Selasa, 30 April 2013

Post Christianity Meningkat Di Amerika


Post Christianity” Meningkat di Amerika.jpg


Sementara kebanyakan orang Amerika menyebut diri mereka sebagai orang Kristen, sebuah studi yang dirilis Senin, 20/4 lalu oleh Barna Grup, menunjukkan tren berbeda.  Boleh saja orang menyebut diri Kristen, tapi realitasnya, seperti dirilis Barna Group, banyak orang justru masuk dalam kategori “Post Christianity”, yakni orang atau kelompok yang sudah tidak lagi berakar pada asas dan prinsip penting dalam Kristen, meskipun secara social mereka berada dan berasal dari lingkungan di mana-mana banyak orang Kristen. 

Umat yang berasal dan berada di daerah kantong Kristen tidak menjamin bahwa mereka juga penganut kristiani yang taat.  Kecenderungan peningkatan orang dalam kategori “Post Christianity” justru meningkat tajam.  Menurut penelitian Barna, berdasarkan analisis data dari hampir 43.000 responden yang diwawancarai selama beberapa tahun terakhir, lebih 70 persen orang dewasa Amerika memang mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Kristen.  Namun 63 persen orang diantaranya masuk dalam peringkat "rendah" pada skala “Post Christianity”.  Sementara 28 persen dianggap "cukup" dan sembilan persen dianggap "sangat" “Post Christianity”.

David Kinnaman, presiden Barna Group, menjelaskan tujuan mencoba mengukur tingkat “Post Christianity”, seperti dilansir ChristianPost dari laman Barna.org, menyebut: hal ini dilakukan untuk melihat seberapa luas wilayah wilayah yang terdampak sekularisasi. Meskipun orientasi iman masih sama, Kristen, dari hasil temuan Barna Group, pemahaman iman mereka nyatanya hanya kulitnya saja.

Meningkatnya mereka yang masuk dalam “Post Christianity” diperjelas dengan metrik satuan sistem pengukuran persentase orang yang belum berdoa kepada Tuhan pada tahun lalu (18 persen). Mereka yang belum membaca Alkitab pada minggu terakhir (57 persen). Orang yang tidak menganggap iman merupakan hal penting dalam kehidupan mereka (13 persen).  Dan orang yang belum pernah ke gereja setahun lalu (33 persen).

Ada banyak tanggapan terhadap study tentang meluasnya dampak sekularisasi dan tingginya angka generasi “Post Christianity”.  Apapun itu, generasi sudah tidak lagi berakar pada asas dan prinsip penting dalam Kristen, meskipun secara social mereka berada dan berasal dari lingkungan di mana banyak orang Kristen, tentu saja tidak bisa dianggap remeh.  Orang tidak bisa sambil lalu, karena tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia potensi “Post Christianity” juga menggejala di generasi masa kini.

Kamis, 25 April 2013

HARMAGEDON PERANG AKHIR JAMAN


armageddon2.jpg
HARMAGEDON, sering disebut-kan oleh para pengulas akhir jaman. Berbagai tafsir disampaikan, namun aroma sensasinya yang paling terasa. Hollywood, cukup jeli melihat dan memanfaatkan judul ini untuk film yang mereka produksi. Tentu saja dengan memperhitungkan aroma sensasinya di kalangan tertentu umat Kristen. Film yang dibintangi oleh Bruce Willis ini, mengisahkan tentang kepahlawanan Bruce Willis sendiri sebagai seorang penambang hebat. Mereka dikirim ke luar ruang angkasa demi misi menyelamatkan dunia. Akhirnya sudah dapat diduga, ada ledakan besar di luar ruang angkasa, dan dunia pun selamatlah. Di film ini, keugalan khas Bruce Willis, dan kisah cinta putrinya dengan anak buahnya sendiri menjadi nuansa terkuat. Sementara ceritanya berjalan biasa, dan bernuansa fiksi yang kuat. Yang pasti film yang tak ada kaitannya dengan Alkitab ini berhasil memanfaatkan kata yang ada di dalam Alkitab untuk meraih suksesnya.

