Jumat, 27 September 2013

Pengacara Kenya Gugat Penyaliban Yesus Kristus

DEN HAAG — Seorang pengacara mengajukan gugatan hukum adalah hal biasa. Namun, jika kasus yang digugat terjadi 2.000 tahun lalu, mungkin jadi hal luar biasa.

Dola Indidis, seorang pengacara asal Kenya, mengajukan sebuah gugatan hukum ke Pengadilan Kriminal Internasional (IJC) di Den Haag, Belanda.

Namun, yang digugat Indidis adalah peristiwa penyaliban Yesus Kristus yang terjadi sekitar 2.000 tahun lalu.

Dalam gugatannya, Indidis menuntut Pemerintah Italia dan Israel atas pengadilan dan penyaliban Yesus yang dinilainya tidak adil.

Dalam berkas gugatan yang dimasukkannya ke IJC, Indidis menggugat Gubernur Yudea Ponsius Pilatus, Raja Yudea Herodes, Kaisar Romawi Tiberius, sejumlah tetua Yahudi, Republik Italia dan Israel.

"Saya memasukkan gugatan karena pengadilannya yang tidak adil dan melanggar hak asasi manusia, penyalahgunaan kekuasaan, dan kecurigaan," kata Indidis.

ICJ dikabarkan sudah membentuk sebuah panel awal untuk memeriksa gugatan Indidis, tetapi panel ini menemukan masalah "kecil".

"ICJ tidak memiliki yurisdiksi untuk kasus semacam ini," kata juru bicara ICJ.

"ICJ menangani kasus persengketaan antarnegara. Dan secara teori kami tidak bisa menerima kasus ini," tambah juru bicara itu.

Bukan kali ini saja Indidis mencoba untuk mengajukan kasus ini. Pada 2007 dia memasukkan gugatan yang sama ke Pengadilan Tinggi Kenya.

Harmoni Gereja Dan Masjid

 
gereja-dan-masjid-di-solo-ini-satu-halaman-dan-satu-dinding.jpg
Satu Halaman dan Satu Dinding
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah merupakan dua tempat ibadah yang letaknya berdampingan. Meski tidak ada tembok kokoh atau pagar yang tinggi untuk memisahkan kedua bangunan yang terletak di jalan Gatot Subroto no 222, Solo, Jawa Tengah tersebut, namun kedua jamaah yang berbeda agama ini tak pernah berselisih.
Seperti dirilis merdeka.com, sejak GKJ dibangun tahun 1939  dan musala Al Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid dibangun tahun 1947, kedua Jemaahnya senantiasa hidup rukun. "Kita merasa bangga bisa hidup bersama, meski dengan keyakinan berbeda," ujar Sajadi, salah satu jamaah masjid.
Pendeta GKJ Joyodiningratan, Nunung Istiningdya mengatakan, komunikasi yang baik di antara pengurus kedua rumah ibadah menjadikan terciptanya suasana yang konduksif antara jemaat GKJ dan Jemaah Al Hikmah. "Selama puluhan tahun kami tak pernah ada konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid," ujar Nunung.
Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Natsir Abu Bakar membenarkan pernyataan Nunung.  Menurut Natsir, sebagai pengurus masjid pihaknya selalu berkomunikasi dengan gereja. "Kami selalu berkomunikasi, apa pun yang dilakukan harus selalu rukun," terang Natsir.
Kerukunan antardua jemaah beda agama ini tidak hanya terlihat pada kegiatan ibadah sehari-hari, saat perayaan hari besar pun mereka saling membantu dan mengamankan kegiatan peringatan hari besar.
Berdasarkan buku tamu gereja maupun buku tamu masjid, beberapa pemuka agama dari berbagai Negara seperti; Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, Filipina, Jepang dan Vietnam datang ke Solo  untuk melihat secara langsung harmonisasi/kerukunan jemaat GKJ dan Jemaah masjid Al Hikmah untuk dijadikan rujukan pemuka agama seluruh dunia.

