tag:blogger.com,1999:blog-84087256792300283662024-03-13T11:13:51.309+08:00GEREJA KIBAID KLASIS MAKASSARKIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.comBlogger117125tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-90248266231032788302013-10-05T10:23:00.000+08:002013-10-05T10:23:01.002+08:00<div class="judul" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>Ritual menyembah setan marak di India</b></span></div>
<div align="left" class="judul">
<span style="font-size: large;"><b> </b></span></div>
India
- Kelompok Kristen di Negara Bagian Nagaland, sebelah timur India,
sedang bekerja keras untuk meredam semakin meningkatnya pertumbuhan
pemujaan setan, setelah beberapa laporan menyebut ribuan remaja dari
jemaat gereja melakukan ritual menyembah setan dalam beberapa bulan
terakhir.
<br />
<br />Kantor berita milik Vatikan Agenzia Fides baru-baru ini melaporkan
bahwa lebih dari tiga ribu anak muda diidentifikasi telah melakukan
ritual menyembah setan di Ibu Kota Kohima, Nagaland, seperti dilansir
situs the Huffington Post, Selasa (9/7).
<br />
<br />Direktur Gerakan Misionaris Nagaland, Wati Longkumer, mengatakan
kekuatan sebenarnya dari bentuk penyembahan setan ini memang sulit untuk
ditentukan. Namun, kelompok itu juga ada di kota terbesar di Nagaland
yaitu Dimapur, dan mereka menggunakan situs jejaring sosial, seperti
Facebook dan Twitter untuk memperluas jaringan mereka.
<br />
<br />"Beberapa anak muda Kristen yang menolak menyembah setan telah
memberitahu kami bahwa mereka dipanggil untuk melakukan ritual lewat
tengah malam di Pemakaman Korban Perang Kohima dan di lokasi lain.
Mereka juga diminta memakai kaos hitam dan akan dipanggil dengan julukan
baru," kata Longkumer.
<br />
<br />Dia mengatakan dirinya telah melihat salah satu bentuk keanggotaan
dari penyembah setan yang menamakan diri mereka sebagai Sapi Jantan
Hitam, dan mengajak anak-anak muda untuk menjadi bagian dari penyembah
setan.
<br />
<br />Organisasi yang dibentuk Longkumer menjadi bagian dari Dewan Gereja
Pembabtis Nagaland, yang terdiri dari lebih 1.300 jemaat, dan telah
mengerahkan departemen kepemudaan mereka untuk memberi laporan rinci
terkait masalah ini.
<br />
<br />Lebih dari 90 persen penduduk Nagaland, yakni dua juta orang
Kristen, dan sekitar tiga perempat dari mereka mengidentifikasi sebagai
Nasrani.
<br />
<br />Sementara perwakilan Persekutuan Injil India yang berbasis di
Nagalan mengatakan beberapa orang tua merasa khawatir dengan nasib
anak-anak mereka jika meninggalkan rumah sekitar tengah malam.
<br />
<br />"Bentuk penyembahan setan telah mengubah sikap dan pandangan hidup
para pemuda, meskipun belum ada aktivitas kriminal yang dilakukan oleh
mereka telah dilaporkan sejauh ini," ucap dia.
<br />
<br />Pada April lalu, kelompok gereja-gereja di Nagalan telah membuat
organisasi untuk menyelamatkan anak-anak muda dari jeratan penyembahan
setan. Gereja Katolik Roma di Nagaland mengatakan pihaknya terkejut
mengetahui tentang fenomena ini dan bekerja sama dengan kelompok dari
Kristen Protestan untuk melawan hal itu.(DAP)
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-43230186315567113392013-10-01T22:31:00.003+08:002013-10-01T22:31:42.303+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
<span style="font-size: large;">PENYEGELAN GEREJA St. BERNADETTE</span></h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="GEREJA St. BERNADETTE.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7422&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="PENYEGELAN GEREJA St. BERNADETTE" />
<div id="grey" style="padding: 2px; width: 298px;">
Photo Repro Inet</div>
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
Gereja
Paroki St Bernadette di Bintaro, Tangerang Selatan, didemo massa yang
mengatasnamakan warga sekitar pada Ahad, 22 September 2013, sekitar
pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Massa menggembok gereja tersebut dari luar
dan meminta pembangunan gereja dihentikan, seperti dilansir TEMPO.CO,
Senin, 23 September 2013. </div>
<div align="justify">
Pastor Paroki St
Bernadette, Paulus Dalu Lubur, CICM, menjelaskan, Para pendemo datang
dengan mengenakan pakaian berwarna putih dan ikat kepala berwarna merah.
"Seperti mau berperang saja," ucap Romo Paulus. "Mereka mengatasnamakan
warga sekitar," tambah Romo.</div>
<div align="justify">
“Saya percaya
mereka yang datang kemarin tidak mayoritas, atau tidak seratus persen
warga di situ. Kami sudah mendapatkan dukungan dari beberapa ustaz,
haji, dan pemuka masyarakat di sekitar lokasi rencana pembangunan
gereja,” ujar Romo. </div>
<div align="justify">
Terkait hal itu, Sekretaris
Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia
(KWI), Antonius Benny Susetyo mengatakan, bahwa gereja tersebut sudah
mendapatkan IMB pada 11 September 2013 dan baru akan memulai
pembangunan.</div>
<div align="justify">
“Gereja baru saja mendapat IMB.
Masyarakat sekitar sudah menyetujuinya. Kita berharap agar aparat
keamanan memberi jaminan rasa aman,” kata Benny. </div>
<div align="justify">
Menyikapi
sikap dan tindakan para pendemo yang menggembok pintu masuk tempat
peribadatan umat St. Bernadette, Bintaro, Tangerang Selatan, Ketua
Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Siti Noor Laila mengecam
penyegelan gereja St. Bernadette yang dilakukan oleh massa. Ia menilai
kasus penyegelan rumah ibadah berulang akibat ketidaktegasan aparat
penegak hukum. "Para pelaku intoleransi beragama itu tak pernah mendapat
hukuman yang membuat jera, kejadian serupa kerap berulang," katanya
kepada Tempo, Senin 23 September 2013.</div>
<div align="justify">
"Penegakan hukumnya masih tidak tegas, seharusnya tidak boleh ada bias penegak hukum kepada kelompok mayoritas," kata Siti.</div>
<div align="justify">
Dia
meminta aparat penegak hukum seperti polisi dan jaksa menegakkan aturan
yang seimbang. "Peraturan kan hanya ada satu, jangan malah mendukung
tirani mayoritas," ujar Siti. Apalagi, saat ini semakin banyak kelompok
fanatik yang muncul dan pada akhirnya main hakim sendiri. </div>
<div align="justify">
Hal
senada juga disampaikan oleh mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia, Salahuddin Wahid, meminta pemerintah Tangerang Selatan ikut
menyelesaikan masalah penyegelan Gereja Paroki Santa Bernadette di
Bintaro, Tangerang Selatan. </div>
<div align="justify">
Pria yang akrab
disapa Gus Solah itu mengatakan; "Wali Kota harus berkoordinasi dengan
kapolres, camat, lurah, serta tokoh masyarakat," </div>
<div align="justify">
Masalah
intoleransi beragama seperti ini, tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
"Kalau pemerintah diam saja, apa gunanya ada pemerintah?" ujar adik
mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu.</div>
<div align="justify">
Gus Solah
mengatakan pemerintah harus melindungi kebebasan warganya untuk
beribadah tanpa memandang status mayoritas atau minoritas. </div>
<div align="justify">
Menurut
dia, tindakan massa menggembok gereja merupakan sebuah pelanggaran
hukum. "Seharusnya yang bisa menyegel hanya aparat pemerintah, itu pun
kalau tak ada izin," katanya. </div>
<div align="justify">
Gus Solah
mengatakan masalah perizinan tempat ibadah memang harus diselesaikan.
Gus Solah menganggap seluruh tempat ibadah memang harus memiliki izin.
Akan tetapi, penyelesaian masalahnya tak boleh dilakukan sendiri oleh
warga di sekitar tempat ibadah. </div>
</div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-top: 10px;"><tbody>
<tr>
<td style="padding-right: 10px;" valign="top">
</td>
<td style="padding-right: 10px;" valign="top">
</td>
</tr>
</tbody></table>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-23036041433089488382013-09-27T23:37:00.002+08:002013-09-27T23:38:22.700+08:00<div class="judul" style="text-align: center;">
<h2>
Pengacara Kenya Gugat Penyaliban Yesus Kristus</h2>
</div>
DEN
HAAG — Seorang pengacara mengajukan gugatan hukum adalah hal biasa.