Apa sebetulnya harmagedon? Dalam Wahyu 16:16, tertulis, “Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon”. Kata Harmagedon hanya disebut sekali dalam Alkitab. Lokasi nama ini tidak ditemukan di bagian lain Alkitab, sehingga secara geografis tidak terdeteksi. Bisa jadi ini adalah nama simbolis, sehingga yang diperlukan adalah pemahaman teologis berdasarkan perikop di mana teks ini ada. Namun, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Harmagedon adalah Megido, yaitu daerah perbukitan di jajaran Bukit Karmel. Pendapat ini berdasarkan nama Harmagedon yang dalam bahasa Siria disebut Magedon yang bisa berarti permukaan datar. Di daerah ini Yosua bertempur dan mengalahkan banyak musuh (band. Yosua 10: 40, 11: 16; daerah perbukitan). Dalam Hakim-Hakim 5:19-20, tercatat kisah peperangan Debora dan Barak mengalahkan Raja Sisera di dekat mata air Megido. Di lokasi ini juga terjadi pertempuran antara Yosia dan Nekho. Yosia tak mengindahkan pesan Allah yang disampaikan lewat Nekho, dan ini menjadi akhir dari kehidupannya. Yosia gugur di Megido, di daerah lembahnya (2 Tawarikh 35: 22).

Tampaknya peristiwa pertempuran yang dicatat dalam Perjanjian Lama cocok dengan gambaran permukaan datar sebagai arena perang. Secara geografis saat ini, letak Megido di antara Bukit Karmel dan Bukit Tabor. Daerah yang tidak terlalu luas untuk sebuah perang besar yang digambarkan dalam kitab Wahyu. Apakah Harmagedon sama dengan Megido? Sebuah kemungkinan, tapi bukan kepastian. Jika demikian, apakah makna Hamargedon dalam konteks akhir jaman? Yang pasti sensasi soal nama ini jauh lebih populer ketimbang makna yang sesungguhnya. Cobalah simak berbagai khotbah akhir jaman di seputar peristiwa Perang Teluk. Ketika agresi militer Irak semakin mendalam ke daerah Kuwait, maka Amerika yang berkepentingan di Timur Tengah, baik dari segi militer maupun ekonomi, tidak tinggal diam. Amerika dan negara sekutu, maju dan membombardir Irak agar mundur.

Perang semakin tegang ketika Uni Soviet kala itu (sekarang Rusia), melibatkan diri. Uni Soviet membantu Irak dengan rudal scud-nya yang terkenal itu. Irak tak hanya menyerang ke arah Kuwait, tetapi juga melepaskan rudal scud ke daerah Israel, dengan harapan Israel terlibat perang. Jika ini terjadi maka peta perang bisa jadi berubah. Saat itu semua negara-negara Arab sepakat menyalahkan serangan Irak. Namun jika Israel terlibat, maka sikap negara-negara Arab bisa berubah drastis. Maklum, Israel ditempatkan pada posisi musuh bersama. Untung Israel mampu menahan diri, dan memilih untuk tidak terpancing membalas rudal Irak.

Di situasi Perang Teluk ini, para pengkhotbah yang getol dengan isu akhir jaman mengulas tuntas berbagai isu sensasional. Mereka berkata bahwa perang akan bergeser ke Israel, dan terjadilah perang Harmagedon. Uni Soviet yang digambarkan sebagai Magog, dituding sebagai antikris bersama anteknya Irak. Perang Harmagedon akan menjadi perang terakhir di dunia, dan menjadi titik kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. “Orang percaya akan diangkat, inilah waktunya pengangkatan”, kata mereka. Hasilnya sangat terang benderang. Khotbah mereka salah, analisis mereka terbukti sensasi belaka. Uni Soviet, bukannya menjadi antikris yang dikatakan besar dan hebat, bahkan sebaliknya menjadi negara yang terkoyak. Uni Soviet menjadi Rusia yang melemah, dan sibuk berperang dengan bekas negara federasinya. Sementara Irak yang dimotori Saddam Hussein, jatuh. Masa kejayaan Saddam berakhir, dan situasi politik di Irak masih belum stabil. Saling bom, jatuh korban, tanpa jelas mana kawan dan mana lawan. Ini adalah fakta yang tak terbantah.