Kamis, 19 September 2013

DARK NIGHT OF THE SOUL

 
DARK NIGHT OF THE SOUL.jpg
 Harry Puspito
Dalam perjalanan imannya bisa dipastikan seseorang menjalani tahap di mana dia mengalami kebingungan. Hidup yang selama ini bisa diprediksi dan dinikmati bersama Tuhan seperti menjadi asing. Doa-doa yang selama ini terasa didengar Tuhan dan mendapatkan jawaban yang dia pahami sekarang seperti membentur tembok. Allah seperti tidak mendengar doa lagi. Padahal dia menjalani kehidupan yang seperti biasanya. Tidak terasa dia melakukan dosa besar yang membuat Tuhan harus demikian marah dan membiarkan dia. Terlebih dia masih terus rajin melayani. Hidup menjadi kehilangan kepastian. Tuhan yang tadinya seperti sangat dikenali menjadi terasa asing.
 Orang bisa mengalami krisis yang demikian hebat pada tahap kehidupan di mana dia begitu bersemangat dengan Tuhannya. Entah didiagnose sakit berat seperti kanker, kelainan jantung; mengalami kecelakaan yang parah; atau perusahaan tempat dia bekerja mengalami kebangkrutan; atau anak yang tahu-tahu terlibat dalam konsumsi narkoba; pasangan yang meninggalkan atau berselingkuh; anak yang melawan; belum atau tidak mendapatkan anak setelah cukup lama menikah; dan sebagainya terjadi begitu saja. Arah hidup menjadi goyah.
 Jika Anda mengalami hal seperti ini, Anda tidak sendiri. Anda sedang mengalami apa yang oleh seorang bapa gereja – Saint John the Cross - sebutkan sebagai ‘the dark night of the soul’ (sisi gelap jiwa) atau  oleh Peter Scazzero dalam bukunya yang berjudul “Emotionally Healthy Spirituality” (2006) sebagai“the wall” atau tembok. Contoh kejadian seperti itu di dalam Alkitab adalah pengalaman hidup Ayub, ketika tidak ada angin tidak ada hujan tahu-tahu harus mengalami kehilangan semua ternaknya, semua anaknya, dan kesehatannya.
Ini bukan cobaan ringan yang kita alami sehari-hari, seperti terjebak dalam kemacetan lalu lintas, penerbangan yang ditunda, sakit flu, dikitik seseorang dalam suatu rapat, dan sebagainya.   Krisis berat ini menjungkir-balikkan hidup kita, hidup Ayub dan siapapun yang mengalaminya. Kita dibuat bingung. Tapi inilah bagian dari pengalamanan hubungan kita dengan Allah. Alkitab sudah memberikan contoh dalam kehidupan banyak tokoh tapi juga peringatan. 1 Petrus 4:12, misalnya, mengatakan “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.”
Celakalah kalau kita tidak bisa memahami dan menerima kenyataan ini karena kita akan bertemu dengan tembok kehidupan kita ini sepanjang hidup kita. Karena itu penting kita memahami kata Alkitab tentang hidup kita secara utuh, tidak sepotong-potong di mana di dalamnya ada banyak bagian tentang masalah penderitaan dan tembok kehidupan ini.
St. John menulis mengenai The Dark Night of the Soul dalam kaitannya dengan “perkembangan kerohanian” – pertumbuhan kerohanian roh manusia sepanjang waktu dan cara-cara yang tidak terbatas di mana RK bekerja dalam diri orang tersebut pada waktu-waktu yang berbeda. Tampaknya menjadi metode Allah untuk menggunakan penderitaan dalam rangka membentuk anak-anak-Nya menjadi pribadi-pribadi sesuai dengan rencana Agung-Nya. Dalam proses ini paling tidak ada “7 dosa maut” yang Tuhan mau bersihkan dari para hamba-Nya, yaitu kesombongan, serakah, kenyamanan, amarah, rakus, iri hati dan kemalasan rohani.  Bagi Saint John dosa-dosa ini sangat bernuansa rohani. Misalnya, yang dimaksud kesombongan dalam kelompok dosa ini adalah kesombontan rohani, yaitu merasa puas dan bangga dengan pelayanannya, dengan kerohanian sendiri yang tersembunyi. Percaya bahwa pelayanannya menjadikan kerohaniannya berbeda. Mungkin kita menyebut mencuri kemuliaan Allah, merasa menjadi Allah sendiri daripada hamba Allah. Dia ingin para hamba-Nya tetap rendah hati, walaupun secara rohani sudah menjadi dewasa – kerendahan hati menjadi tanda kedewasaan, dan Dia memakai dia dengan luar biasa – mempengaruhi hidup orang lain.
 Untuk membangun kerohanian umat-Nya, Roh Kudus secara rahasia mengerjakan suatu pekerjaan dalam roh manusia – suatu pekerjaan yang mendalam tapi terasa demikian asing bagi pengalaman orang Kristen sehingga sering diartikan sebagai ketidak-hadiran Allah. Sebenarnya di sana terjadi misteri di mana kemauan kita bertemu dengan kemauan Allah, muka dengan muka. Allah menangani kita secara pribadi. Dia mengirimkan “the dark night of loving fire” untuk membebaskan kita dari ikatan-ikatan yang membelenggu kita dan pengerasan-pengerasan dosa atau duniawi yang terbentuk dalam diri kita. Allah sedang mentransformasi dan mengembalikan arah hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Dia menanamkan kasih ke dalam jiwa kita dan mengubah kita menjadi seperti Kristus yang seutuhnya.
 Menghadapi tembok iman kita itu, kita perlu mengenali dan menghadapi realitas dan fakta-fakta tembok ini. Kita perlu terus memelihara iman dan membuat keputusan-keputusan yang bijaksana dan berani. Mungkin kita perlu pindah tempat bekerja; mungkin kita perlu memutuskan untuk memberikan perhatian kepada keluarga; atau kembali memberi waktu saat teduh yang cukup dan berkualitas. Kita perlu menerima rencana Allah bagi hidup kita. Kita harus berani menerima ketidak-nyamanan yang terjadi karena Allah yang tidak bisa kita kurung dalam “kotak iman” kita dan mengijinkan Dia melakukan kehendak-Nya. Kita perlu berserah, mencari pengampunan kalau ada dosa yang disadari, mencari pemulihan hubungan, mencairan kekerasan-kekerasan di dalam diri kita. Kita perlu sering menyendiri dan merefleksikan hidup kita di tengah kesibukan hidup itu sendiri. Penting untuk menjaga relasi yang intim dengan Sang Pencipta, agar kita lebih mudah memahami Dia dan apa yang sedang Dia lakukan di dalam hidup kita. 
Tuhan memberkati!

