklusif. Dalam hal ini keluarga terbuka untuk siapa saja yang ingin melakukan kehendak Allah. Keterbukaan mau menerima dan menghargai siapa saja terwujud pula dalam penerimaan, penghargaan bahkan dialog dan kerja sama dengan keluarga-keluarga lain yang ada di masyarakat yang memiliki iktikad baik untuk melakukan kehendak Allah dalam membangun dunia atau masyarakat menuju masa depan yang lebih baik, penuh damai dan sejahtera.

Kedua, berkumpul dan menyebar. Dalam melakukan kehendak Allah, keluarga berada di tengah masyarakat yang sedang mengalami gejolak perubahan zaman yang pesat. Perubahan-perubahan zaman ini dapat digambarkan seperti persekutuan para murid yang berkumpul sebagai satu keluarga bersama Yesus. Dalam persekutuan itu para murid menikmati kedamaian dan kenyamanan hidup dekat dengan Sang Guru namun sewaktu-waktu juga menghadapi tantangan-tantangan dan kesulitan bahkan ada saatnya mereka harus meninggalkan kenyamanan persekutuan untuk menyebar dalam karya melakukan perintah Sang Guru (Matius 10:5-15). Mereka diutus untuk masuk dalam kehidupan masyarakat, memberitakan kerajaan sorga yang membawa kesembuhan, kebangkitan, pemulihan dan kedamaian. Mereka diutus untuk berkarya dalam masyarakat yang sedang menghadapi pelbagai persoalan. Mereka mengalami banyak tantangan dan kesulitan bahkan penolakan di perjalanan, namun tak menghentikan karya membawa kabar baik bagi dunia dan melayani orang lain.

Dalam gambaran kehidupan para murid ini ada dinamika kehidupan yang berkumpul dan menyebar. Hal ini memberikan inspirasi pada dinamika kehidupan keluarga yang berkumpul dan menyebar di dunia. Dalam panggilannya untuk melakukan kehendak Allah, keluarga dipanggil untuk bersekutu dengan Allah namun juga siap menyebar menjadi pelayan masyarakat, menunjukkan kasihnya pada sesama, menjadi garam dan terang dunia (Matius 22:37-39).

Ketiga, solider pada yang lemah. Keluarga tidak bisa dipisahkan dari tanggung jawab untuk hidup solider terhadap mereka yang lemah. Solidaritas bukan hanya bagi anggota keluarga yang lemah tapi juga semua kaum lemah di tengah masyarakat. Inilah keluarga yang menyatu dengan sesama. Kalau kita melihat kehidupan Yesus Kristus, maka kita melihat bahwa Kristus senantiasa memberikan perhatian dan pelayanannya kepada mereka yang lemah.

Penghayatan identitas keluarga sebagai gereja kecil mestinya menyatu dalam kehidupan keluarga Kristen. Dalam bulan keluarga, kita diingatkan akan hal itu. Jadi penghayatan mendasar dalam bulan keluarga sebenarnya bukanlah sekadar senang membuat atau mengikuti rangkaian acara lomba, seminar dan bazar melainkan bagaimana gereja memampukan keluarga-keluarga Kristen hidup sebagai gereja kecil atau sebaliknya bagaimana keluarga menghayati hakikatnya sebagai gereja kecil. Acara-acara yang diadakan dalam bulan keluarga mestinya memberikan semangat baru bagi kita untuk membangun keluarga menjadi persekutuan gereja yang hidup.

Jika keluarga kita terbangun dengan baik, maka gereja pun akan maju dengan pesat serta menjadi berkat bagi masyarakat. Itulah hubungan yang erat antara keluarga dan gereja. Keluarga adalah gereja kecil dan gereja adalah keluarga besar.

Pemerintah AS Berencana Bikin Bahtera Nuh


Petersburgh – Kementerian di balik Creation Museum Kentucky, Amerika Serikat (AS) mengaku berencana membuat replika Bahtera Nuh. Bahtera ini diklaim selesai pada 2014.

Kelompok yang menamakan diri Answer in Genesis ini mengaku berencana membuat tim pembangun untuk menciptakan bahtera dari kayu di Petersburgh. Bahtera sepanjang 150 meter dan tinggi 25 meter ini dibuat untuk mereka ulang cara pembuatannya.

Presiden, CEO dan pendiri Answer in Genesis Ken Ham mengatakan, bahtera ini akan menjadi pusat taman dan akan memberi pandangan pada pengunjung mengenai ‘aspek geologis banjir’.

Kelompok ini mengaku telah mendapat dana US$3,7 juta (Rp31,7 miliar) dari total dana US$24,5 juta (Rp210 miliar) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek bahtera ini seperti ditulis UPI. [MWP]



sumber:
http://teknologi.inilah.com/read/detail/1767321/pemerintah-as-berencana-bikin-bahtera-nuh