Dan di sisi lain, tak bisa dibantah betapa khotbah akhir jaman seringkali didominasi oleh spekulasi yang jauh dari data dan fakta Alkitab. Spekulasi ini seringkali dibungkus dengan isu yang tak jelas, dan legalitas oleh penglihatan-penglihatan. Betullah kritik Rasul Paulus tentang orang yang doyan berkajang dengan penglihatan  (Kolose 2:18), padahal berita Alkitab sangat jelas. Secara geografis juga tak mungkin lembah hingga perbukitan Megido menjadi tempat perang modern di mana ada pesawat dan rudal dengan jelajah ratusan kilometer. Harmagedon bahkan terlalu kecil untuk perang klasik dengan yang melibatkan jutaan orang. Ingat, penduduk Israel di seluruh dataran Israel saja berjumlah 7 juta orang. Bagaimana bisa berkumpul dan terjadi perang tingkat dunia di Harmagedon yang adalah wilayah kecil di  Israel yang juga kecil. Spekulasi yang sangat tidak berdasar, dan tidak bertanggungjawab bukan? Itulah sensasi, yang memang ternyata disukai oleh sekelompok umat Kristen.

Lalu apa kata Alkitab yang sebenarnya tentang Harmagedon. Dalam Wahyu 16: 1-16, sangat jelas bahwa Allah menumpahkan cawan murka-Nya. Dia menghukum dunia yang memberontak kepada-Nya. Orang-orang yang menjadi pengikut setan ditimpa cawan murka Allah. Lalu diceritakan diayat 13, roh setan mengadakan perbuatan ajaib dan menggerakkan para raja-raja dunia untuk berperang. Ini disebut sebagai peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah yang Mahakuasa (ayat 14). Perang besar, itulah pesannya, dan tempatnya disebut Harmagedon. Jelas sekali ini tidak mengacu lokasi fisik yang dikenal sebagai Megido, wilayah yang kecil. Dan Harmagedon juga tak menggambarkan perang fisik yang besar. Bacalah ayat 15, jelas sekali Firman Allah, “Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya”.

Ayat ini sama sekali tidak mencerminkan perang fisik. Ayat ini jelas bermakna rohani, sebagaimana yang diucapkan Tuhan Yesus di kitab Injil. Maka jelaslah ini gambaran simbolis dari perang besar (perang rohani), di mana peperangan ini hanya akan dimenangkan oleh mereka yang berjaga-jaga, yang hidup sesuai Firman Allah. Yang tidak telanjang dan tidak terlihat kemaluannya, yaitu orang yang hidup suci, tidak berlumur dosa. Bukan orang kuat fisiknya, dan hebat senjatanya. Bukan soal negara adidaya, tapi soal moral yang teruji dan terpuji. Perang rohani adalah perang sejati yang secara konsisten digambarkan oleh Alkitab.

Paulus mencatat dengan jelas bahwa musuh kita bukan darah dan daging, melainkan melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat diudara (Efesus 6: 11-18). Karena itu kita harus mempersiapkan diri, khususnya menuju perang terakhir. Gambarannya tepat seperti kitab Wahyu. Mereka yang menafsir perang ini ke arah fisik jelas tak sejalan dengan Alkitab. Apalagi menuding negara, atau tokoh tertentu sebagai antikris, sekalipun bisa siapa saja. Jadi jelas, perang Harmagedon adalah perang rohani yang besar. Besar karena merupakan perang akhir, di kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Perang Harmagedon adalah perang strategis, soal setia atau tidak pada kebenaran.

Jangan tunggu Harmagedon, karena perang telah berlangsung dari dulu, sekarang, hingga Harmagedon. Karena itu berjaga-jagalah, janganlah menjadi pecundang melainkan pemenang. Jangan terjebak dengan tafsir yang spekulatif. Selamat bijak, selamat berperang.
Oleh: Pdt. Bigman Sirait

Selasa, 23 April 2013

RAMALAN2013


Ramalan Tahun 2013.jpg
Tahun 2013 ada begitu banyak ramalan, praduga , bahkan “nubuat” berseliweran, baik di dunia maya pun di media cetak dan elektronik.  Apakah tahun 2013 akan semakin buruk, seperti layaknya situasi kedatangan Tuhan yang akan membinasakan dunia dengan setiap kejahatannya? Atau justru sebaliknya, penuh berkat dan segala macam kelimpahannya.
Bagaimana Alkitab bicara tentang hal ini, mengingat usia bumi yang didiami manusia sekarang ini sudah begitu renta.
 