Nikmati Penyakitmu!




Nikmati  Penyakitmu!.jpg
TIDAK ada orang yang mau sakit. Apalagi orang modern yang hanya ingin bisa hidup serba mudah dan sistematis, akhirnya benci terhadap  penyakit. Kemajuan teknologi membuat orang mengubah konsep hidupnya. Orang-orang jaman dulu sangat  familiar dengan kepahitan dalam kehidupan, sehingga dalam menyikapi penyakit pasti jauh berbeda dibanding orang-orang masa kini. Jadi, kalau orang-orang jaman sekarang disuruh “menikmati” penyakit, sudah pasti tidak akan ada yang mau. Orang-orang modern tidak akan tersenyum jika sedang sakit. Tidak heran jika banyak orang Kristen yang mengatakan bahwa penyakit itu dari setan, maka harus didoakan dengan menumpangkan tangan atau ditengking. Mereka tidak rela menerima penyakit itu dengan lapang dada. Penyakit itu akan selalu datang menghampiri semua orang, sekalipun sudah berusaha dengan segala cara dan upaya untuk menghindari penyakit, lewat cara hidup cara makan, dsb. Maka tiada jalan lain bagi kita untuk “menikmati” saja penyakit itu.

Dalam 2 Korintus 12: 7–10, diceritakan tentang Rasul Paulus yang bergumul sehubungan dengan adanya duri dalam dagingnya. Dikatakan bahwa penyakit dalam tubuh Paulus, yaitu duri dalam dagingnya, memang sengaja diijinkan oleh Tuhan. Paulus diijinkan Tuhan untuk menderita penyakit tersebut yang terus ada sampai akhir hayatnya. Penyakit ini menjadi satu kesaksian yang indah, yang diijinkan Tuhan  supaya Paulus tidak memegahkan diri atau terjerumus pada keadaan yang bisa saja membuat dia menjadi sombong. Bahwa penyakit itu diperlukan oleh Paulus, hal ini harus dipahami. Mungkin kita berpikir bahwa penyakit tersebut harus dibuang, tetapi Paulus justru merasa perlu menyimpan penyakitnya. Sebab dia sadar kalau penyakit yang diijinkan itu pun untuk menyatakan kemuliaan Allah.
Dalam ayat 9, Paulus meminta kesembuhan tapi Tuhan mengatakan, “Cukup kasih karunia-Ku bagimu, karena dalam kelemahanmu, kuasa Tuhan menjadi nyata.” Itu lebih baik bagi Paulus, karena dalam kelemahan, hadirnya kekuatan Allah adalah lebih baik daripada kekuatan dosa yang hadir. Dalam ayat 10, Paulus mengatakan bahwa ia senang dan rela dalam kelemahan.

Waktu kita menyadari bahwa penyakit itu merupakan kehendak Allah, maka kita menemukan satu momentum yang membuat kita merasakan itu sebagai sebuah kenikmatan dan kesenangan. Dengan demikian kita rela menanggung semua rasa sakit itu. Jika penyakit membuat orang lain sedih, maka kita tetap tersenyum di kala menderita sakit. Penyakit itu diperlukan, dan diijinkan Tuhan dalam sepanjang hidup kita. Jika kita sakit, bukan berarti Tuhan tidak mendengar doa kita, tetapi juga bukan berarti setiap penyakit itu kehendak Allah. Yang kita bicarakan saat ini adalah penyakit yang berkaitan dengan kehendak Allah sehingga Allah mengijinkan penyakit itu terjadi. Karena itu perlu kita menyadari hikmat dari Tuhan, bukan buru-buru mencari kesembuhan yang  akhirnya membuat kita tidak bisa menikmati penyakit yang Tuhan berikan itu. Tapi kalau penyakit timbul karena salah sendiri, maka belajarlah baik-baik dan berani menanggung risiko.