Namun, jika kasus yang digugat terjadi 2.000 tahun lalu, mungkin jadi
hal luar biasa.
<br />
<br />Dola Indidis, seorang pengacara asal Kenya, mengajukan sebuah
gugatan hukum ke Pengadilan Kriminal Internasional (IJC) di Den Haag,
Belanda.
<br />
<br />Namun, yang digugat Indidis adalah peristiwa penyaliban Yesus Kristus yang terjadi sekitar 2.000 tahun lalu.
<br />
<br />Dalam gugatannya, Indidis menuntut Pemerintah Italia dan Israel atas pengadilan dan penyaliban Yesus yang dinilainya tidak adil.
<br />
<br />Dalam berkas gugatan yang dimasukkannya ke IJC, Indidis menggugat
Gubernur Yudea Ponsius Pilatus, Raja Yudea Herodes, Kaisar Romawi
Tiberius, sejumlah tetua Yahudi, Republik Italia dan Israel.
<br />
<br />"Saya memasukkan gugatan karena pengadilannya yang tidak adil dan
melanggar hak asasi manusia, penyalahgunaan kekuasaan, dan kecurigaan,"
kata Indidis.
<br />
<br />ICJ dikabarkan sudah membentuk sebuah panel awal untuk memeriksa gugatan Indidis, tetapi panel ini menemukan masalah "kecil".
<br />
<br />"ICJ tidak memiliki yurisdiksi untuk kasus semacam ini," kata juru bicara ICJ.
<br />
<br />"ICJ menangani kasus persengketaan antarnegara. Dan secara teori kami tidak bisa menerima kasus ini," tambah juru bicara itu.
<br />
<br />Bukan kali ini saja Indidis mencoba untuk mengajukan kasus ini. Pada
2007 dia memasukkan gugatan yang sama ke Pengadilan Tinggi Kenya.
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-1226478659015814172013-09-27T22:34:00.001+08:002013-09-27T22:34:30.570+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Harmoni Gereja Dan Masjid</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="gereja-dan-masjid-di-solo-ini-satu-halaman-dan-satu-dinding.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7307&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Harmoni Gereja Dan Masjid" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
<strong>Satu Halaman dan Satu Dinding</strong></div>
<div align="justify">
Gereja
Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah merupakan dua
tempat ibadah yang letaknya berdampingan. Meski tidak ada tembok kokoh
atau pagar yang tinggi untuk memisahkan kedua bangunan yang terletak di
jalan Gatot Subroto no 222, Solo, Jawa Tengah tersebut, namun kedua
jamaah yang berbeda agama ini tak pernah berselisih. </div>
<div align="justify">
Seperti
dirilis merdeka.com, sejak GKJ dibangun tahun 1939 dan musala Al
Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid dibangun tahun 1947,
kedua Jemaahnya senantiasa hidup rukun. "Kita merasa bangga bisa hidup
bersama, meski dengan keyakinan berbeda," ujar Sajadi, salah satu jamaah
masjid. </div>
<div align="justify">
Pendeta GKJ Joyodiningratan, Nunung
Istiningdya mengatakan, komunikasi yang baik di antara pengurus kedua
rumah ibadah menjadikan terciptanya suasana yang konduksif antara jemaat
GKJ dan Jemaah Al Hikmah. "Selama puluhan tahun kami tak pernah ada
konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di
antara bangunan gereja dan masjid," ujar Nunung.</div>
<div align="justify">
Ketua
Takmir Masjid Al Hikmah, Natsir Abu Bakar membenarkan pernyataan
Nunung. Menurut Natsir, sebagai pengurus masjid pihaknya selalu
berkomunikasi dengan gereja. "Kami selalu berkomunikasi, apa pun yang
dilakukan harus selalu rukun," terang Natsir.</div>
<div align="justify">
Kerukunan
antardua jemaah beda agama ini tidak hanya terlihat pada kegiatan
ibadah sehari-hari, saat perayaan hari besar pun mereka saling membantu
dan mengamankan kegiatan peringatan hari besar.</div>
<div align="justify">
Berdasarkan
buku tamu gereja maupun buku tamu masjid, beberapa pemuka agama dari
berbagai Negara seperti; Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris,
Italia, Spanyol, Filipina, Jepang dan Vietnam datang ke Solo untuk
melihat secara langsung harmonisasi/kerukunan jemaat GKJ dan Jemaah
masjid Al Hikmah untuk dijadikan rujukan pemuka agama seluruh dunia. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-41953779531352708102013-09-19T17:17:00.003+08:002013-09-19T17:17:47.799+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
DARK NIGHT OF THE SOUL</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="DARK NIGHT OF THE SOUL.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7349&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="DARK NIGHT OF THE SOUL" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
Harry Puspito <br /></div>
<div align="justify">
Dalam
perjalanan imannya bisa dipastikan seseorang menjalani tahap di mana
dia mengalami kebingungan. Hidup yang selama ini bisa diprediksi dan
dinikmati bersama Tuhan seperti menjadi asing. Doa-doa yang selama ini
terasa didengar Tuhan dan mendapatkan jawaban yang dia pahami sekarang
seperti membentur tembok. Allah seperti tidak mendengar doa lagi.
Padahal dia menjalani kehidupan yang seperti biasanya. Tidak terasa dia
melakukan dosa besar yang membuat Tuhan harus demikian marah dan
membiarkan dia. Terlebih dia masih terus rajin melayani. Hidup menjadi
kehilangan kepastian. Tuhan yang tadinya seperti sangat dikenali menjadi
terasa asing.<br /> Orang bisa mengalami krisis yang demikian hebat pada
tahap kehidupan di mana dia begitu bersemangat dengan Tuhannya. Entah
didiagnose sakit berat seperti kanker, kelainan jantung; mengalami
kecelakaan yang parah; atau perusahaan tempat dia bekerja mengalami
kebangkrutan; atau anak yang tahu-tahu terlibat dalam konsumsi narkoba;
pasangan yang meninggalkan atau berselingkuh; anak yang melawan; belum
atau tidak mendapatkan anak setelah cukup lama menikah; dan
sebagainya terjadi begitu saja. Arah hidup menjadi goyah.<br /> Jika Anda
mengalami hal seperti ini, Anda tidak sendiri. Anda sedang mengalami apa
yang oleh seorang bapa gereja – Saint John the Cross - sebutkan sebagai
‘the dark night of the soul’ (sisi gelap jiwa) atau oleh Peter
Scazzero dalam bukunya yang berjudul “Emotionally Healthy Spirituality”
(2006) sebagai“the wall” atau tembok. Contoh kejadian seperti itu di
dalam Alkitab adalah pengalaman hidup Ayub, ketika tidak ada angin tidak
ada hujan tahu-tahu harus mengalami kehilangan semua ternaknya, semua
anaknya, dan kesehatannya.<br />Ini bukan cobaan ringan yang kita alami
sehari-hari, seperti terjebak dalam kemacetan lalu lintas, penerbangan
yang ditunda, sakit flu, dikitik seseorang dalam suatu rapat, dan
sebagainya. Krisis berat ini menjungkir-balikkan hidup kita, hidup
Ayub dan siapapun yang mengalaminya. Kita dibuat bingung. Tapi inilah
bagian dari pengalamanan hubungan kita dengan Allah. Alkitab sudah
memberikan contoh dalam kehidupan banyak tokoh tapi juga peringatan. 1
Petrus 4:12, misalnya, mengatakan “Saudara-saudara yang kekasih,
janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai
ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu.”<br />Celakalah
kalau kita tidak bisa memahami dan menerima kenyataan ini karena kita
akan bertemu dengan tembok kehidupan kita ini sepanjang hidup kita.