Isu soal akhir jaman kali ini memang luar biasa. Ketika Reformata akan naik cetak, Jumat 21 Desember 2012, diisukan sebagai hari kiamat. Hebatnya, banyak TV yang memberitakan rumor ini, termasuk di berbagai belahan bumi lainnya. Di Cina, ada yang membuat bola besar, yang disebut kapsul penyelamat, dan di dindingnya dituliskan nama bahtera Nuh. Sementara di Eropa Timur, ada daerah pegunungan yang dijadikan tempat berkumpul untuk melewati Jumat. Ada juga yang memperkenalkan bunker penyelamat. Di Amerika Latin, Meksiko, Guatemala, beberapa kuil kuno, jadi daerah yang didatangi. Aneh, tapi nyata, reaksi manusia datang dari berbagai latar belakang agama. Lembaga resmi agama direpotkan, karena harus meluruskan rumor yang beredar. Sementara di Cina, pemerintah menangkap sekelompok penganut  agama yang menyebarkan rumor kiamat. Inilah rumor kiamat terkini yang mendunia. Disini, tentu saja tak ada yang berminat membicarakan masa depan. 

Tapi kita sepakat, ini jelas rumor, yang dihubungkan dengan ramalan suku Maya soal penanggalan mereka. Padahal, suku Maya sendiri tidak mengenal konsep kiamat. Namun Hollywood berhasil membangun emosi masa lewat berbagai filmnya. Seperti Indepence Day, Armagedoan, dan yang teranyar 2012. Soal kiamat, dengan amat sangat jelas Alkitab berkata:  Tidak ada seorangpun yang tahu (Matius 24:36). Jadi, soal rumor kiamat yang menggila ini, kita pinggirkan dulu. Disini berbagai kepentingan tumpang tindih, antara agama, industri, dan sensasi media. Bagaimanapun juga, soal masa depan, jauh lebih menarik untuk didiskusikan. Realistis, kontekstual dan bertanggung jawab.

Apakah tahun 2013 akan lebih baik? Jawabannya pasti sangat beraneka. Tergantung siapa yang berbicara. Kaum optimistik akan berkata: Pasti lebih baik. Sementara pesimistik berkata: Buruk, atau malah buruk sekali. Pelaku ekonomi bisa jadi gelisah. Sementara pemerintah dengan jargon politiknya berkata: Harapan kita besar untuk mencapai keadaan yang lebih baik. Disisi lain, oposisi, berkata: Payah! Masa depan yang mengerikan! Bagaimana seharusnya memandang masa depan? Mari kita selusuri berdasarkan fakta.
Penduduk bumi, jelas akan terus bertambah. PBB memprediksi penduduk bumi yang di tahun 2000 berjumlah 6,7M, akan menjadi 8,7M di tahun 2050, dan 10,7M di tahun 2100. Perhitungan yang cukup konservatif. Dengan fakta ini, sangat mudah untuk melihat persoalan yang ada di depan mata. Penduduk bumi memerlukan tempat tinggal, dimana? Tanah akan semakin sempit. Maka hutan pasti akan berkurang, berubah jadi tempat tinggal. Demikian juga laut,  direklamasi untuk menambah daratan. Akibatnya? Jelas sekali, panas bumi akan terus meninggi, dan struktur bumi terpengaruh. Ekosistim kacau. Belum lagi akibat langsung maupun tidak, dari pertambangan yang menusuk perut bumi, atau perkebunan yang rakus menghisap air. Di era ini, manusia akan mengalami kesulitan air bersih, juga kesulitan pangan. Akan ada teknologi tinggi yang ditemukan, itu bisa diprediksi. Namun, tidak akan pernah bisa memenuhi naiknya kebutuhan riil manusia. Inilah gambaran masa depan dunia yang semakin renta.

Soal moral. Alkitab berkata tentang merosotnya moral secara drastis (2 Timotius 3:1-6). Situasi kehidupan akan sangat mempengaruhi pola hidup manusia. Di kebutuhan memiliki, sementara persediaan menipis, pasti akan terjadi perebutan hebat, yang berujung pada perang. Gambaran 2 Timotius 3, sangat mengena. Di situasi ini akan membanjir nubuat, karena semakin tingginya tekanan hidup. Manusia butuh janji, harapan, sekalipun sejatinya itu janji kosong. Disini agama akan jadi perdukunan. Sekarang sudah, dan akan semakin hebat. Lihat saja, banyak pendeta berperan bagaikan dukun, peramal, dengan balutan yang disebut karunia (band; Matius 7:21-23). Ini juga ada di berbagai agama lainnya. Degradasi moral juga menyuburkan keluarga yang terpecah dan berantakan.

