PEMBANGUNAN BAIT ALLAH KETIGA
ISU pembangunan bait Allah ketiga memang sangat santer. Kelompok
pendukungnya juga tak sedikit. Dan Israel sebagai kota tempat
pembangunan menjadi sorot utama, dan selalu ramai dengan berbagai
seminar dari kalangan ini. Sejatinya, isu ini lebih kental bernuansa
Judaistik ketimbang kristiani. Tapi fanatisme berat soal Israel sebagai
bangsa pilihan yang harus diberkati, tak boleh dicela, menjadi sangat
berpengaruh bagi kelompok ini. Isu yang mereka angkat, dalam berbagai
segmen, seakan menyatu dengan isu Israel. Ringkasnya, Israel masa kini
menjadi pusat perhatian mereka, ketimbang Alkitab itu sendiri. Isu
Alkitab pun dipaksakan sejalan dengan isu Israel, sehingga muncullah
berbagai tafsir yang sulit dipahami ujung pangkalnya secara sehat.
Soal
Bait Allah, sangatlah jelas sejarahnya. Sejak Israel meninggalkan Mesir
sebagai orang merdeka, dan berjalan menuju Tanah Perjanjian, konsep
Bait Allah sudah ada. Allah sendiri telah memerintahkan Musa untuk
membuat kemah suci. Sebelumnya dikenal apa yang disebut sebagai kemah
pertemuan (Keluaran 33), yakni suatu simbol tempat pertemuan sementara
antara Allah dan umat-Nya. Kemah Suci (Keluaran 26) yang berarti tempat
kudus, adalah tenda besar yang dapat dibongkar pasang, dan berpindah
seturut perjalanan Israel. Konsep ini terus berlanjut, bahkan ketika
Israel sudah tiba di Tanah Perjanjian. Di masa Yosua kemah ini ada di
Silo. Ini terus berlanjut hingga era hakim-hakim. Di masa Samuel, di era
kerajaan, dengan raja pertama yaitu Saul, kemah ini diletakkan di Nob
(1 Samuel 21). Lalu di kemudia hari berada di Gibeon (1 Tawarikh 16:39).
Dan, pada akhirnya, tenda ini ditempatkan oleh Salomo di bait Suci yang
kelak didirikan olehnya.
Kisah pembangunan bait suci sendiri,
dimulai dari kesadaran sekaligus kerinduan Daud untuk membangun yang
permanen, mengingat mereka telah menjadi kerajaan yang stabil (1
Tawarikh 17:1-15). Namun, kerinduan itu tak bisa diwujudkan karena
tangan Daud yang dikatakan berlumuran darah (1Tawarikh 22: 8, yang bisa
diartikan, masih harus berperang). Namun, keturunannya kelak akan
memulai pembangunan (kerajaan sudah aman sepenuhnya). Kita tahu Salomo
menjadi keturunan Daud yang naik menjadi raja, dan membangun bait suci
selama kurang lebih empat puluh enam tahun (Yohanes 2: 20). Daud telah
mempersiapkan segala sesuatunya sebelum Salomo menyelesaikan pembangunan
fisik bangunan. Tanah lokasi pembangunan bait suci, bahan bangunan,
hingga berbagai peralatan lainnya yang dibutuhkan (1 Tawarikh 21, 22).
Setelah persiapan matang, maka Daud meminta Salomo untuk melanjutkan
pembangunan Bait Suci. Salomo menyelesaikan pembangunan bait Suci yang
megah, dan ini menjadi pusat ibadah bagi orang Israel.
Bait Suci
hanya ada satu, yang terletak di Yerusalem ibukota kerajaan. Sementara
yang di tempat lain, di berbagai daerah, disebut sebagai sinagoge atau
rumah ibadat. Yang menjadi penting diperhatikan dalam pembangunan Bait
Suci ini adalah janji Tuhan kepada Daud dalam 1 Tawariks 17:11-15; yang
intinya, Tuhan menjamin keturunan-Nya, bait-Nya, kerajaan-Nya, akan
kekal selama-lamanya. Janji kekal selama-lamanya ini menjadi impian
Israel turun-temurun. Semua ini jelas telah digenapi dan bersifat kekal
selama-lamanya dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus disebut
sebagai Anak Daud, disebut juga Bait Allah yang sejati, dan Kerajaan
Allah yang kekal. Berkali-kali Tuhan Yesus mengatakan hal ini. Namun,
seperti kita ketahui, Judaistik tak pernah mengakui Yesus Kristus
sebagai Mesias, mereka masih menanti, dan percaya, bahwa Mesias akan
datang dan membangun kejayaan Israel. Termasuk, membangun Bait suci yang
secara de facto dan de jure, bukan lagi dalam kekuasaan Israel. Gema
ini sangat kuat di antara Judaistik religius radikal yang menantikan
Mesias. Sementara sebagian dari mereka berpandangan moderat, atau bahkan
liberal, dan berbeda pandang dengan kelompok religius radikal.
Jadi,
soal ini, Judaistik pun tak satu paham. Pandangan inilah yang campur
aduk dengan gerakan kekristenan yang juga menantikan pembangunan Bait
Allah ketiga. Mengapa Bait Allah ketiga? Secara sederhana dapat
dikatakan, pembangunan bait Allah pertama dibangun oleh Salomo. Dalam
perjalanannya Israel ditimpa murka Allah, atas dosa berhala Salomo yang
membangun Bait Allah. Salomo menyembah berhala para istrinya yang kafir.