Kita juga harus ingat bahwa penyakit bukan aib. Penyakit bukan aib, jika sesuai kehendak Allah. Tetapi kalau tidak sesuai dengan kehendak Allah, itu salah sendiri, obati sendiri lalu minta ampun pada Tuhan. Misalnya hujan sedang turun, tetapi kita tetap keluar rumah tidak memakai payung. Lain halnya jika mau pergi ke pelayanan, tidak memakai payung karena memang tidak punya, maka itu merupakan bagian dari kesulitan penderitaan kita. Dapat dikatakan bahwa kondisi seperti ini merupakan salib yang harus dipikul karena ada kepentingan yang lebih serius untuk dikerjakan sementara fasilitas seperti payung tidak punya.

Proses pembentukan
Penyakit bukan kematian yang ditakuti. Dalam Filipi 1: 21 dikatakan: Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, lalu kenapa kita harus takut jika sedang sakit? Penyakit bukan kematian yang harus ditakuti, bahkan kematian pun tidak perlu ditakuti.  Ini harus dipahami. Menikmati penyakit itu bukan masalah, tetapi sikap kita terhadap penyakitlah yang menjadi masalah. Kenapa? Karena kita ingin kehendak kita yang jadi supaya sembuh bukannya kita memahami kehendak Allah bahwa penyakit itu harus kita alami. Dan karena kita ingin kehendak kita yang jadi, akhirnya kita  marah dan meragukan Tuhan.

Kita harus sadar bahwa penyakit merupakan proses pembentukan. Jika dipahami, penyakit merupakan proses pembentukan, memberikan pertumbuhan iman. Teta-pi sebaliknya jika kita me-lihat penyakit itu sebuah permasalahan, maka iman tidak bertumbuh. Bahkan penyakit adalah sebuah kehormatan,  kalau kita sanggup menanggungnya di dalam Tuhan. Seperti kata Paulus, “Aku senang dan rela dalam kelemahan, di dalam siksaan, dalam kesukaran dan dalam penganiayaan oleh karena Kristus.”

Karena itu mari kita mengubah konsep yang salah agar kita tidak menyamarkan berkat-berkat yang diberikan Tuhan sebagai sesuatu yang harus menjadi milik orang percaya. Berkisahlah tentang sukses:  sukses berbuah dengan Tuhan, sukses menanggung kesulitan yang ada, sukses hidup jujur, sukses berjalan pada jalan yang benar, sukses tidak berkompromi dengan dunia. Harta itu relatif, bisa ada hari ini, besok tidak ada. Semua orang dunia juga mencari harta benda, mencari kesembuhan. Tetapi yang dimiliki Allah lebih daripada itu yaitu kebenaran dan ketenangan dalam hidup dan dalam jiwanya yang bebas yang tidak dapat ditekan oleh apa pun. Itulah yang penting. Inilah konsep kristiani.

Belajarlah, mungkin Tuhan mau memberikan suatu kesempatan kepada kita yang dapat dipahami sebagai suatu kesempatan untuk menampilkan paradigma baru tentang penyakit di dunia. Dunia ini sakit dalam segala-galanya. Karena itu mari kita beri paradigma baru pada dunia ini dengan berkata: Jangan menangis pada waktu sakit. Karena apa? Karena waktu sakit pun kita bisa senang, bahkan menikmatinya.

Jika kita sedang sakit, berdoalah agar Tuhan menolong. Dengan pertolongan Tuhan itu kita mengejutkan dunia. Dunia terkejut, karena dalam keadaan sakit pun kita tetap bersukacita dan tersenyum. Jangan mengharapkan kesembuhan hanya untuk bersaksi bahwa kita sembuh karena Tuhan. Dalam keadaan sakit pun kita bisa bersaksi dan menjadi alat yang luar biasa. Nikmatilah penyakit dalam paradigma baru dan tersenyumlah dalam kelemahanmu itu, karena itulah yang membangkitkan dan menumbuhkan imanmu.