Nah, soal dunia kerja, pasti akan menjadi sangat sesak. Jumlah manusia bertambah, teknologi meninggi. Siapa yang terpakai? Banyak tenaga kerja akan tersingkir, karena kebutuhan akan diisi oleh komputer, robot. Cukup satu orang pintar untuk mengelola sebuah pabrik yang komputeris, dan dengan bantuan robot. Pengangguran jelas terus naik, dan bisa dipastikan, kejahatan akan mengikuti. Dan yang jadi penjahat, adalah orang yang berpendidikan tinggi. Perekonomian semakin berat bagi banyak orang, namun disisi lain sekelompok kecil orang akan muncul sebagai penguasa yang adidaya. Ini realita umum masa depan manusia.
Lalu bagaimana dengan tahun 2013? Dalam perjalanan tahun, pasang surut mewarnai seluruh negeri di muka bumi ini. Tak ada negeri yang kebal resesi. Semua sudah mengalami. Bahkan saat ini, Eropa, Amerika, Jepang, terseok-seok memperbaiki diri. Pasti dampaknya akan besar ke Indonesia, jika mereka tak segera pulih. Ini pengaruh global. Sementara di konteks Indonesia, kita akan menghadapi Pemilu tahun 2014. Maka dapat dipastikan, partai politik akan sibuk dengan urusan diri sendiri. Semua akan cari muka kepada konstituen. Saling sikut, menjatuhkan antar partai, juga konfrontatif eksekutif dan legislatif. Belum lagi bayang-bayang koruptor yang muncul bagai drakula menghisap darah ekonomi Indonesia, yang adalah darah rakyat.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, baik internal dan eksternal, tahun 2013 akan terasa berat. Namun bicara pemeliharaan Tuhan, kita percaya, yang terbaik pasti Tuhan berikan. Hanya saja, jangan sempit memahami arti yang terbaik, karena itu bisa dalam berbagai bentuk. Untung atau rugi, sehat atau sakit, kaya atau miskin, semua bisa jadi sama baiknya, dalam membentuk seseorang. Masa depan selalu ada (Amsal 23:18). Tapi ingat sekali lagi, duri dalam tubuh Paulus ternyata masa depan yang menjanjikan (2 Korintus 12:7). Jadi, yang jadi persoalan, adalah memahami nilai masa depan yang dimaksud baik. Tuhan berjanji akan memelihara mereka yang mencari kerajaan dan kebenaran-Nya (Matius 6:33).
Akhirnya, masa depan adalah soal hidup kita dimasa kini. Kepada siapa kita percaya, dan bagaimana perilaku kita. Apakah iman kita bisa dilihat orang dalam keseharian, sebagai surat yang terbuka?
Selamat menjalani masa kini dengan baik dan benar, dan gapailah masa depan yang semakin baik, seturut dengan kemurahan Tuhan. 

Jumat, 19 April 2013

Antara Pendeta Dan Motivator


pendeta jaman sekarang.jpg
Sebuah fenomena perkembangan jaman..
Sekarang ini kita melihat banyak motivator berkhotbah seperti pendeta.  Dan banyak juga pendeta yang menyampaikan khotbahnya seperti motivator. Banyak motivator mengambil sumber dari ayat Alkitab, sementara Pendeta juga mengutip kata-kata orang besar dan hebat sebagai pendukung khotbahnya.  Pertanyaan saya, kalau demikian apa bedanya motivator dengan pendeta?

Pertanyaan ini memang fenomena aktual, yang dengan mudah kita temukan, baik di gereja maupun media. Dengan semakin terbukanya ruang media, memungkinkan banyak khotbah disiarkan, baik secara audio maupun video. Di sisi lain, juga fenomena pengkhotbah dadakan, yang mendadak muncul tanpa jelas latar belakang pembelajarannya. Yang penting fasih lidah. Mengapa? Mari kita selusuri dengan teliti.
Pertama, harus kita pahami, era yang sedang kita jalani, dimana pola pikiran postmo menguasai jaman ini. Di sini saya tak hendak mengulas konsep pemikiran postmo, karena ruangnya tak akan cukup. Kita akan membicarakannya sambil berjalan. Posmo adalah sebuah konsep berpikir. Era pemikiran secara umum dibagi beberapa tahap:  tradisional, modern dan post modern. Tapi yang disebut tradisional, cikal bakal pemikiran modern, post modern, juga sudah ada, dan demikian juga sebaliknya. Jadi, era ini tidak berdiri sendiri secara murni, melainkan saling mempengaruhi. Karena itu diperlukan ketelitian dalam mengenalinya.
Secara umum pula, era tradisional bisa dikatakan iman berperan secara dominan. Sementara di era modern rasio menjadi tuannya. Nah, di era post modern, perasaan menjadi pusat. Dalam pendekatan keilmuan, tradisional itu eranya teologi, modern itu eranya filsafat, sementara post modern itu eranya psikologi. Saya biasa menggambarkan hal ini dalam bagan. Namun harus dipahami, semua pemahaman tentang hal ini sangat terbuka diperdebatkan, karena sangat tergantung pendekatan dan latar belakang warna pendidikan seseorang. Dan, lagi-lagi kita tak akan mengulas isu itu disini.

