FROM SUCCESS TO SIGNIFICANCE
Tahun
ini Bill Gate adalah orang kaya kedua di dunia dengan nilai asset USD
61 milyar atau sekitar Rupiah 600 triliun, atau sekitar 40% belanja
negara kita. Seorang yang dropout dari Harvard Business School, tapi
sukses membangun perusahaan software Microsoft. Tapi yang mengejutkan,
pada tahun 2008 dia mengumumkan tidak lagi menangani urusan sehari-hari
bisnis tapi akan mendedikasikan segala kreativitas dan waktu untuk
mengelolah pekerjaan Bill & Melinda Gate Foundation yang menangani
dana sosial senilai USD 29 milyar untuk bantuan kesehatan global dan
kemiskinan ekstrim dunia. Dari sukses dalam bisnis, Bill Gate kemudian
mengejar makna hidupnya melalui kegiatan sosial.
Pada usia muda,
manusia mengejar sukses. Mereka menetapkan sasaran-sasaran hidupnya dan
berusaha mencapai sasaran-sasaran itu. Sasaran-sasaran mereka berkisar
pada masalah-masalah pemenuhan berbagai kebutuhan dan keinginan. Menurut
Maslow, kebutuhan-kebutuhan manusia itu hierarkis dan meningkat dari
kebutuhan fisik, keamanan, sosial, respek dan puncaknya adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Sadar atau tidak sadar manusia berusaha mengakumulasi
harta, nama, posisi, kekuasaan dan kenikmatan-kenikmaan dalam hidupnya.
Inilah masa sukses manusia. Pencarian yang berorientasi untuk diri
sendiri. Sekalipun dalam bentuk kegiatan ‘melayani’, ada masa-nya
melayani adalah performan yang memuaskan diri, apakah itu mengajar,
melatih, berkotbah, dan sebagainya. Sudah barang tentu tidak semua
orang mengalami sukses. Ada banyak orang yang hidupnya terus sulit
sepanjang hidupnya tidak pernah mengecap sukses.
Pada titik tertentu
dalam hidupnya ada orang-orang, seperti Bill Gate, yang mempertanyakan
arti hidupnya. Mengapa dia ada di dunia? Apakah yang dia lakukan
memiliki arti? Apa yang akan dia tinggalkan ketika dia harus mengakhiri
hidupnya? Mereka mencari makna atau significance atau arti hidup mereka.
Dalam hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow, ini adalah sejalan
dengan tahap aktualisasi diri seseorang. Dia mau melayani orang lain
karena dia sedang menjalankan misi hidupnya. Dia berbagi pengalaman,
talenta, hartanya, energinya dan pengalaman-pengalaman hidupnya untuk
kemajuan orang lain. Dia ingin mempengaruhi dan memberdayakan orang
lain. Dia berpikir apa warisan yang akan dia tinggalkan.
Perubahan
orientasi ini terjadi seringkali sejalan dengan ketika orang mengalami
krisis tertentu atau mencapai usia tertentu. Dan ini sering terjadi pada
usia yang sudah semakin banyak, seperti dalam kasus Bill Gate, yaitu
pada usia paruh baya. Kemudian mereka memasuki paruh kedua dengan
orientasi yang berbeda itu. Sudah barang tentu banyak orang yang tidak
pernah mengalami hidup dengan orientasi pencarian makna ini.
Sesungguhnya
orang percaya memiliki potensi dan bahkan diperintahkan untuk hidup
mengejar makna ketimbang sukses. Matius 6:33 memerintahkan agar kita
mencari kerajaan Allah dan kebenarannya (makna), maka Tuhan akan
menambahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan (sukses) itu. Tuhan Yesus
hanya hidup hingga usia 33 tahun dan melayani dengan masa yang pendek,
yaitu 3 tahun. Namun hidup-Nya memberikan ‘makna’ yang luar biasa, tidak
saja dalam karya keselamatan-Nya di kayu salib, tapi juga dalam
perbuatan-Nya sehari-hari bagi banyak orang yang hidupnya Dia sentuh.
Paulus
mengalami perubahan total dalam orientasi hidupnya, dari mengejar
posisi di antara masyarakat keagamaan Farisi kepada pengenalan kepada
Kristus ketika dia bertemu dengan Dia (Lihat Filipi 3:7). Segala sesuatu
yang dulu dia anggap sebagai keuntungan, kemudian Paulus anggap sebagai
kerugian karena Kristus. Perubahan perspektif terhadap Kristus
memungkinkan peralihan orientasi hidup orang. Paulus kemudian mengejar
pelaksanaan misi hidupnya: Memberitakan Injil terutama kepada
orang-orang non Yahudi.
Seseorang perlu memiliki ‘sense of
significance’ yang sehat untuk memiliki orientasi pada hidup yang
mengejar makna. Setiap pribadi adalah spesial, unik dan memiliki peran
yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Dengan kepekaan seseorang
bisa menjadi berkat bagi orang lain yang tidak bisa atau sulit
digantikan oleh orang lain. Alkitab menegaskan sesungguhnya Tuhan sudah
merencanakan suatu ‘pekerjaan baik’ bagi orang percaya dan Allah mau
kita mengerjakannya (Efesus 2:10).
Mengapa perubahan perspektif ini
banyak terjadi pada usia paruh baya? Karena pada waktu itu orang
membayangkan memiliki sisa waktu sedikit lagi. Dalam waktu tidak lama
dia akan pensiun dan kehilangan kekuasaan dan fasilitas yang selama ini
dia nikmati. Ada ‘sense of urgency’ untuk menggunakan waktu yang tersisa
untuk hal-hal penting. Sense of urgency ini akan membawa orang kepada
kesadaran pentingnya menjadi bermakna.
Oleh karena itu, untuk
men-trigger proses peralihan itu, seseorang perlu memiliki kesadaran
akan dirinya, akan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Dengan
kesadaran itu dia bisa meng-kapitalisasikan kekuatan-kekuatannya dan
menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian dia bisa mengalihkan
karirnya ke area-area yang menjadi panggilan dan mencapai misi hidupnya.
Pengejaran
kepada hidup bermakna terjadi ketika seseorang membangun relasinya
dengan Sang Pencipta dan dengan sesama. Relasi membawa kepada pengenalan
dan pengenalan mempengaruhi perspektif seseorang. Dengan relasi yang
intim dengan Allah yang kekal, maka ada harapan seseorang berpikir
kekekalan. Dan ketika dia berpikir demikian maka relasi dengan sesama
menjadi utama.
Ketika seseorang mencari makna hidup, melayani menjadi
misi bukan prestasi. Membangun orang menjadi tujuan bukan target. Dulu
melayani adalah tampil melakukan performan pelayanan itu, sekarang
memberdayakan orang untuk melakukan pelayanan itu menjadi penting. Dalam
relasi dengan Allah, maka orang yang mencari makna di dalam Dia, tidak
bisa tidak mencari bagian dalam misi Allah bagi dunia.
Apa yang
sedang Anda kejar? Seyogyanya kita segera beralih dari mengejar sukses
kepada significance. Pergumulan pribadi dengan Dia akan menolong
menentukan arah besar hidup kita dalam pencarian makna. Namun kita bisa
mulai dengan mengubah setiap interaksi dari berorientasi kepada
keberhasilan kepada memberikan makna kepada orang lain. Tuhan
memberkati!