Allah menyobek kerajaannya menjadi 2 bagian, utara ada 10 suku memakai
nama Israel dengan ibukota Samaria. Sementara selatan dengan nama
Yehuda, dan ibukotanya Yerusalem. Ini adalah wujud janji pemeliharaan
Allah, di tengah murkanya atas dosa Salomo. Kelak utara jatuh di tangan
kerajaan Asyur. Ratusan tahun kemudian Yehuda terpuruk di tangan
kerajaan Babel. Kedua kerajaan penakluk ini adalah kafir. Allah memakai
mereka untuk menghukum Israel. Kejatuhan Yehuda juga ditandai dengan
penjarahan besar-besaran atas Bait Allah. Inilah akhir dari era Bait
Suci yang pertama. Bait Suci yang kedua, eranya dimulai dari kembalinya
umat Israel dari pembuangan, di bawah kepemimpinan Zerubabel, Ezra, dan
Nehemia. Bait Suci kembali dipugar, dan pembangunan tembok Yerusalem
diselesaikan oleh Nehemia. Atas kemurahan raja pada masa itu, berbagai
peralatan bait suci yang dijarah diijinkan untuk dibawa kembali ke
Yerusalem. Kelak Herodes juga ambil bagian pemugaran dan peningkatan
kualitas bangunan.
Yesus datang kedalam dunia, menggenapi janji
Allah kepada Daud, tentang keturunan, bait, dan kerajaan, yang kekal
selamanya. Yesus adalah penggenapan Bait Suci yang abadi, kekal
selamanya, sekaligus yang menubuatkan hancurnya “Bait Suci sementara”
yang dibangun Salomo. Tuhan Yesus mengucapkan nubuatan-Nya tentang Bait
Suci, justru ketika murid-murid-Nya sedang mengagumi kemegahan Bait
Suci, dan kekokohannya, yang luar biasa (Markus 13:1-3). Namun Yesus
berkata, tak akan ada satu batu pun dari bangunan yang kokoh dan megah
itu akan tersisa. Bait Suci ini kelak dihancurkan, dan diratakan dengan
tanah, di era kaisar Titus pada tahun 70. Ini juga yang digambarkan
Alkitab sebagai Bait Suci yang akan diijak-injak oleh si kafir. Nubuatan
Tuhan Yesus tepat telak, sekaligus menjadi peringatan betapa salahnya
arah kekaguman para murid kepada bangunan Bait Suci, tanpa menyadari
Bait Suci yang sejati bersama mereka.
Ironisnya, itulah yang terjadi
pada sebagian gereja masa kini, yang terpukau pada mimpi pembangunan
Bait Suci yang ketiga, dan mengabaikan fakta, Tuhan Yesus Kristuslah
Bait Suci yang sejati. Entah berapakali gereja harus terpeleset dalam
memahami kebenaran Alkitab. Namun, kebiasaan spekulasi dan kurang berani
mendalami Alkitab secara menyeluruh, mengakibatkan banyaknya kekacauan
pada sejarah perjalanan gereja. Seharusnya Alkitablah yang menafsir
Alkitab, itu yang paling pas. Artinya, selidiki seluruh bagian Alkitab
agar kita dapat memahami maksud Alkitab yang sesungguhnya. Sebagaimana
kasus Bait Suci (1 Tawarikh 17) yang digenapi di dalam Yesus Kristus,
terang benderang oleh ucapan Tuhan Yesus sendiri. Ingat sekali lagi,
Yesus disebut sebagai Anak Daud ( ). Yesus pula yang berkata rubuhkanlah
Bait Suci ini dan akan kubangun dalam waktu 3 hari (Yohanes 2:19,
Matius 26:61, Markus 14:58). Lalu Yesus juga menunjuk diri-Nya sebagai
kerajaan yang kekal.
Apakah gereja berhak mengabaikan fakta ini?
Bagaimana mungkin ada kelompok yang memimpikan pembangunan Bait Suci
ke-3, yang berarti, mengabaikan penggenapan oleh Tuhan Yesus Kristus.
Bahwa Judaistik mengharpakan hal itu, dapat dipahami, mengingat mereka
tidak percaya pada Yesus Kristus sebagai Mesias. Apakah kelompok
pembangunan Bait Suci ke-3, juga tidak? Entahlah? Tapi yang pasti semua
harus bertanggung jawab terhadap gereja Tuhan. Karena sangatlah sulit
memahami konsep teologi pembangunan Bait Suci yang ketiga dari
perspektif Alkitab. Semoga Anda tak terjebak di sana, apalagi merasa
bangga, dan menyebut diri mendapat wahyu ilahi. Ini bisa semakin parah
lagi. Karena, atas nama wahyu ilahi, seringkali dijadikan alat
bersembunyi dalam menyatakan tafsir yang tak bisa dipertenggungjawabkan
secara biblikal. Sementara umat, seharusnya semakin peka terhadap
peringatan Tuhan Yesus sendiri, hati-hatilah terhadap berbagai ajaran.
Jangan meremehkan karunia Allah, namun ujilah segala sesuatu, dengan
ukuran Alkitab itu sendiri. Selamat menjadi bijak dan berani menguji
dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.