Kembali ke isu antara pendeta dan motivator. Di era postmo, motivator bertumbuh subur. Disebut motivator karena mereka berusaha memotivasi orang untuk meyakini apa yang mereka ajarkan, yang mereka sebut sebagai “jalan sukses”. Ini adalah usaha membangun sebuah keyakinan bahwa saya bisa. Biasa juga disebut sugesti. Namun tak semua orang setuju secara teori menyamakan memotivasi dan mensugesti. Saya sendiri melihat ini sebagai dua hal yang sama, dengan baju yang dimodifikasi. Semua pendekatan ini adalah pendekatan psikologis. Psikologi sebagai ilmu menjadi tuan rumah disini. Manusia dipelajari sebagai obyek untuk bisa menerima apa yang akan disampaikan. Untuk itu dibangun sebuah cara. Dan diyakinkan bahwa dia bisa melakukan apa saja. Sehingga semboyannya adalah: Anda bisa! Apa yang kamu mau, kamu bisa! Slogan lainnya:  Apa kabar, luar biasa! Wah, keren sekali ya.

Nah, di dalam agama ini (motivasi) disebut iman. Bahasa kerennya:  Jadilah seperti imanmu (Apa yang kamu mau, kamu bisa). Pas kan? Sehingga ini menjadi salah satu titik temu untuk saling melompat dan memanfaatkan, antara pendeta dan motivator. Soal siapa meniru siapa, kita tak akan ulas di sini. Psikologi sering disebut sebagai agama baru. Di sini teologi diabaikan, bahkan banyak pengkhotbah lebih suka belajar teknik psikologi dalam mensugesti ketimbang belajar teologi untuk mengerti Alkitab dan kehendak Allah seutuhnya. Terjadi sinkretisme (percampuran) yang sangat kental. Nah, susah deh, membedakan mana pendeta dan motivator, kecuali melihat apa yang mereka pegang, Alkitab atau buku panduan. Kemiripan meliputi dari cara hingga isi, dan trik meyakinkan pendengarnya. Misalnya, memanfaatkan kekuatan sound systim, lighting, orang, dan berbagai alat bantu lainnya.

Bagaimana semestinya?  Ini menarik dikaji lebih mendalam lagi.
Kita mulai dari motivator. Ini adalah produk barat, karena itu tidak mengherankan jika banyak ayat Alkitab ada di sana. Di Barat, Alkitab tak lagi sepenuhnya dipandang sebagai kitab suci. Oleh sekelompok orang Alkitab dinilai sama dengan buku yang lainnya. Jadi mereka tak segan mengutipnya sebagai catatan kaki. Sebagaimana lazimnya orang menulis sebuah buku. Nah, sebagai catatan kaki, sering pemikiran Alkitab tampak mendominasi, hanya saja, bahayanya, berganti pusatnya. Jika dalam teologi yang benar, Alkitab mengajarkan Allah adalah pusatnya, maka dalam psikologi manusia adalah pusatnya. Jika Alkitab mengajarkan: Jadilah kehendak-MU, ya Allah. Maka psikologi jadilah seperti kehendakmu! Apa yang kamu mau! Jadi, dari sumber yang sama, tapi pusat yang sangat berbeda. Ini diteruskan, betapapun semuanya sangat bertolak belakang dengan Alkitab. Itulah repotnya seorang motivator yang Kristen. Tanpa sadar, dia ditelan di rimba ini, apalagi semuanya tampak baik, karena tak mengajarkan apa yang jahat, atau percaya pada setan. Bahkan sebaliknya, menolong banyak orang. Ini biasa menjadi slogan para motivator:  Telah banyak yang merasakan manfaat, atau berhasil karena mengikuti kelas saya, kata mereka. Soal ini, Alkitab pernah berkata dan memperingatkan umat: Awas, iblis bisa tampil seperti malaikat terang.