Selasa, 17 September 2013


Komunitas Zombie Yang Terus Berevolusi


Komunitas Zombie.jpeg
Ada banyak komunitas di Jakarta, namun komunitas ini membuat ketakutan bagi orang yang melihat di jalan. Karena kini di Indonesia  telah banyak lahir zombie-zombie menyeramkan yang berkeliaran di sekitar  Anda. Namun Anda tidak perlu takut, karena mereka bukanlah zombie layaknya di film ber-genre horor,  melainkan sekumpulan orang yang tergabung dalam sebuah komunitas pecinta zombie yang menamakan dirinya Indonesia Zombie Club (IZoC).
IZoC merupakan sebuah komunitas independent yang ditujukan bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan pada karakter dan figur Zombie. IZoC merupakan suatu wadah komunitas zombie terbesar di Indonesia dengan lebih dari 5500 anggota yang  tersebar dari Aceh hingga Papua, dan berafiliasi dengan beberapa komunitas zombie lainnya, seperti: The Walking Dead Indonesia, The Walking Dead Fanatics (Indonesia), Resident Evil Fanatics Indonesia (REFANI) dan Komunitas Penggemar Film Zombie (Kompi Zombie).
Terbentuknya IZoC berawal dari forum diskusi online tahun 2008 yang saat itu hanya sekedar sharing tentang tips and trik, download film, games, tukar menukar ide tentang make up horor tapi tidak pernah diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Kemudian mulai merambah ke sosial media pada 2009.
“Mulai pertengahan 2011 kami mulai aktif ikut kegiatan offline lewat berbagai event yang ada, dari situlah orang kemudian mulai banyak tahu mengenai IZoC,” ujar Eric Kairupan, juru bicara IZoC.
Ia menambahkan, tak terasa kini komunitas IZoc sudah berusia tiga (3) tahun sekarang dengan jumlah anggota  mencapai 2300 orang.  Dan berbagai event pun telah diikuti komunitas ini untuk menyemarakan kota Jakarta. “Ngga  kerasa ya  IZoC sudah berumur 3 tahun dan sekarang anggotanya sudah mencapai 2300 orang lebih, ukuran yang sangat besar bagi komunitas independen,” katanya senang.
Di IZoC para anggota  bisa mengeksplorasi kesukaan mereka akan zombie di berbagai bidang, baik sebagai makeup artist zombie, kostumasa (cosplayer), penulis novel, pembuat film, mendesain props dan kostum, theater, serta banyak lagi kegiatan positif lainnya.

Dewan zombie
IZoC mempunyai pengurus yang tergabung dalam Coucil of The Dead (dewan Zombie)  atau CoD, dan merekalah yang bertanggung jawab atas kelangsungan segala kegiatan yang diselenggarakan oleh IZoC.  “Apabila tidak ada event,  biasanya kita hanya membahas tentang project, ke depannya bagaimana, tema apa yang akan kita pakai, dan event apa yang kita kerjakan. Tapi kalau ada event, kami akan memaksimalkan workshop untuk desain kostum dan lain-lain,” imbuh Eric.
Menurut Eric, zombie itu unik, tidak stagnan dan selalu berevolusi. “Zombie itu sesuatu yang masih baru. Beda  dengan komunitas horor semacam rumah hantu di mana hantunya adalah hantu-hantu lokal seperti pocong, kuntilanak yang memang sudah dikenal masyarakat kita,” urai Eric.
Kehadiran monster-monster berwajah seram ini tentu saja bukan hanya sekadar ingin menakut-nakuti. Lebih dari itu,  mereka menampilkan tampilan make up yang unik dan menonjolkan karakter dari zombie lewat kostum yang dikenakan, sehingga akan membuat takjub setiap orang yang melihat. “Mereka yang bergabung di Izoc adalah yang suka dengan zombie, jadi ketika mereka menjadi zombie, natural instingnya keluar. Bila hanya make up tapi karakternya tidak keluar, tetap tidak menarik,” tambahnya.
Untuk diketahui, Jakarta Toys dan Comics Fair’s Cosplay Competition (JTCF-CC) kembali lagi di tahun 2013 ini dengan lokasi acara yang masih sama di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta.
 


Senin, 16 September 2013

Pdt. DR. Jimmy Oentoro: Gerejaku Kotaku, Kotaku Gerejaku


Jimmy Oentoro.jpg
Gereja bukan saya hanya melulu  upacara seremoni, membicarakan tradisi kebaktian. Gereja sebagai Tubuh Kristus harus tetap adaptif terhadap keadaan. Sebab, gereja utamanya di kota, akan lebih multidimensi tantangan yang dihadapi. Maka perlu terus membangkitkan cinta pada gereja-Nya. “Kita mengimpikan gereja yang makin hari makin am. Dan untuk menemukan Gereja seperti itu, serta temukan empat rahasia utama menjadi Gereja Impian,” tulis Pdt. DR. Jimmy Oentoro penulis buku “Gereja Impian.” Selain seorang penulis dia juga adalah pendeta senior di Gereja Injil Seutuh International, disingkat IFGF GISI. Dan, pria kelahiran Semarang, ini, adalah pendiri dan pengurus World Harvest. Sebuah organisasi misi non-profit yang melakukan misi pelayanan, pendidikan, dan media.
Beberapa waktu lalu Reformata mewawancarainya beberapa waktu lalu. Demikian petikannya:

Gereja macam apakah sebenarnya yang diimpikan sebagaimana di dalam buku Anda, Gereja Impian?
Bayangkan bila komunitas di sekitar Anda bersyukur atas kehadiran gereja Anda. Para jemaat dari berbagai kalangan bisa hidup serasi dan saling berbagi. Para pengusaha datang ke gereja Anda untuk meminta nasihat untuk usahanya. Para pemimpin negara ini bekerja sama membangun bangsa bersama gereja-Nya. Dan terakhir, bila Gereja Anda memberi nilai tambah bagi komunitas, kota, dan bangsanya.
Apa yang ditunjukkan dalam mengelola gereja, kepemimpinan yang melayani?
Kepemimpinan Kristen mengajarkan, memimpin dengan melayani. Memimpin dengan melayani tidak membuat seseorang menjadi lemah, goyah. Tidak terjebak dalam keinginan untuk dicintai semua orang. Namun, memimpin dengan melayani berarti kita melayani dengan kepercayaan daripada dengan intimidasi. Anda lebih suka mempengaruhi daripada memerintah. Artinya ketika Anda memimpin orang dan berfokus pada kebaikan yang lebih besar bagi orang lain, seluruh tim dan bisnis, daripada mencari kebaikan bagi diri sendiri.

Apa yang harus dimiliki?
Kerendahan hati, itu sebuah karakteristik kunci dari seorang pemimpin yang melayani. Setiap orang mempunyai ego. Kita dilahirkan dengan ego. Ego adalah bagian dari kemanusiaan kita. Orang perlu belajar bagaimana mengatur ego mereka. Kerendahan hati biasanya bukanlah tindakan yang diunggulkan dalam  kebanyakan buku bisnis, tetapi ini adalah elemen penting dalam kepemimpinan yang melayani yang diteladankan oleh Yesus. Kerendahan hati adalah kunci rahasia yang membuka semua elemen lain dalam model kepemimpinan yang melayani.

Apa artinya?
Maksudnya adalah: Anda melayani orang lain terlebih dahulu, bukan diri Anda sendiri. Anda melayani baik pelanggan di dalam maupun di luar. Anda mendahulukan kepentingan oranglain daripada diri sendiri.

Berbicara soal pelayanan, dalam kepemimpinan disebut melayani dengan bermakna, apa artinya?
Berbicara kasih bicara soal kepekaan melihat kebutuhan sesama. Kepekaan mengenali apa yang tidak ada dan apa yang ada pada kita. Di sekitar kita pun banyak orang yang membutuhkan dan terabaikan. Mari kita coba mencari apa yang dapat kita lakukan untuk menyatakan kasih Kristus pada mereka. Bahkan, perbuatan kecil dan sederhana, jika berasal dari kasih yang besar dan kecintaan pada Tuhan, pasti akan mengantar banyak orang untuk memuliakan Tuhan.

Tantangannya soal godaan dalam kehidupan di kota apa saja?
Di bidang apa godaan itu? Pakaian, sepatu, barang-barang koleksi? Film, makanan, peralatan elektronik, kerajinan, tanaman? Jika kita pernah singgah ke toko untuk membeli susu dan keluar dengan barang yang berbeda, seperti televisi, maka kita tahu rasanya pencobaan. Kelemahan yang kita rasakan saat mengalami godaan dan pencobaan, memampukan kita untuk belajar bagaimana menghadapi pencobaan dan menang. Cari tahu kelemahan kita. Berhenti mencobai diri sendiri dengan bahaya. Jika Anda ingin menang atas godaan, Anda harus berhenti menyenangkan diri Anda yang dapat menyebabkan Anda tersandung. Jika Anda mudah tergoda dengan pakaian, jangan habiskan waktu Anda berjam-jam di pusat perbelanjaan. Atau jangan pergi kesana kecuali Anda memiliki tujuan dan rencana khusus yang harus dipenuhi. Jika katalog pemesanan barang adalah kelemahan Anda, singkirkan mereka jauh-jauh dari hadapan Anda dan buang ke tempat sampah.

Lalu, bagaimana mensikronisasi keberimanan dengan profesi di kota, semangat keentrepreneuran misalnya?
Dalam hidup ini, kita pasti pernah mendapatkan tekanan, masalah, dan penganiayaan dari orang-orang yang tidak suka dengan iman kita. Akan tetapi Tuhan ingin agar kita tetap memegang teguh iman kepada Tuhan. Dan kemiskinanmu. Miskin merupakan kata yang relatif, bisa berarti pas-pasan atau hidup melarat. Dalam urusan perdagangan, jemaat di Smirna dipersulit dalam berusaha. Dagangan mereka diboikot dan mereka tidak diberi kesempatan memperoleh kehidupan yang mapan. Namun engkau kaya. Jemaat Smirna memang miskin dalam harta, tetapi mereka dinilai kaya oleh Tuhan karena mereka dapat bertahan dari tekanan yang mereka dapatkan. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Kemiskinan seperti apa yang dimaksud?
Banyak orang Kristen yang begitu takut terhadap kemiskinan, penganiayaan dan cemoohan. Tidak sedikit pula orang Kristen yang pergi meninggalkan Tuhan untuk lepas dari ketiga hal tersebut. Yang ingin saya katakana adalah: mati miliki iman seperti jemaat Smirna yang tahan terhadap cobaan yang menerpa mereka.