Karena itu penting kita memahami kata Alkitab tentang hidup kita secara
utuh, tidak sepotong-potong di mana di dalamnya ada banyak bagian
tentang masalah penderitaan dan tembok kehidupan ini.<br />St. John
menulis mengenai The Dark Night of the Soul dalam kaitannya
dengan “perkembangan kerohanian” – pertumbuhan kerohanian roh manusia
sepanjang waktu dan cara-cara yang tidak terbatas di mana RK bekerja
dalam diri orang tersebut pada waktu-waktu yang berbeda. Tampaknya
menjadi metode Allah untuk menggunakan penderitaan dalam rangka
membentuk anak-anak-Nya menjadi pribadi-pribadi sesuai dengan rencana
Agung-Nya. Dalam proses ini paling tidak ada “7 dosa maut” yang Tuhan
mau bersihkan dari para hamba-Nya, yaitu kesombongan, serakah,
kenyamanan, amarah, rakus, iri hati dan kemalasan rohani. Bagi Saint
John dosa-dosa ini sangat bernuansa rohani. Misalnya, yang dimaksud
kesombongan dalam kelompok dosa ini adalah kesombontan rohani, yaitu
merasa puas dan bangga dengan pelayanannya, dengan kerohanian sendiri
yang tersembunyi. Percaya bahwa pelayanannya menjadikan kerohaniannya
berbeda. Mungkin kita menyebut mencuri kemuliaan Allah, merasa menjadi
Allah sendiri daripada hamba Allah. Dia ingin para hamba-Nya tetap
rendah hati, walaupun secara rohani sudah menjadi dewasa – kerendahan
hati menjadi tanda kedewasaan, dan Dia memakai dia dengan luar biasa –
mempengaruhi hidup orang lain.<br /> Untuk membangun kerohanian
umat-Nya, Roh Kudus secara rahasia mengerjakan suatu pekerjaan dalam roh
manusia – suatu pekerjaan yang mendalam tapi terasa demikian asing bagi
pengalaman orang Kristen sehingga sering diartikan sebagai
ketidak-hadiran Allah. Sebenarnya di sana terjadi misteri di mana
kemauan kita bertemu dengan kemauan Allah, muka dengan muka. Allah
menangani kita secara pribadi. Dia mengirimkan “the dark night of loving
fire” untuk membebaskan kita dari ikatan-ikatan yang membelenggu kita
dan pengerasan-pengerasan dosa atau duniawi yang terbentuk dalam diri
kita. Allah sedang mentransformasi dan mengembalikan arah hidup kita
sesuai dengan kehendak-Nya. Dia menanamkan kasih ke dalam jiwa kita dan
mengubah kita menjadi seperti Kristus yang seutuhnya.<br /> Menghadapi
tembok iman kita itu, kita perlu mengenali dan menghadapi realitas dan
fakta-fakta tembok ini. Kita perlu terus memelihara iman dan membuat
keputusan-keputusan yang bijaksana dan berani. Mungkin kita perlu pindah
tempat bekerja; mungkin kita perlu memutuskan untuk memberikan
perhatian kepada keluarga; atau kembali memberi waktu saat teduh yang
cukup dan berkualitas. Kita perlu menerima rencana Allah bagi hidup
kita. Kita harus berani menerima ketidak-nyamanan yang terjadi karena
Allah yang tidak bisa kita kurung dalam “kotak iman” kita dan
mengijinkan Dia melakukan kehendak-Nya. Kita perlu berserah, mencari
pengampunan kalau ada dosa yang disadari, mencari pemulihan hubungan,
mencairan kekerasan-kekerasan di dalam diri kita. Kita perlu sering
menyendiri dan merefleksikan hidup kita di tengah kesibukan hidup itu
sendiri. Penting untuk menjaga relasi yang intim dengan Sang Pencipta,
agar kita lebih mudah memahami Dia dan apa yang sedang Dia lakukan di
dalam hidup kita. <br />Tuhan memberkati!</div>
</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-37153489412483743992013-09-19T08:50:00.003+08:002013-09-19T08:50:50.823+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
<span style="font-size: large;">Nikmati Penyakitmu!</span></h3>
<br />
<br />
<br />
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Nikmati Penyakitmu!.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=5937&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Nikmati Penyakitmu!" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
TIDAK
ada orang yang mau sakit. Apalagi orang modern yang hanya ingin bisa
hidup serba mudah dan sistematis, akhirnya benci terhadap penyakit.
Kemajuan teknologi membuat orang mengubah konsep hidupnya. Orang-orang
jaman dulu sangat familiar dengan kepahitan dalam kehidupan, sehingga
dalam menyikapi penyakit pasti jauh berbeda dibanding orang-orang masa
kini. Jadi, kalau orang-orang jaman sekarang disuruh “menikmati”
penyakit, sudah pasti tidak akan ada yang mau. Orang-orang modern tidak
akan tersenyum jika sedang sakit. Tidak heran jika banyak orang Kristen
yang mengatakan bahwa penyakit itu dari setan, maka harus didoakan
dengan menumpangkan tangan atau ditengking. Mereka tidak rela menerima
penyakit itu dengan lapang dada. Penyakit itu akan selalu datang
menghampiri semua orang, sekalipun sudah berusaha dengan segala cara dan
upaya untuk menghindari penyakit, lewat cara hidup cara makan, dsb.
Maka tiada jalan lain bagi kita untuk “menikmati” saja penyakit itu.</div>
<div align="justify">
<br />Dalam
2 Korintus 12: 7–10, diceritakan tentang Rasul Paulus yang bergumul
sehubungan dengan adanya duri dalam dagingnya. Dikatakan bahwa penyakit
dalam tubuh Paulus, yaitu duri dalam dagingnya, memang sengaja diijinkan
oleh Tuhan. Paulus diijinkan Tuhan untuk menderita penyakit tersebut
yang terus ada sampai akhir hayatnya. Penyakit ini menjadi satu
kesaksian yang indah, yang diijinkan Tuhan supaya Paulus tidak
memegahkan diri atau terjerumus pada keadaan yang bisa saja membuat dia
menjadi sombong. Bahwa penyakit itu diperlukan oleh Paulus, hal ini
harus dipahami. Mungkin kita berpikir bahwa penyakit tersebut harus
dibuang, tetapi Paulus justru merasa perlu menyimpan penyakitnya. Sebab
dia sadar kalau penyakit yang diijinkan itu pun untuk menyatakan
kemuliaan Allah. <br />Dalam ayat 9, Paulus meminta kesembuhan tapi Tuhan
mengatakan, “Cukup kasih karunia-Ku bagimu, karena dalam kelemahanmu,
kuasa Tuhan menjadi nyata.” Itu lebih baik bagi Paulus, karena dalam
kelemahan, hadirnya kekuatan Allah adalah lebih baik daripada kekuatan
dosa yang hadir. Dalam ayat 10, Paulus mengatakan bahwa ia senang dan
rela dalam kelemahan. </div>
<div align="justify">
<br />Waktu kita
menyadari bahwa penyakit itu merupakan kehendak Allah, maka kita
menemukan satu momentum yang membuat kita merasakan itu sebagai sebuah
kenikmatan dan kesenangan. Dengan demikian kita rela menanggung semua
rasa sakit itu. Jika penyakit membuat orang lain sedih, maka kita tetap
tersenyum di kala menderita sakit. Penyakit itu diperlukan, dan
diijinkan Tuhan dalam sepanjang hidup kita. Jika kita sakit, bukan
berarti Tuhan tidak mendengar doa kita, tetapi juga bukan berarti setiap
penyakit itu kehendak Allah. Yang kita bicarakan saat ini adalah
penyakit yang berkaitan dengan kehendak Allah sehingga Allah mengijinkan
penyakit itu terjadi. Karena itu perlu kita menyadari hikmat dari
Tuhan, bukan buru-buru mencari kesembuhan yang akhirnya membuat kita
tidak bisa menikmati penyakit yang Tuhan berikan itu. Tapi kalau
penyakit timbul karena salah sendiri, maka belajarlah baik-baik dan
berani menanggung risiko. </div>
<div align="justify">
<br />Kita juga harus
ingat bahwa penyakit bukan aib. Penyakit bukan aib, jika sesuai
kehendak Allah. Tetapi kalau tidak sesuai dengan kehendak Allah, itu
salah sendiri, obati sendiri lalu minta ampun pada Tuhan. Misalnya hujan
sedang turun, tetapi kita tetap keluar rumah tidak memakai payung. Lain
halnya jika mau pergi ke pelayanan, tidak memakai payung karena memang
tidak punya, maka itu merupakan bagian dari kesulitan penderitaan kita.
