Minggu, 13 Januari 2013

PEMBANGUNAN BAIT ALLAH KETIGA


PEMBANGUNAN BAIT ALLAH KETIGA.jpg
ISU  pembangunan bait Allah ketiga memang sangat santer. Kelompok pendukungnya juga tak sedikit. Dan Israel sebagai kota tempat pembangunan menjadi sorot utama, dan selalu ramai dengan berbagai seminar dari kalangan ini. Sejatinya, isu ini lebih kental bernuansa Judaistik ketimbang kristiani. Tapi fanatisme berat soal Israel sebagai bangsa pilihan yang harus diberkati, tak boleh dicela, menjadi sangat berpengaruh bagi kelompok ini. Isu yang mereka angkat, dalam berbagai segmen, seakan menyatu dengan isu Israel. Ringkasnya, Israel masa kini menjadi pusat perhatian mereka, ketimbang Alkitab itu sendiri. Isu Alkitab pun dipaksakan sejalan dengan isu Israel, sehingga muncullah berbagai tafsir yang sulit dipahami ujung pangkalnya secara sehat.
Soal Bait Allah, sangatlah jelas sejarahnya. Sejak Israel meninggalkan Mesir sebagai orang merdeka, dan berjalan menuju Tanah Perjanjian, konsep Bait Allah sudah ada. Allah sendiri telah memerintahkan Musa untuk membuat kemah suci. Sebelumnya dikenal apa yang disebut sebagai kemah pertemuan (Keluaran 33), yakni suatu simbol tempat pertemuan sementara antara Allah dan umat-Nya. Kemah Suci (Keluaran 26) yang berarti tempat kudus, adalah tenda besar yang dapat dibongkar pasang, dan berpindah seturut perjalanan Israel. Konsep ini terus berlanjut, bahkan ketika Israel sudah tiba di Tanah Perjanjian. Di masa Yosua kemah ini ada di Silo. Ini terus berlanjut hingga era hakim-hakim. Di masa Samuel, di era kerajaan, dengan raja pertama yaitu Saul, kemah ini diletakkan di Nob (1 Samuel 21). Lalu di kemudia hari berada di Gibeon (1 Tawarikh 16:39). Dan, pada akhirnya, tenda ini ditempatkan oleh Salomo di bait Suci yang kelak didirikan olehnya.

Kisah pembangunan bait suci sendiri, dimulai dari kesadaran sekaligus kerinduan Daud untuk membangun yang permanen, mengingat mereka telah menjadi kerajaan yang stabil (1 Tawarikh 17:1-15). Namun, kerinduan itu tak bisa diwujudkan karena tangan Daud yang dikatakan berlumuran darah (1Tawarikh 22: 8, yang bisa diartikan, masih harus berperang). Namun, keturunannya kelak akan memulai pembangunan (kerajaan sudah aman sepenuhnya). Kita tahu Salomo menjadi keturunan Daud yang naik menjadi raja, dan membangun bait suci selama kurang lebih empat puluh enam tahun (Yohanes 2: 20). Daud telah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum Salomo menyelesaikan pembangunan fisik bangunan. Tanah lokasi pembangunan bait suci, bahan bangunan, hingga berbagai peralatan lainnya yang dibutuhkan (1 Tawarikh 21, 22). Setelah persiapan matang, maka Daud meminta Salomo untuk melanjutkan pembangunan Bait Suci. Salomo menyelesaikan pembangunan bait Suci yang megah, dan ini menjadi pusat ibadah bagi orang Israel.  

Bait Suci hanya ada satu, yang terletak di Yerusalem ibukota kerajaan. Sementara yang di tempat lain, di berbagai daerah, disebut sebagai sinagoge atau rumah ibadat. Yang menjadi penting diperhatikan dalam pembangunan Bait Suci ini adalah janji Tuhan kepada Daud dalam 1 Tawariks 17:11-15; yang intinya, Tuhan menjamin keturunan-Nya, bait-Nya, kerajaan-Nya, akan kekal selama-lamanya. Janji kekal selama-lamanya ini menjadi impian Israel turun-temurun. Semua ini jelas telah digenapi dan bersifat kekal selama-lamanya dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Yesus Kristus disebut sebagai Anak Daud, disebut juga Bait Allah yang sejati, dan Kerajaan Allah yang kekal. Berkali-kali Tuhan Yesus mengatakan hal ini. Namun, seperti kita ketahui, Judaistik tak pernah mengakui Yesus Kristus sebagai Mesias, mereka masih menanti, dan percaya, bahwa Mesias akan datang dan membangun kejayaan Israel. Termasuk, membangun Bait suci yang secara de facto dan de jure, bukan lagi dalam kekuasaan Israel. Gema ini sangat kuat di antara Judaistik religius radikal yang menantikan Mesias. Sementara sebagian dari mereka berpandangan moderat, atau bahkan liberal, dan berbeda pandang dengan kelompok religius radikal.