Bagaimana spiritulitas demikian,  untuk tetap terjaga?
Doa harus terus dikenakan agar orang beriman dapat bertahan dalam godaan. Jadi, berdoalah pada setiap kesempatan yang muncul. Berdoa setiap waktu bukan berarti 24 jam kita harus melipat tangan dan menutup mata, melainkan terus hidup dalam kontak batin dengan Tuhan. Menyadari kehadiran-Nya. Doa harus dijadikan setir kemudi. Sesuatu yang utama, penting, dan mengendalikan sepak terjang kita. Dengan hidup dalam suasana doa, Tuhan bisa memimpin kita berkata dan bertindak sesuai kehendak-Nya. Kita bisa terus sehati sepikir dengan-Nya. Cobalah periksa kehidupan doa kita akhir-akhir ini. Bagi kita, apakah doa menjadi sekadar ban serep, atau menjadi setir kemudi yang mengendalikan arah hidup kita. Tergantung kita. Jadi berdoa itulah peneguhan kita, spritualitas.

Jadi bagaimana menjadi gereja yang berpengaruh?
Kalau melihat sekarang, komunitas di sekitar kita. Kita bersyukur atas kehadiran gereja kita. Para jemaat dari berbagai kalangan bisa hidup serasi dan saling berbagi. Para pengusaha datang ke gereja untuk meminta nasihat untuk usahanya. Para pemimpin negara ini bekerjasama membangun bangsa bersama gereja-Nya. Gereja memang harus memberi nilai tambah bagi komunitas, kota, dan bangsanya. Karena itu, saya menulis buku Gereja Impian untuk memberikan perspektif Ilahi bagi gereja. Ini sebuah pandangan praktis dan teologis untuk mengubah paradigma kita tentang gereja. Buku tersebut diperuntukkan untuk para hamba Tuhan, kaum profesional, para pengusaha, serta setiap orang kristiani untuk bersama-sama mewujudkan Gerejaku adalah kotaku, kotaku adalah gerejaku.

Rabu, 11 September 2013

Aktivitas Iman Atau Iman Aktivitas

Posted : 05 September 2013
imanfaith.jpg
 Pdt. Bigman Sirait
“Perumpamaan tentang seorang penabur” demikian Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberi judul pada Injil Matius 13 ayat pertama hingga ke 23.  Di situ dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus sedang berkhotbah di hadapan murid-murid-Nya dengan mengambil ilustrasi benih yang ditabur.  Benih itu diceritakan jatuh di pinggir jalan,  di tempat berbatu, dan jatuh di tanah baik.  Ketiganya memiliki konsekuensi dan akibat tersendiri.  Benih yang jatuh di pinggir jalan misalnya, akan habis dimakan burung, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertumbuh.  Selanjutnya, benih yang jatuh di tempat berbatu dan tanahnya tipis, sudah dapat dipastikan akan segera mati, meskipun sempat bertumbuh, namun karena tidak berakar, maka akan segera layu dan mati. Dan yang paling bagus adalah benih yang jatuh di tanah yang baik.  Tidak saja dia dapat bertumbuh subur, tapi juga segera berbuah puluhan, bahkan ratusan kali lipat. 

Perumpamaan tentang seorang penabur itu diceritakan Yesus untuk menunjukkan fakta karakterisitik orang yang datang hendak mendengar firman tentang kerajaan sorga. Dalam konteks sekarang ini, perumpamaan tersebut dapat dibawa untuk menunjuk fenomena orang-orang  yang sering mendengar firman Tuhan, dalam arti kuantitas. Mengemuka dalam bentuk aktivitas rajin ke gereja, aktif di persekutuan dan segala hal yang berhubungan dengan pelayanan.  Tentu saja di mata orang lain, aktivitas kerohaniannya, aktivitas spiritualnya terlihat amat  bagus.  Apalagi dengan imbuhan nilai subyektif orang, bahwa mereka yang sering terlibat dalam persekutuan ibadah itulah yang baik, justru semakin menguatkan anggapan ini.  Padahal tidak tentu demikian. Siapa yang dapat menjamin jika di antara orang yang duduk mendengarkan firman Tuhan mengerti betul kebenaran sejati firman. Boleh jadi mereka mendengar tetapi sebenarnya belum mengerti, kalau enggan menyebut tidak mengerti sama sekali. Apa yang dibicarakan tentang kerajaan sorga, atau apa sebenarnya yang dituntut Allah dalam hidup, sejatinya tidak dimengerti dengan baik.