Dapat dikatakan bahwa kondisi seperti ini merupakan salib yang harus
dipikul karena ada kepentingan yang lebih serius untuk dikerjakan
sementara fasilitas seperti payung tidak punya.<br /><br />Proses pembentukan<br />Penyakit
bukan kematian yang ditakuti. Dalam Filipi 1: 21 dikatakan: Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, lalu kenapa kita
harus takut jika sedang sakit? Penyakit bukan kematian yang harus
ditakuti, bahkan kematian pun tidak perlu ditakuti. Ini harus dipahami.
Menikmati penyakit itu bukan masalah, tetapi sikap kita terhadap
penyakitlah yang menjadi masalah. Kenapa? Karena kita ingin kehendak
kita yang jadi supaya sembuh bukannya kita memahami kehendak Allah bahwa
penyakit itu harus kita alami. Dan karena kita ingin kehendak kita yang
jadi, akhirnya kita marah dan meragukan Tuhan. </div>
<div align="justify">
<br />Kita
harus sadar bahwa penyakit merupakan proses pembentukan. Jika dipahami,
penyakit merupakan proses pembentukan, memberikan pertumbuhan iman.
Teta-pi sebaliknya jika kita me-lihat penyakit itu sebuah permasalahan,
maka iman tidak bertumbuh. Bahkan penyakit adalah sebuah kehormatan,
kalau kita sanggup menanggungnya di dalam Tuhan. Seperti kata Paulus,
“Aku senang dan rela dalam kelemahan, di dalam siksaan, dalam kesukaran
dan dalam penganiayaan oleh karena Kristus.” </div>
<div align="justify">
<br />Karena
itu mari kita mengubah konsep yang salah agar kita tidak menyamarkan
berkat-berkat yang diberikan Tuhan sebagai sesuatu yang harus menjadi
milik orang percaya. Berkisahlah tentang sukses: sukses berbuah dengan
Tuhan, sukses menanggung kesulitan yang ada, sukses hidup jujur, sukses
berjalan pada jalan yang benar, sukses tidak berkompromi dengan dunia.
Harta itu relatif, bisa ada hari ini, besok tidak ada. Semua orang dunia
juga mencari harta benda, mencari kesembuhan. Tetapi yang dimiliki
Allah lebih daripada itu yaitu kebenaran dan ketenangan dalam hidup dan
dalam jiwanya yang bebas yang tidak dapat ditekan oleh apa pun. Itulah
yang penting. Inilah konsep kristiani. </div>
<div align="justify">
<br />Belajarlah,
mungkin Tuhan mau memberikan suatu kesempatan kepada kita yang dapat
dipahami sebagai suatu kesempatan untuk menampilkan paradigma baru
tentang penyakit di dunia. Dunia ini sakit dalam segala-galanya. Karena
itu mari kita beri paradigma baru pada dunia ini dengan berkata: Jangan
menangis pada waktu sakit. Karena apa? Karena waktu sakit pun kita bisa
senang, bahkan menikmatinya. </div>
<div align="justify">
<br />Jika kita
sedang sakit, berdoalah agar Tuhan menolong. Dengan pertolongan Tuhan
itu kita mengejutkan dunia. Dunia terkejut, karena dalam keadaan sakit
pun kita tetap bersukacita dan tersenyum. Jangan mengharapkan kesembuhan
hanya untuk bersaksi bahwa kita sembuh karena Tuhan. Dalam keadaan
sakit pun kita bisa bersaksi dan menjadi alat yang luar biasa.
Nikmatilah penyakit dalam paradigma baru dan tersenyumlah dalam
kelemahanmu itu, karena itulah yang membangkitkan dan menumbuhkan
imanmu.<br /></div>
</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-74913568679984534442013-09-17T23:49:00.003+08:002013-09-17T23:49:55.298+08:00<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="T2" style="width: 100%px;"><tbody>
<tr></tr>
<tr><td valign="top"><div style="text-align: center;">
</div>
<div style="margin-bottom: 20px; margin-left: 20px; margin-right: 20px; margin-top: 0px;">
<div style="text-align: center;">
<br />
</div>
<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Komunitas Zombie Yang Terus Berevolusi</h3>
<br /><div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Komunitas Zombie.jpeg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7351&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Komunitas Zombie Yang Terus Berevolusi" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
Ada
banyak komunitas di Jakarta, namun komunitas ini membuat ketakutan bagi
orang yang melihat di jalan. Karena kini di Indonesia telah banyak
lahir zombie-zombie menyeramkan yang berkeliaran di sekitar Anda. Namun
Anda tidak perlu takut, karena mereka bukanlah zombie layaknya di film
ber-genre horor, melainkan sekumpulan orang yang tergabung dalam sebuah
komunitas pecinta zombie yang menamakan dirinya Indonesia Zombie Club
(IZoC).<br />IZoC merupakan sebuah komunitas independent yang ditujukan
bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan pada karakter dan figur
Zombie. IZoC merupakan suatu wadah komunitas zombie terbesar di
Indonesia dengan lebih dari 5500 anggota yang tersebar dari Aceh hingga
Papua, dan berafiliasi dengan beberapa komunitas zombie lainnya,
seperti: The Walking Dead Indonesia, The Walking Dead Fanatics
(Indonesia), Resident Evil Fanatics Indonesia (REFANI) dan Komunitas
Penggemar Film Zombie (Kompi Zombie). <br />Terbentuknya IZoC berawal dari
forum diskusi online tahun 2008 yang saat itu hanya sekedar sharing
tentang tips and trik, download film, games, tukar menukar ide tentang
make up horor tapi tidak pernah diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Kemudian mulai merambah ke sosial media pada 2009.<br />“Mulai pertengahan
2011 kami mulai aktif ikut kegiatan offline lewat berbagai event yang
ada, dari situlah orang kemudian mulai banyak tahu mengenai IZoC,” ujar
Eric Kairupan, juru bicara IZoC. <br />Ia menambahkan, tak terasa kini
komunitas IZoc sudah berusia tiga (3) tahun sekarang dengan jumlah
anggota mencapai 2300 orang. Dan berbagai event pun telah diikuti
komunitas ini untuk menyemarakan kota Jakarta. “Ngga kerasa ya IZoC
sudah berumur 3 tahun dan sekarang anggotanya sudah mencapai 2300 orang
lebih, ukuran yang sangat besar bagi komunitas independen,” katanya
senang. <br />Di IZoC para anggota bisa mengeksplorasi kesukaan mereka
akan zombie di berbagai bidang, baik sebagai makeup artist zombie,
kostumasa (cosplayer), penulis novel, pembuat film, mendesain props dan
kostum, theater, serta banyak lagi kegiatan positif lainnya.<br /><br />Dewan zombie<br />IZoC
mempunyai pengurus yang tergabung dalam Coucil of The Dead (dewan
Zombie) atau CoD, dan merekalah yang bertanggung jawab atas
kelangsungan segala kegiatan yang diselenggarakan oleh IZoC. “Apabila
tidak ada event, biasanya kita hanya membahas tentang project, ke
depannya bagaimana, tema apa yang akan kita pakai, dan event apa yang
kita kerjakan. Tapi kalau ada event, kami akan memaksimalkan workshop
untuk desain kostum dan lain-lain,” imbuh Eric. <br />Menurut Eric, zombie
itu unik, tidak stagnan dan selalu berevolusi. “Zombie itu sesuatu yang
masih baru. Beda dengan komunitas horor semacam rumah hantu di mana
hantunya adalah hantu-hantu lokal seperti pocong, kuntilanak yang memang
sudah dikenal masyarakat kita,” urai Eric.<br />Kehadiran monster-monster
berwajah seram ini tentu saja bukan hanya sekadar ingin menakut-nakuti.
