PERSAUDARAAN ISLAM-KRISTEN
Bukankah Islam-Kristen hadir dari keturunan yang
sama yaitu Abraham, yang turun pada keturunan Ishak-Ismael? Keduanya
diberkati Tuhan, walau memang Ishak yang terpilih mewarisi perjanjian
kekal dari Allah. Apakah ini pula yang menjadikan perpecahan
Islam-Kristen sampai saat ini, seperti arti nama Ismael yang diberikan
Tuhan: “Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah
nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan
tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan
menentang semua saudaranya.(Kej 16:12).” Jika benar, berarti akan terus
ada perpecahan antara Islam-Kristen? Apakah ini titik masalahnya? Apakah
kemungkinan menjadi satu tak akan pernah terjadi? Lalu bagaimana kita
harus bersikap?
Pertanyaan
yang menarik dari saudara Nazir, patut menjadi perenungan kita bersama.
Berbicara tentang asal-usul, sejatinya seluruh umat manusia berasal
dari satu, yaitu Adam dan Hawa. Paling tidak ini menjadi keyakinan umat
Samawi (Yahudi, Kristen, Islam). Sebelum kita membahas soal Abraham dan
garis keturunannya, perlu diingat posisi umat Yahudi. Bukankah Yahudi
juga termasuk didalamnya? Namun faktanya, agama Yahudi dan Kristen juga
tidak sama, sekalipun Alkitab Perjanjian Lama (PL) yang digunakan sama.
Umat Kristen percaya Perjanjian Baru (PB) yang tidak diterima oleh umat
Yahudi.
Nah, sebuah kenyataan yang tidak
terbantahkan. Ini perlu untuk mengingatkan saja, karena memang bukan
topik utamanya. Kita kembali ke soal Islam-Kristen. Bahwa adalah betul,
Islam berasal dari garis Ismael, sementara Kristen dari garis Ishak dan, betul, keduanya adalah berasal dari satu ayah, yaitu Abraham.
Apakah ada kemungkinan bersatu, atau sebaliknya terus terpisah? Ini
harus dimulai dari kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 3). Semua
manusia telah berdosa, apapun agamanya, ini dikatakan oleh Paulus (Roma 3), yang juga terungkap di Mazmur 14.
Jelas
semua manusia sudah berdosa pada dirinya, dan agama tidak akan pernah
membenarkannya, kecuali pertobatan. Soal pertobatan, masing-masing agama
memiliki terminologi tersendiri. Di sini kita tidak akan
mendiskusikannya secara mendalam. Tetapi yang jelas, keberdosaan inilah
sumber perpecahan. Sementara agama adalah baju yang dikenakan karena
itu, dalam setiap agama selalu ada orang jahat yang suka perpecahan.
Sebaliknya, juga selalu ada orang baik yang selalu merindukan
perdamaian.
Jadi penting, agar kita tidak
terjebak pada isu agama belaka. Semua agama punya warna baik dan
buruknya. Bagaimana memahami yang terbaik, adalah pengujian pada
ajarannya. Ajaran yang benar pasti akan teruji oleh waktu, dan relevan
di segala masa. Islam dan Kristen, dalam sejarahnya mempunyai kedekatan
yang melekat. Mengapa ada perpecahan? Jelas sejarah mencatat, ada
pertikaian hingga peperangan yang terjadi antara Islam dan Kristen, yang
terkenal sebagai perang salib. Namun, tak perlu ditutupi, ini bukanlah
murni soal keyakinan iman, melainkan wilayah kekuasaan. Seribu kisah
bisa dibangun tentang perang ini, namun sangat pasti Yesus Kristus tak
pernah mengajarkan hal ini.
Kemudian, perang
antar Negara, bisa melibatkan agama yang sama. Ini terjadi pada Islam,
juga Kristen. Jadi perang, perpecahan, adalah semangat manusia yang
serakah. Iman yang murni mengajarkan cinta kasih, persatuan, dan saling
mengampuni. Bahwa Ismael digambarkan sebagai yang melawan, tapi terhadap
tangan yang melawan dia. Dia akan menantang saudaranya sebagai
gambaran gairah bertempur, namun bukan tanpa sebab.
Ingat,
Ismael anak Abraham, dan Abraham juga pernah bertempur dan menang. Jadi
ini tidak serta merta bisa dijadikan sebuah cap. Yang pasti, semua
agama dalam sejarah dunia pernah berperang, menguasai atau dikuasai.
Kemenangan silih berganti, yang tetap hanyalah ambisi untuk menguasai.
Oleh karena itu, memahami realita ini harus jernih. Memimpikan sebuah
persatuan, bukan perpecahan, adalah keniscayaan dalam dunia yang
beradab. Bersatu dalam kepelbagaian adalah semangat pluralitas yang
layak dimenangkan.
Namun harus diingat,
persatuan tidak sama dengan kesamaan. Artinya, sangat sulit mengharapkan
bahwa semua agama akan menjadi sama dalam konten-nya. Sekalipun untuk
ini sudah ada usaha yang coba dibangun dengan semangat, teologi
agama-agama. Jadi, bersatu adalah bagaimana usaha untuk hidup bersama
tanpa perpecahan. Toh di waktu lampau ada saat-saat indah dirasakan oleh
kedua umat, duduk bersandingan antara Islam dan Kristen. Ini menyangkut
kedewasaan, hingga tidak memaksakan kehendak.
Dalam
hal ini radikalisme akan menjadi musuh besar. Sikap radikal yang selalu
menghalalkan segala cara yang menimbulkan pertikaian serius. Jadi,
pertanyaan soal apakah Islam dan Kristen bisa menyatu, atau terus
terpecah, sangatlah tergantung pada sudut pandang kita. Orang yang
berpandangan radikal hanya merindukan perpecahan, dan akan mengharamkan
usaha persatuan. Sementara mereka yang berpandangan moderat, akan
merindukan persatuan, dan membuang jauh ide perpecahan. Ini juga sangat
tergantung pada situasi sosio politik sebuah bangsa.
Maka,
jika pemimpin tidak tegas dan memihak, perpecahan pasti akan
berkembang. Jika pemimpin tegas, dan tidak berpihak, persatuan bukanlah
impian. Begitu juga pemimpin agama, dituntut berwawasan luas, tidak
sempit berpikir. Akhirnya, semua berpulang
pada diri kita sendiri. Apakah kita akan menjadi pembawa damai, atau
perpecahan. Sekaligus pembuktian, umat mana yang cinta perdamaian,
seperti kata Yesus....kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
(Matius 22:39). Jadi bukan soal sekedar isu agama Islam atau Kristen.
Selamat merenungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.