Sekarang, bagaimana dengan para pengkhotbah, kenapa mereka bisa terpengaruh. Masalahnya sederhana saja. Karena banyak yang mau jadi guru, tapi tidak mau jadi murid lebih dahulu. Cobalah pikirkan! Untuk meraih S1 teknik sipil memerlukan 4-5 tahun kuliah. Lalu pengalaman yang memadai agar mendapatkan ijin menghitung struktur bangunan bertingkat. Demikian seterusnya, belajar lagi, untuk tingkatan yang lebih beresiko tinggi. Gawatnya, untuk jadi pengkhotbah, yang memiliki resiko amat sangat tinggi, yaitu tersesat, banyak yang tak mau belajar. Jika S1 sipil salah menghitung, bisa jatuh korban nyawa. Maka pengkhotbah, bisa menyesatkan dan mendorong orang ke neraka. Seharusnya mereka belajar seperti yang dikatakan dalam kitab Yakobus. Tapi mereka sering berdalih, murid Tuhan Yesus juga bukan orang terpelajar. Atau yang lebih ngetrend lagi, Tuhan berbicara pada saya.

Mari kita periksa kebenarannya. Ingat Paulus sang rasul adalah murid Gamaliel, seorang guru terkenal. Pertanyaannya sederhana, apakah Gamaliel lebih hebat dari Yesus Kristus? Mereka lupa, tidak kurang dari 3,5 tahun para murid belajar kebenaran dari Yesus Kristus, Sang Benar. Belajar, siang, malam. Duduk, dan juga ketika berjalan. Semua yang dilewati, ditemukan, bisa jadi pelajaran. Seperti pohon ara yang tak berbuah, yang dikutuk Yesus. Ditambah lagi praktek kesembuhan, kebangkitan dari mati, dan berbagai hal supranatural lainnya. Tak ada yang lebih hebat dari para murid, dalam belajar kebenaran. Tidak materinya, apalagi pribadi Sang Guru. Namun apa hasilnya? Murid-murid tak ada yang lulus. Mereka gagal di ujian salib. Sehingga Yesus memberi kesempatan kedua, ketika mereka ke Tiberias dan menjadi penjala ikan, dipanggil dan diingatkan, untuk meninggalkan Tiberias, menjadi penjala manusia. Paulus yang brillian pun gagal belajar. Sebagai ahli PL dia malah menjadi pembunuh pengikut Yesus Kristus, hingga Tuhan menangkapnya dalam peristiwa pertobatan yang unik. Jadi tidak ada murid Tuhan Yesus Kristus yang tidak belajar. Jika menghitung jumlah waktu, materi pelajaran, dan kualitas pengajar, maka murid-murid Yesus, minimal S2 teologi. Jangan lupa, kelak merekalah pengkotbah, pengajar, dan penulis Alkitab yang handal. Malu ah, jika tak mau belajar, tapi sangat berani berkhotbah.

Jadi, kurangnya pemahaman yang benar akan Alkitab, membuat banyak pengkhotbah mengcopy paste ucapan dan bertindak seperti motivator. Memang hasil kuantitatifnya hebat. Banyak pendengarnya, karena si pengkhotbah fasih lidah, dan membuat para pendengar menjadi penting, cocok dengan selera manusia pada umumnya. Inilah yang dikatakan Paulus kepada Timotius di 2 Tim 4:3-4; bahwa waktunya akan datang bahwa orang tak mau ajaran sehat, tapi mencari guru yang menyenangkan telinganya. Nah, terjadilah pertemuan besar-besaran. Jumlah yang banyak selalu menjadi alasan bahwa mereka diberkati. Bacalah Alkitab, semuanya sangat jelas, sudah diantisipasi, agar umat yang benar tak tersesat. Bayangkan, Paulus mengatakan itu 2000 tahun lalu. Sekarang, pasti luar biasa penyelewengan yang ada, dan semua itu benar, fakta yang tak terbantah. Betapa mengagumkannya Alkitab.
      
Akhirnya, motivator seperti pengkhotbah dan pengkhotbah seperti motivator pasti semakin meluas. Bahkan tak sedikit pengkhotbah yang benar secara teologi, tergoda dengan daya tarik kuantitas, yang juga berarti materi, dan mereka pun berubah. Benarlah kata Tuhan Yesus Kristus:  Banyak yang dipanggil, tapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14). Bahasa gaulnya: Banyak yang ke gereja tapi sedikit yang ke surga!
Semoga kita menjadi bijak, dan tulisan ini menjadi berkat bagi kita semua yang mencintai kebenaran.
Oleh:  Pdt. Bigman Sirait

Senin, 08 April 2013


Kelompok Aktivis Atheist Tuntutan Bahwa Florida City Hentikan Doa di Rapat Dewan Kota


Cape Coral Video Cape Coral, Florida - Sebuah kelompok ateis aktivis nasional diketahui menuntut bahwa sebuah kota di Southwest Florida berhenti membuka rapat dewan dengan doa.