Lebih dari itu, mereka menampilkan tampilan make up yang unik dan
menonjolkan karakter dari zombie lewat kostum yang dikenakan, sehingga
akan membuat takjub setiap orang yang melihat. “Mereka yang bergabung di
Izoc adalah yang suka dengan zombie, jadi ketika mereka menjadi zombie,
natural instingnya keluar. Bila hanya make up tapi karakternya tidak
keluar, tetap tidak menarik,” tambahnya. <br />Untuk diketahui, Jakarta
Toys dan Comics Fair’s Cosplay Competition (JTCF-CC) kembali lagi di
tahun 2013 ini dengan lokasi acara yang masih sama di Kartika Expo
Center, Balai Kartini, Jakarta.<br /> <br /><br /></div>
</div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-top: 10px;">
<tbody>
<tr>
<td style="padding-right: 10px;" valign="top">
</td>
<td style="padding-right: 10px;" valign="top">
</td>
<td nowrap="nowrap" style="padding-right: 10px;" valign="top">
<span style="height: 20px; width: 126px;"></span>
</td>
<td valign="top" width="300">
</td>
</tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="fb-comments fb_iframe_widget" data-colorscheme="light" data-href="http://reformata.com/news/view/7351/komunitas-zombie-yang-terus-berevolusi" data-num-posts="5" data-width="700">
<span style="height: 160px; width: 700px;"></span></div>
<table border="0" cellpadding="2" cellspacing="1" style="width: 100%px;">
<tbody>
<tr>
<td>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
</td></tr>
</tbody></table>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-11000919699926612752013-09-16T18:55:00.007+08:002013-09-16T18:55:29.141+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: justify;">
Pdt. DR. Jimmy Oentoro: Gerejaku Kotaku, Kotaku Gerejaku</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Jimmy Oentoro.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7393&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Pdt. DR. Jimmy Oentoro: Gerejaku Kotaku, Kotaku Gerejaku" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
Gereja
bukan saya hanya melulu upacara seremoni, membicarakan tradisi
kebaktian. Gereja sebagai Tubuh Kristus harus tetap adaptif terhadap
keadaan. Sebab, gereja utamanya di kota, akan lebih multidimensi
tantangan yang dihadapi. Maka perlu terus membangkitkan cinta pada
gereja-Nya. “Kita mengimpikan gereja yang makin hari makin am. Dan untuk
menemukan Gereja seperti itu, serta temukan empat rahasia utama menjadi
Gereja Impian,” tulis Pdt. DR. Jimmy Oentoro penulis buku “Gereja
Impian.” Selain seorang penulis dia juga adalah pendeta senior di Gereja
Injil Seutuh International, disingkat IFGF GISI. Dan, pria kelahiran
Semarang, ini, adalah pendiri dan pengurus World Harvest. Sebuah
organisasi misi non-profit yang melakukan misi pelayanan, pendidikan,
dan media.<br />Beberapa waktu lalu Reformata mewawancarainya beberapa waktu lalu. Demikian petikannya:<br /><br />Gereja macam apakah sebenarnya yang diimpikan sebagaimana di dalam buku Anda, Gereja Impian?<br />Bayangkan
bila komunitas di sekitar Anda bersyukur atas kehadiran gereja Anda.
Para jemaat dari berbagai kalangan bisa hidup serasi dan saling berbagi.
Para pengusaha datang ke gereja Anda untuk meminta nasihat untuk
usahanya. Para pemimpin negara ini bekerja sama membangun bangsa bersama
gereja-Nya. Dan terakhir, bila Gereja Anda memberi nilai tambah bagi
komunitas, kota, dan bangsanya.<br />Apa yang ditunjukkan dalam mengelola gereja, kepemimpinan yang melayani?<br />Kepemimpinan
Kristen mengajarkan, memimpin dengan melayani. Memimpin dengan melayani
tidak membuat seseorang menjadi lemah, goyah. Tidak terjebak dalam
keinginan untuk dicintai semua orang. Namun, memimpin dengan melayani
berarti kita melayani dengan kepercayaan daripada dengan intimidasi.
Anda lebih suka mempengaruhi daripada memerintah. Artinya ketika Anda
memimpin orang dan berfokus pada kebaikan yang lebih besar bagi orang
lain, seluruh tim dan bisnis, daripada mencari kebaikan bagi diri
sendiri.<br /><br />Apa yang harus dimiliki?<br />Kerendahan hati, itu sebuah
karakteristik kunci dari seorang pemimpin yang melayani. Setiap orang
mempunyai ego. Kita dilahirkan dengan ego. Ego adalah bagian dari
kemanusiaan kita. Orang perlu belajar bagaimana mengatur ego mereka.
Kerendahan hati biasanya bukanlah tindakan yang diunggulkan
dalam kebanyakan buku bisnis, tetapi ini adalah elemen penting dalam
kepemimpinan yang melayani yang diteladankan oleh Yesus. Kerendahan hati
adalah kunci rahasia yang membuka semua elemen lain dalam model
kepemimpinan yang melayani.<br /><br />Apa artinya?<br />Maksudnya adalah:
Anda melayani orang lain terlebih dahulu, bukan diri Anda sendiri. Anda
melayani baik pelanggan di dalam maupun di luar. Anda mendahulukan
kepentingan oranglain daripada diri sendiri.<br /><br />Berbicara soal pelayanan, dalam kepemimpinan disebut melayani dengan bermakna, apa artinya?<br />Berbicara
kasih bicara soal kepekaan melihat kebutuhan sesama. Kepekaan mengenali
apa yang tidak ada dan apa yang ada pada kita. Di sekitar kita pun
banyak orang yang membutuhkan dan terabaikan. Mari kita coba mencari apa
yang dapat kita lakukan untuk menyatakan kasih Kristus pada mereka.
Bahkan, perbuatan kecil dan sederhana, jika berasal dari kasih yang
besar dan kecintaan pada Tuhan, pasti akan mengantar banyak orang untuk
memuliakan Tuhan.<br /><br />Tantangannya soal godaan dalam kehidupan di kota apa saja?<br />Di
bidang apa godaan itu? Pakaian, sepatu, barang-barang koleksi? Film,
makanan, peralatan elektronik, kerajinan, tanaman? Jika kita pernah
singgah ke toko untuk membeli susu dan keluar dengan barang yang
berbeda, seperti televisi, maka kita tahu rasanya pencobaan. Kelemahan
yang kita rasakan saat mengalami godaan dan pencobaan, memampukan kita
untuk belajar bagaimana menghadapi pencobaan dan menang. Cari tahu
kelemahan kita. Berhenti mencobai diri sendiri dengan bahaya. Jika Anda
ingin menang atas godaan, Anda harus berhenti menyenangkan diri Anda
yang dapat menyebabkan Anda tersandung. Jika Anda mudah tergoda dengan
pakaian, jangan habiskan waktu Anda berjam-jam di pusat perbelanjaan.
Atau jangan pergi kesana kecuali Anda memiliki tujuan dan rencana khusus
yang harus dipenuhi. Jika katalog pemesanan barang adalah kelemahan
Anda, singkirkan mereka jauh-jauh dari hadapan Anda dan buang ke tempat
sampah.<br /><br />Lalu, bagaimana mensikronisasi keberimanan dengan profesi di kota, semangat keentrepreneuran misalnya?<br />Dalam
hidup ini, kita pasti pernah mendapatkan tekanan, masalah, dan
penganiayaan dari orang-orang yang tidak suka dengan iman kita. Akan
tetapi Tuhan ingin agar kita tetap memegang teguh iman kepada Tuhan. Dan
kemiskinanmu. Miskin merupakan kata yang relatif, bisa berarti
pas-pasan atau hidup melarat. Dalam urusan perdagangan, jemaat di Smirna
dipersulit dalam berusaha. Dagangan mereka diboikot dan mereka tidak
diberi kesempatan memperoleh kehidupan yang mapan. Namun engkau kaya.
Jemaat Smirna memang miskin dalam harta, tetapi mereka dinilai kaya oleh
Tuhan karena mereka dapat bertahan dari tekanan yang mereka dapatkan.
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.<br /><br />Kemiskinan seperti apa yang dimaksud?<br />Banyak
orang Kristen yang begitu takut terhadap kemiskinan, penganiayaan dan
cemoohan. Tidak sedikit pula orang Kristen yang pergi meninggalkan Tuhan
untuk lepas dari ketiga hal tersebut. Yang ingin saya katakana
adalah: mati miliki iman seperti jemaat Smirna yang tahan terhadap
cobaan yang menerpa mereka.<br /><br />Bagaimana spiritulitas demikian, untuk tetap terjaga?<br />Doa
harus terus dikenakan agar orang beriman dapat bertahan dalam godaan.