Aktivitas melayani, beribadah, dan mendengar firman sebenarnya tidak lebih dari pemenuhan kebutuhan diri agar disebut sebagai orang beragama.  Untuk dapat disebut Kristen, maka dia perlu ke gereja. Berbeda sama sekali dari makna Kristen yang sejati.  Alkitab pun mengatakan orang-orang seperti ini belum layak dikatakan sebagai seorang Kristen. Kristen memiliki pengertian yang teramat indah.  Kristen adalah Kristus kecil, atau pengikut Kristus. Kristen sejati tidak dipahami sekadar sebagai identitas diri.  Lantaran agamanya Kristiani atau nasrani, maka seseorang disebut Kristen.  Hal demikian tentu sah-sah saja, dimaknai sebagai identitas atau pengenal. Begitu juga kalau seseorang disebut Kristen hanya karena dia ke gereja, toh gereja adalah juga tempat ibadahnya orang Kristen. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah benar dia adalah Kristen di hadapan Tuhan?  Ini yang jadi masalah dan pergumulan selanjutnya.

Kembali kepada orang yang yang mengaku kristiani. Yang memiliki aktivitas mendengar firman tentang kerajaan sorga, tetapi tidak pernah mengerti, an-sich tak lebih daripada penggembira. Ke gereja di benaknya hanya untuk pemuasan diri dan bukan memuaskan Tuhan. Firman Tuhan apapun yang diberitakan tidak dipedulikan, bisa dipertanggungjawabkan atau tidak pun tak dipusingkannya.  Baginya yang penting ceramah yang disampaikan enak didengar, membuat hati pun senang. Karena itu jangan tanya soal standarisasi pewartaan firman Tuhan haruslah sesuai dengan Alkitab. Sebab orang seperti ini tak peduli dengan itu.  Baginya beribadah hanya karena dia seorang Kristen.Duduk mendengarkan firman karena ingin disebut orang yang beragama, orang yang percaya Tuhan. Dia tidak mau disebut kafir. Karenanya perlu sebuah status keagamaan. Kalau diperhatikan dari sudut kuantitasnya, ditinjau dari mobilitas dan aktifitas rohaninya, mungkin dua jempol perlu diacungkan.  Mengingat sudah teramat tinggi tingkatannya, dari persekutuan satu ke persekutuan lain, dari gereja satu ke gereja lain, orang mungkin akan sangat kagum melihatnya. 

Namun sayang, sepak terjangnya ternyata tidak luput dari sorotan orang.  Bahkan akan membuat orang bertanya-tanya, “rajin beribadah, rajin ikut persekutuan, kokhidupnya tidak karu-karuan, tidak mencerminkan kebenaran firman Tuhan.” Di gereja bisa saja dia terlihat  sangat rohani, namun di tempat kerja langsung berubah, khilaf, “lupa” kalau dia seorang Kristen.  Lalu kenapa hal ini bisa terjadi? Sederhana saja, apa yang dia kerjakan tidak lebih dari hanya aktivitas.  Inilah “iman aktivitas”.  Sebuah model beriman yang hanya terikat pada ritual atau tradisi kristen, dan tidak sedikitpun menyentuh esensi keberagamaan, esensi kekristenan. Menjalankan kewajiban keagamaan pada waktu ibadah, tetapi ketika bertemu dunia yang sesungguhnya, langsung berubah dan kembali ke bentuk asli. Tidak sedikit orang menggunakan topeng yang hampir sama seperti ini di dalam gereja, tak terkecuali para pendeta yang tidak saja tertipu, tapi juga terjebak dalam model iman seperti ini. Bahkan untuk sekadar mendapat pengakuan keagamaan, pengakuan beriman orang-orang model “iman aktivitas” ini tak segan-segan membayar berapa pun untuk status itu.

Ekspresi dari “iman aktivitas” sering lebih menjadi batu sandungan daripada menolong.  Sering menjatuhkan kekristenan daripada mengangkatnya. Karena itu diperlukan otokritik.  Mengoreksi ke dalam, apakah kita juga terjebak pada konsep dan cara yang sama.  Terperangkap dalam aktivitas menjadi orang Kristen yang pergi ke gereja demi identitas kekristenan, atau demi kewajiban keagamaan. Beribadah jangan hanya sekadar menjalankan panggilan keagamaan. Melampui itu, dalam beribadah kita bertemu secara pribadi dengan DIA, berdialog dengan DIA yang mengetahui hati dan pikiran. Berdoa, minta tolong agar Tuhan membersihkan hati dan pikiran serta maksud dan motivasi yang tidak seharusnya.