Meskipun tidak akan mengungkapkan nama individu, Kebebasan Dari Agama Foundation (FFRF) mengatakan bahwa mereka menerima keluhan dari penduduk Cape Coral yang telah menghadiri pertemuan dan tidak nyaman dengan doa. Organisasi mengirim surat Agustus lalu untuk menolak doa-doa, namun Walikota John Sullivan mengabaikan korespondensi. FFRF kini telah mengirimkan surat kedua, yang Sullivan mengatakan tidak akan menerima tanggapan.
"Saya tersinggung," kata Sullivan wartawan pekan ini. "Aku tidak akan membuang-buang waktu saya."
Surat dari FFRF menegaskan bahwa doa adalah "perlu, tidak pantas dan memecah belah."
Walikota John Sullivan
"Ketika afiliasi pemerintah itu sendiri dengan agama, yang melanggar Konstitusi," kata pengacara Patrick FFRF Elliot wartawan. "Saya pikir akan lebih baik bagi mereka untuk menghapus doa sama sekali. Anggota dapat berdoa pada waktu mereka sendiri, bukan pada waktu pembayar pajak. "
Tetapi Sullivan mengatakan bahwa doa adalah non-denominasi, dan bahwa Konstitusi hanya menuntut bahwa denominasi tertentu dalam kekristenan tidak akan disukai dibanding yang lain. Founding Fathers Banyak menulis dan berbicara tentang iman Kristen mereka baik dalam pidato publik dan dalam korespondensi tertulis.
Sementara sekitar 850 orang adalah anggota bab Florida Kebebasan Dari Agama Yayasan, Sullivan mengatakan bahwa hal itu tidak mempengaruhi keyakinannya tentang hak untuk berdoa pada pertemuan dewan kota.

Walikota John Sullivan
"Mereka dapat menolak apa saja yang mereka inginkan, melainkan dalam hak konstitusionalnya," kata Sullivan WFTX-TV. "Tapi aku tidak akan membiarkan 850 orang menentukan apa yang kita lakukan pada pertemuan dewan."
"Banyak orang lebih percaya pada Tuhan daripada tidak percaya pada Tuhan," tambahnya kepada Tekan Berita-. "Siapa yang harus berlaku dalam situasi itu?"
Namun, Sullivan menyatakan bahwa jika para pejabat lainnya di dalam kota ingin mengubah atau mengganti doa, ia tidak akan menghentikan mereka dari melakukan hal itu.
"Terserah dewan," katanya. "Jika mereka ingin mengubahnya, maka mereka dapat melanjutkan dengan suara mayoritas. Itu baik-baik saja. "
Tapi anggota dewan tampaknya mendukung doa-doa, dan menemukan mereka untuk menjadi bermanfaat bagi pertemuan.
"Saya sangat percaya bahwa saya ingin memiliki beberapa pengawasan dalam apa yang saya percaya adalah Bapa Surgawi saya untuk membantu kita membuat keputusan yang tepat, [dan] untuk membantu kami melakukan hal yang benar bagi warga kami," kata Councilman Kevin McGrail. "Kalau itu benar-benar menyinggung, kita mengatakan doa yang pertama, dan Ikrar Kesetiaan kedua. Berjalan di pintu setelah mereka berdua lengkap. "
FFRF mengatakan bahwa ia ingin salat diganti dengan mengheningkan cipta. Ini mengancam bahwa jika Sullivan dan lain-lain di dalam kota terus mengabaikan korespondensi mereka, mereka dapat mengajukan gugatan dan meminta pengadilan untuk memiliki doa dibuang.
"Kami tidak hanya akan terus diabaikan dan membiarkan hal itu menjadi akhir dari itu, atau untuk pengaduan kami," kata pengacara Andrew Seidel dari FFRF.
Organisasi itu juga menyatakan keberatan atas rencana tahun 2010 Cape Coral untuk mendirikan sebuah Sepuluh Perintah monumen di balai kota.

Sumber : cristiannewst.net