Jadi, berdoalah pada setiap kesempatan yang muncul. Berdoa setiap waktu
bukan berarti 24 jam kita harus melipat tangan dan menutup mata,
melainkan terus hidup dalam kontak batin dengan Tuhan. Menyadari
kehadiran-Nya. Doa harus dijadikan setir kemudi. Sesuatu yang utama,
penting, dan mengendalikan sepak terjang kita. Dengan hidup dalam
suasana doa, Tuhan bisa memimpin kita berkata dan bertindak sesuai
kehendak-Nya. Kita bisa terus sehati sepikir dengan-Nya. Cobalah periksa
kehidupan doa kita akhir-akhir ini. Bagi kita, apakah doa menjadi
sekadar ban serep, atau menjadi setir kemudi yang mengendalikan arah
hidup kita. Tergantung kita. Jadi berdoa itulah peneguhan kita,
spritualitas.<br /><br />Jadi bagaimana menjadi gereja yang berpengaruh?<br />Kalau
melihat sekarang, komunitas di sekitar kita. Kita bersyukur atas
kehadiran gereja kita. Para jemaat dari berbagai kalangan bisa hidup
serasi dan saling berbagi. Para pengusaha datang ke gereja untuk meminta
nasihat untuk usahanya. Para pemimpin negara ini bekerjasama membangun
bangsa bersama gereja-Nya. Gereja memang harus memberi nilai tambah bagi
komunitas, kota, dan bangsanya. Karena itu, saya menulis buku Gereja
Impian untuk memberikan perspektif Ilahi bagi gereja. Ini sebuah
pandangan praktis dan teologis untuk mengubah paradigma kita tentang
gereja. Buku tersebut diperuntukkan untuk para hamba Tuhan, kaum
profesional, para pengusaha, serta setiap orang kristiani untuk
bersama-sama mewujudkan Gerejaku adalah kotaku, kotaku adalah gerejaku.<br /></div>
</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-90226529394555818542013-09-11T18:06:00.003+08:002013-09-11T18:06:59.463+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px;">
Aktivitas Iman Atau Iman Aktivitas</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
Posted : 05 September 2013</div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="imanfaith.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7413&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Aktivitas Iman Atau Iman Aktivitas" />
</div>
<div align="justify">
Pdt. Bigman Sirait</div>
<div style="text-align: justify;">
“Perumpamaan
tentang seorang penabur” demikian Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
memberi judul pada Injil Matius 13 ayat pertama hingga ke 23. Di situ
dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus sedang berkhotbah di hadapan
murid-murid-Nya dengan mengambil ilustrasi benih yang ditabur. Benih
itu diceritakan jatuh di pinggir jalan, di tempat berbatu, dan jatuh di
tanah baik. Ketiganya memiliki konsekuensi dan akibat
tersendiri. Benih yang jatuh di pinggir jalan misalnya, akan habis
dimakan burung, sehingga tidak ada kesempatan untuk
bertumbuh. Selanjutnya, benih yang jatuh di tempat berbatu dan tanahnya
tipis, sudah dapat dipastikan akan segera mati, meskipun sempat
bertumbuh, namun karena tidak berakar, maka akan segera layu dan mati.
Dan yang paling bagus adalah benih yang jatuh di tanah yang baik. Tidak
saja dia dapat bertumbuh subur, tapi juga segera berbuah puluhan,
bahkan ratusan kali lipat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perumpamaan tentang seorang penabur itu
diceritakan Yesus untuk menunjukkan fakta karakterisitik orang yang
datang hendak mendengar firman tentang kerajaan sorga. Dalam konteks
sekarang ini, perumpamaan tersebut dapat dibawa untuk menunjuk fenomena
orang-orang yang sering mendengar firman Tuhan, dalam arti kuantitas.
Mengemuka dalam bentuk aktivitas rajin ke gereja, aktif di persekutuan
dan segala hal yang berhubungan dengan pelayanan. Tentu saja di mata
orang lain, aktivitas kerohaniannya, aktivitas spiritualnya terlihat
amat bagus. Apalagi dengan imbuhan nilai subyektif orang, bahwa mereka
yang sering terlibat dalam persekutuan ibadah itulah yang baik, justru
semakin menguatkan anggapan ini. Padahal tidak tentu demikian. Siapa
yang dapat menjamin jika di antara orang yang duduk mendengarkan firman
Tuhan mengerti betul kebenaran sejati firman. Boleh jadi mereka
mendengar tetapi sebenarnya belum mengerti, kalau enggan menyebut tidak
mengerti sama sekali. Apa yang dibicarakan tentang kerajaan sorga, atau
apa sebenarnya yang dituntut Allah dalam hidup, sejatinya tidak
dimengerti dengan baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aktivitas melayani, beribadah, dan mendengar
firman sebenarnya tidak lebih dari pemenuhan kebutuhan diri agar disebut
sebagai orang beragama. Untuk dapat disebut Kristen, maka dia perlu ke
gereja. Berbeda sama sekali dari makna Kristen yang sejati. Alkitab
pun mengatakan orang-orang seperti ini belum layak dikatakan sebagai
seorang Kristen. Kristen memiliki pengertian yang teramat
indah. Kristen adalah Kristus kecil, atau pengikut Kristus. Kristen
sejati tidak dipahami sekadar sebagai identitas diri. Lantaran agamanya
Kristiani atau nasrani, maka seseorang disebut Kristen. Hal demikian
tentu sah-sah saja, dimaknai sebagai identitas atau pengenal. Begitu
juga kalau seseorang disebut Kristen hanya karena dia ke
gereja, toh gereja adalah juga tempat ibadahnya orang Kristen. Yang
menjadi pertanyaan selanjutnya adalah, apakah benar dia adalah Kristen
di hadapan Tuhan? Ini yang jadi masalah dan pergumulan selanjutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali
kepada orang yang yang mengaku kristiani. Yang memiliki aktivitas
mendengar firman tentang kerajaan sorga, tetapi tidak pernah
mengerti, an-sich tak lebih daripada penggembira. Ke gereja di benaknya
hanya untuk pemuasan diri dan bukan memuaskan Tuhan. Firman Tuhan apapun
yang diberitakan tidak dipedulikan, bisa dipertanggungjawabkan atau
tidak pun tak dipusingkannya. Baginya yang penting ceramah yang
disampaikan enak didengar, membuat hati pun senang. Karena itu jangan
tanya soal standarisasi pewartaan firman Tuhan haruslah sesuai dengan
Alkitab. Sebab orang seperti ini tak peduli dengan itu. Baginya
beribadah hanya karena dia seorang Kristen.Duduk mendengarkan firman
karena ingin disebut orang yang beragama, orang yang percaya Tuhan. Dia
tidak mau disebut kafir. Karenanya perlu sebuah status keagamaan. Kalau
diperhatikan dari sudut kuantitasnya, ditinjau dari mobilitas dan
aktifitas rohaninya, mungkin dua jempol perlu diacungkan. Mengingat
sudah teramat tinggi tingkatannya, dari persekutuan satu ke persekutuan
lain, dari gereja satu ke gereja lain, orang mungkin akan sangat kagum
melihatnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun sayang, sepak terjangnya ternyata tidak luput
dari sorotan orang. Bahkan akan membuat orang bertanya-tanya, “rajin
beribadah, rajin ikut persekutuan, kokhidupnya tidak karu-karuan, tidak
mencerminkan kebenaran firman Tuhan.” Di gereja bisa saja dia
terlihat sangat rohani, namun di tempat kerja langsung berubah, khilaf,
“lupa” kalau dia seorang Kristen. Lalu kenapa hal ini bisa terjadi?