Jadi, soal ini, Judaistik pun tak satu paham. Pandangan inilah yang campur aduk dengan gerakan kekristenan yang juga menantikan pembangunan Bait Allah ketiga. Mengapa Bait Allah ketiga? Secara sederhana dapat dikatakan, pembangunan bait Allah pertama dibangun oleh Salomo. Dalam perjalanannya Israel ditimpa murka Allah, atas dosa berhala Salomo yang membangun Bait Allah. Salomo menyembah berhala para istrinya yang kafir. Allah menyobek kerajaannya menjadi 2 bagian, utara ada 10 suku memakai nama Israel dengan ibukota Samaria. Sementara selatan dengan nama Yehuda, dan ibukotanya Yerusalem. Ini adalah wujud janji pemeliharaan Allah, di tengah murkanya atas dosa Salomo. Kelak utara jatuh di tangan kerajaan Asyur. Ratusan tahun kemudian Yehuda terpuruk di tangan kerajaan Babel. Kedua kerajaan penakluk ini adalah kafir. Allah memakai mereka untuk menghukum Israel. Kejatuhan Yehuda juga ditandai dengan penjarahan besar-besaran atas Bait Allah. Inilah akhir dari era Bait Suci yang pertama. Bait Suci yang kedua, eranya dimulai dari kembalinya umat Israel dari pembuangan, di bawah kepemimpinan Zerubabel, Ezra, dan Nehemia. Bait Suci kembali dipugar, dan pembangunan tembok Yerusalem diselesaikan oleh Nehemia. Atas kemurahan raja pada masa itu, berbagai peralatan bait suci yang dijarah diijinkan untuk dibawa kembali ke Yerusalem. Kelak Herodes juga ambil bagian pemugaran dan peningkatan kualitas bangunan.

Yesus datang kedalam dunia, menggenapi janji Allah kepada Daud, tentang keturunan, bait, dan kerajaan, yang kekal selamanya. Yesus adalah penggenapan Bait Suci yang abadi, kekal selamanya, sekaligus yang menubuatkan hancurnya “Bait Suci sementara” yang dibangun Salomo. Tuhan Yesus mengucapkan nubuatan-Nya tentang Bait Suci, justru ketika murid-murid-Nya sedang mengagumi kemegahan Bait Suci, dan kekokohannya, yang luar biasa (Markus 13:1-3). Namun Yesus berkata, tak akan ada satu batu pun dari bangunan yang kokoh dan megah itu akan tersisa. Bait Suci ini kelak dihancurkan, dan diratakan dengan tanah, di era kaisar Titus pada tahun 70. Ini juga yang digambarkan Alkitab sebagai Bait Suci yang akan diijak-injak oleh si kafir. Nubuatan Tuhan Yesus tepat telak, sekaligus menjadi peringatan betapa salahnya arah kekaguman para murid kepada bangunan Bait Suci, tanpa menyadari Bait Suci yang sejati bersama mereka.

Ironisnya, itulah yang terjadi pada sebagian gereja masa kini, yang terpukau pada mimpi pembangunan Bait Suci yang ketiga, dan mengabaikan fakta, Tuhan Yesus Kristuslah Bait Suci yang sejati. Entah berapakali gereja harus terpeleset dalam memahami kebenaran Alkitab. Namun, kebiasaan spekulasi dan kurang berani mendalami Alkitab secara menyeluruh, mengakibatkan banyaknya kekacauan pada sejarah perjalanan gereja. Seharusnya Alkitablah yang menafsir Alkitab, itu yang paling pas. Artinya, selidiki seluruh bagian Alkitab agar kita dapat memahami maksud Alkitab yang sesungguhnya. Sebagaimana kasus Bait Suci (1 Tawarikh 17) yang digenapi di dalam Yesus Kristus, terang benderang oleh ucapan Tuhan Yesus sendiri. Ingat sekali lagi, Yesus disebut sebagai Anak Daud ( ). Yesus pula yang berkata rubuhkanlah Bait Suci ini dan akan kubangun dalam waktu 3 hari (Yohanes 2:19, Matius 26:61, Markus 14:58). Lalu Yesus juga menunjuk diri-Nya sebagai kerajaan yang kekal.
 
Apakah gereja berhak mengabaikan fakta ini? Bagaimana mungkin ada kelompok yang memimpikan pembangunan Bait Suci ke-3, yang berarti, mengabaikan penggenapan oleh Tuhan Yesus Kristus. Bahwa Judaistik mengharpakan hal itu, dapat dipahami, mengingat mereka tidak percaya pada Yesus Kristus sebagai Mesias. Apakah kelompok pembangunan Bait Suci ke-3, juga tidak? Entahlah? Tapi yang pasti semua harus bertanggung jawab terhadap gereja Tuhan. Karena sangatlah sulit memahami konsep teologi pembangunan Bait Suci yang ketiga dari perspektif Alkitab. Semoga Anda tak terjebak di sana, apalagi merasa bangga, dan menyebut diri mendapat wahyu ilahi. Ini bisa semakin parah lagi. Karena, atas nama wahyu ilahi, seringkali dijadikan alat bersembunyi dalam menyatakan tafsir yang tak bisa dipertenggungjawabkan secara biblikal. Sementara umat, seharusnya semakin peka terhadap peringatan Tuhan Yesus sendiri, hati-hatilah terhadap berbagai ajaran. Jangan meremehkan karunia Allah, namun ujilah segala sesuatu, dengan ukuran Alkitab itu sendiri. Selamat menjadi bijak dan berani menguji dengan benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.