Sederhana saja, apa yang dia kerjakan tidak lebih dari hanya
aktivitas. Inilah “iman aktivitas”. Sebuah model beriman yang hanya
terikat pada ritual atau tradisi kristen, dan tidak sedikitpun menyentuh
esensi keberagamaan, esensi kekristenan. Menjalankan kewajiban
keagamaan pada waktu ibadah, tetapi ketika bertemu dunia yang
sesungguhnya, langsung berubah dan kembali ke bentuk asli. Tidak sedikit
orang menggunakan topeng yang hampir sama seperti ini di dalam gereja,
tak terkecuali para pendeta yang tidak saja tertipu, tapi juga terjebak
dalam model iman seperti ini. Bahkan untuk sekadar mendapat pengakuan
keagamaan, pengakuan beriman orang-orang model “iman aktivitas” ini tak
segan-segan membayar berapa pun untuk status itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ekspresi
dari “iman aktivitas” sering lebih menjadi batu sandungan daripada
menolong. Sering menjatuhkan kekristenan daripada mengangkatnya. Karena
itu diperlukan otokritik. Mengoreksi ke dalam, apakah kita juga
terjebak pada konsep dan cara yang sama. Terperangkap dalam aktivitas
menjadi orang Kristen yang pergi ke gereja demi identitas kekristenan,
atau demi kewajiban keagamaan. Beribadah jangan hanya sekadar
menjalankan panggilan keagamaan. Melampui itu, dalam beribadah kita
bertemu secara pribadi dengan DIA, berdialog dengan DIA yang mengetahui
hati dan pikiran. Berdoa, minta tolong agar Tuhan membersihkan hati dan
pikiran serta maksud dan motivasi yang tidak seharusnya.</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-61310871584197629642013-08-28T00:05:00.001+08:002013-08-28T00:05:29.693+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px;">
Jangan Salahkan (Ilmu) Pengetahuan</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Jangan Salahkan (Ilmu) Pengetahuan.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7340&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Jangan Salahkan (Ilmu) Pengetahuan" />
</div>
<div align="justify">
<strong> Pdt. Bigman Sirait</strong></div>
<br /><div align="justify">
<em>“Takut dan hormat akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,<br />tetapi orang-orang bodoh benci akan kebijaksanaan dan didikan.” (Amsal 1:7)</em></div>
<div style="text-align: justify;">
ILMU dan
iman merupakan entitas yang terkesan berlawanan. Meskipun sejatinya
tidaklah demikian. Tapi karena klaim banyak pembicara dan tidak sedikit
para pengkhotbah, dugaan miring itu bergulir menjadi semacam
“kebenaran”, meski sebenarnya tidaklah tepat. Ada hal menarik yang
dapat ditarik dari Amsal 1:1-7 ini. Berbanding terbalik dengan banyak
para pengkhotbah tadi, penulis Amsal justru menunjukkan sesuatu yang
berlainan sama sekali. Pengetahuan dilihatnya bukan sebagai sesuatu
yang haram, dan karenanya patut disingkirkan, atau setidaknya diletakkan
jauh-jauh dari iman. Menarik, penulis Amsal justru menstimulus,
merangsang orang justru untuk memiliki pengetahuan. Pengetahuan bagi
pengamsal bukan barang haram, sebaliknya, justru sebuah keharusan. Tak
sedikitpun penulis Amsal coba mengonfrontasikan pengetahuan dengan
iman. Sebuah tindakan yang justru berbeda sama sekali dengan banyak
komentator kitab suci (baca pengkhotbah) yang kerap mengonfrontasikan
iman dengan pengetahuan. Seolah-olah iman tidak memerlukan pengetahuan,
begitu pula sebaliknya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Benar, pengetahuan memang tidak boleh
mengantikan iman, tapi bukan berarti mengonfrontasikan keduanya adalah
tindakan yang benar. Sebab kesejatian sebuah pengetahuan tidak ada, dan
tidak akan salah, jika dibangun di atas dasar yang benar, yakni iman
yang benar kepada Allah. Tidak dapat dipungkiri jika ada satu atau dua
orang Ateis yang membuat teori pengetahuan bahwa Allah tidak ada. Namun
dengan demikian tidak berarti orang boleh menjadikannya sebagai
pembenaran untuk menyalahkan secara keseluruhan atau menggeneralisir
bahwa pengetahuan itu tidak benar atau haram. Karena Alkitab tidak
menyebutkan bahwa pengetahuan itu salah/haram. Alkitab justru
mengatakan kepada kita, bahwa pengetahuan itu penting, asalkan diawali,
dan didasari pada: “Takut dan hormat akan TUHAN adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang-orang bodoh benci akan kebijaksanaan dan
didikan”. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikan orang seyogyanya tidak serampangan dalam
menyikapi pengetahuan. Perlu kebijaksanaan, perlu utuh, perlu tepat
menyikapi sesuai dengan yang seharusnya. Sehingga orang tidak terjebak
dalam pemikiran yang salah kaprah dalam menyikapi apa itu pengetahuan. </div>
<br />Berasal dari Allah<br /><div style="text-align: justify;">
Pengetahuan
sesungguhnya berasal dari Allah. Itulah fakta pertama yang tak
terbantahkan. Tidak ada hal apapun di seluruh jagad raya ini yang tidak
berasal dari Dia. Segalanya itu tersebab oleh Dia. Allah yang
menciptakan alam semesta, dan Allah juga yang menciptakan manusia
segambar dan serupa dengan Dia. Yang olehnya manusia memiliki
“konsekuensi”, memiliki kemiripan dari kesegambarannya dengan Allah
itu. Satunya diantaranya adalah kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk berpengetahuan. Jikalau manusia tidak dapat berpikir, mana
mungkin Allah memberikan ketetapan-ketetapan kepadanya, karena toh
percuma, sia-sia saja, manusia tentu tidak akan mengerti apa itu maksud
dari ketetapan itu. Justru karena manusia dianggap mampu dan mengerti,
maka diberikanlah ketetapan-ketetapan, sehingga dapat dicerna sebagai
sebuah pengetahuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jikalau manusia tidak berpengetahuan, maka
dikasih tahu pun tidak akan tahu. Sebaliknya, karena manusia
berpengetahuan, diberi tahu, maka dia akan mampu dan dapat mencerna
dengan otaknya. Pengetahuan berasal dari Tuhan. Tuhan yang memberikan
pengetahuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengetahuan juga merupakan bukti keunggulan manusia dari
hewan. Friedrich Schleiermacher, seorang filsuf dari Jerman pernah
mengatakan: ”Manusia adalah binatang berrasio!” Kalimat ini tentu perlu
diperhatikan, dicermati, dan dengan hati-hati disimak. Sebab,
sebenarnya hal ini bukanlah satu-satunya keunggulan, tapi hanya salah
satunya. Keunggulan yang paling tinggi sesungguhnya, adalah diciptakan
serupa dan segambar dengan Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai manusia yang
berpengetahuan, manusia berbeda dengan binatang. Ini menjadi satu
keunggulan pada diri manusia. Kalau kemudian pengetahuan dipakai
melawan Tuhan, an-sich bukan kesalahan pengetahuannya, tapi
manusianya. Seperti juga fungsi pisau, dapat dipakai untuk memotong
daging, tapi pada sisi lain juga dapat diselewengkan, digunakan untuk
membunuh. Jika ada orang yang terbunuh oleh alat pisau, maka bukan
pisau itu yang jahat, tapi orangnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana nilai manusia menjadi
tinggi, menjadi luar biasa, itu yang penting dipikirkan. Dan
pengetahuan pula yang sesunggunya memanusiakan manusia. Pengetahuan
membuat manusia dapat membuat aturan hukum, karena itu ada
undang-undang, ada peraturan yang bisa dibuat. Ini menjadikan manusia
hidup dalam satu tata-tertib yang dibangun dalam kehidupan bersama.
Manusia bukanlah manusia jika hidup tanpa ada aturan, yang merupkan
produk pengetahuan. Karena itu pengetahuan harus dihargai dan
ditempatkan pada tempat yang setepat-tepatnya. Melihat hanya dari
fenomena pengetahuan, pastilah akan bermuara pada kebahayaan. Dan
Alkitab tidak membicarakan hal itu. Alkitab justru membicarakan
pengetahuan sejati, pengetahuan yang terikat kepada sumber segala
pengetahuan, yaitu sang pencipta, Allh itu sendiri. </div>
<br />Kegunaan Pengetahuan<br /><div style="text-align: justify;">
Pengetahuan
membuat orang mengerti kebesaran Allah. Semakin tinggi orang belajar,
entah itu tentang tata surya, tentang alam dan jagad raya, seharusnya
orang semakin tahu, betapa besar Allahnya. Bentangan yang hebat dari
alam semesta, guliran jagad raya ini menjadi pemikiran-pemikiran penting
luar biasa, menunjukkan teramat akbar Dia. Adalah bijak jika orang
kemudian belajar sebanyak-banyaknya tentang apa itu pengetahuan, tetapi
ada dalam kerangka mengerti kebesaran Tuhan. Itulah pengetahuan yang
tunduk pada kebenaran sejati. Maka tahulah kita betapa besarnya Allah. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan
pengetahuan, manusia juga dapat mengerti kehendak Allah, apa yang Allah
mau untuk kita lakukan dalam hidup ini. Ada banyak jenis ilmu
pengetahuan: ilmu sosial yang mencoba mengerti bagaimana orang
bermasyarakat, bagaimana berhubungan satu dengan yang lain; ilmu
psikologi orang belajar pikiran-pikiran orang, namun mengerti hal itu
bukan untuk meniadakan atau menguasai orang lain, sebaliknya mengerti
bagaimana hidup bersama. Bagaimana membangun
hubungan-hubungan. Bukankah hal ini merupakan bentuk kegunaan
pengetahuan yang mengemuka dan dapat dinikmati? </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pengetahuan
orang dapat mengerti kebesaran Allah, mengerti kehendak Allah, dan mampu
mengelola alam semesta yang Tuhan berikan ini. Sehingga bukan saja
mengerti kebesaran Tuhan dari alam semesta, tapi juga tahu bagaimana
mengelolanya. Kita kemudian tahu keseimbangan yang
dibutuhkan. Bagaimana pengunaan air yang bertanggungjawab, bagaimana
memakai minyak bumi yang ada supaya tidak menjadi terperosok dalam
eksplorasi berlebihan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu didiklah anak kita supaya mereka
berpengetahuan. Ajar mereka dalam kerangka dan terang yang
benar. Jangan sampai mereka menghianati pengetahuan. Ahli hukum
paling pintar main hukum. Ahli ekonomi bisa memutarbalikkan fakta
ekonomi yang ada untuk mencari keuntungan diri sendiri. Dengan demikian
orang hendaknya tidak menafikan betapa penting peran
pengetahuan. Tidak ada yang salah di pengetahuan, tapi yang salah
adalah orang yang tidak mampu menggunakannya dengan tepat. Takut akan
Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Maka pengetahuan yang sehat adalah
pengetahuan yang memuliakan nama Tuhan. </div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-10675110300769714872013-08-21T15:56:00.000+08:002013-08-21T15:56:16.400+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
<span style="font-size: large;">Pemimpin Atau Pengemis</span></h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="habab sby.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7376&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Pemimpin Atau Pengemis" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
Victor Silaen<br /></div>
<div align="justify">
ORGANISASI
Kemasyarakatan (ormas) manakah yang paling banyak melakukan aksi
anarkistis? Jawabannya jelas: Front Pembela Islam (FPI). Menurut catatan
Kepolisian RI (Polri) tahun 2010, FPI paling kerap membuat keonaran di
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Terkait itu Polri
sebenarnya pernah merekomendasikan agar ormas-ormas anarkistis itu
dibekukan. Menteri Dalam Megeri pun telah menyatakan untuk melakukan
tindakan tegas terhadap ormas-ormas tersebut apabila setelah diperingati
masih juga beraksi brutal. Tapi sampai sekarang, adakah ormas yang
sudah dibekukan barang satu saja?<br />Menurut catatan Setara Institute,
hingga tahun 2012, aksi kekerasan yang berlangsung di depan hidung
aparat negara terus saja terjadi. Aparat negara gamang mengatasinya
meskipun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah berulang kali
menyatakan agar negara tak boleh takluk terhadap kelompok-kelompok
pelaku aksi kekerasan yang meresahkan
masyarakat. Catatan Setara Institute berkait dengan kekerasan terhadap
kebebasan beragama selama beberapa tahun terakhir cukup mengagetkan.
Pada 2010 terdapat 117 kasus, sementara 2011 ada 244 kasus. Pada 6
Februari 2011 bahkan terjadi peristiwa yang mengenaskan: diserangnya
kelompok Jamaah Ahmadiyah Indonesia di Cikeusik, Banten. Saat itu tiga
warga Ahmadiyah tewas dibunuh massa, sementara polisi yang bertugas tak
mampu mencegahnya bahkan cenderung hanya menonton saja.<br />Tahun 2012,
ada banyak peristiwa yang bisa disebutkan sebagai contoh
untuk menunjukkan betapa lemahnya polisi menghadapi
para vigilante (kelompok warga sipil yang kerap bertindak menegakkan
hukum dengan cara melanggar hukum) itu. Sebutlah, misalnya, kasus
pembubaran diskusi buku bersama Irshad Manji di Komunitas Salihara,
Jakarta, 5 Mei lalu, hingga pelarangan konser Lady Gaga, yang keduanya
terjadi hanya gara-gara tekanan dari kelompok-kelompok vigilante yang
mengatasnamakan agama. <br /> Ada pula kasus HKBP Filadelfia di
Bekasi, Jawa Barat, 17 Mei 2012, yang jemaatnya sangat sulit beribadah
akibat ancaman dan gangguan dari kelompok-kelompok intoleran di
sana. Sementara jemaat GKI Yasmin di Bogor, Jawa Barat, tetap tak bisa
beribadah di rumah ibadahnya yang sah meskisecara hukum hak mereka telah
dikukuhkan dengan keluarnya keputusan Mahkamah Agung No 127 PK/TUN/2009
dan rekomendasi Ombudsman Republik Indonesia per tanggal 18 Juli 2011.
Lagi-lagi harus dikatakan bahwa dalam kedua kasus ini polisi cenderung
berdiam diri saja. Polisi malah lebih “melayani” kemauan
kelompok-kelompok vigilante itu alih-alih bersikap dan bertindak tegas
terhadap mereka demi menjaga kewibawaan hukum.<br />Pada 25 Oktober 2012,
di Jalan Astanaanyar, Kota Bandung, Masjid An Natsir milik Ahmadiyah
diserang oleh massa FPI. Puluhan polisi pengendalian massa baru datang
ke lokasi setelah peristiwa anarkis itu terjadi. Herannya, akibat
penyerangan tersebut, Polsek Astanaanyar malah melarang kegiatan ibadah
di Masjid An Natsir, termasuk shalat Idul Adha dan pemotongan hewan
kurban. Pertanyaannya, mengapa pemerintah cq polisi terkesan memberikan
toleransi kepada FPI yang selama ini kerap melakukan pelanggaran hukum
dan hak asasi manusia (HAM) secara terang-terangan terhadap pihak-pihak
lain? Mengapa polisi berdiam diri saja alih-alih melakukan pencegahan
agar peristiwa-peristiwa yang meresahkan seperti itu tidak terjadi?<br />Di
sisi lain, apa hak polisi melarang sekelompok umat untuk menunaikan
ibadahnya? Tidakkah itu merupakan sebentuk pelanggaran hukum, yang
ironisnya justru dilakukan oleh aparat penegak hukum itu sendiri?
Bukankah polisi seharusnya justru melindungi kelompok yang lemah itu
dari ancaman pihak-pihak lain?<br />FPI, di awal tahun 2012, pernah
melakukan aksi unjuk rasa di kantor Kementerian Dalam Negeri demi
memprotes masalah minuman keras seraya merusakpos petugas parkir,
beberapa lampu taman, lampu sorot, dan lampu tembak, mencabut plakat
nama kementerian, serta melempar batu ke arah gedung yang mengakibatkan
pecahnya kaca sejumlah ruangan di lantai 1 sampai 3, termasuk bobolnya
kaca balai wartawan dan ruang lainnya. Memang, setelah itu FPI
diperingati, tapi tak lama kemudian malah diajak berunding oleh Menteri
Dalam Negeri Gamawan Fauzi sambil makan-makan. Mengherankan bukan?<br />Bagaimana
sikap Presiden SBY? Setelah Tragedi Berdarah Cikeusik, saat
memperingati Hari Pers Nasional di Kupang, 9 Februari 2011, SBY
melontarkan pernyataan tegas agar mencari jalan legal untuk membubarkan
ormas yang sering menimbulkan keresahan. Tapi faktanya hingga kini, tak
ada satu pun bawahannya (baik di jajaran kementerian maupun polri) yang
sudah menemukan jalan legal itu. Alhasil, pembubaran ormas-ormas
anarkis yang sudah lamaditunggu-tunggu publik itu ‘bak mimpi di siang
hari bolong. Namun satu hal yang pasti, publik tak pernah lupa
bahwa “minimal” SBY sudah berorasi berkali-kali. Tapi, apalah artinya
orasi tanpa instruksi yang tegas?<br />Maka, ketika 18
Juli 2013 di Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terjadi
bentrokan antara FPI dan warga setempat yang menimbulkan korban nyawa,
berbagai pihak pun spontan angkat bicara. Anggota Komisi Hukum DPR, Eva
Kusuma Sundari, meminta aparat kepolisian agar tegas menindak anggota
FPI yang terlibat kekerasan. Menurutnya, arogansi FPI harus dilawan dan
diakhiri. ”Ini ironi negara hukum yang patut ditangisi ketika aparat
hukum tidak melaksanakan hukum dalam menjaga keamanan dan ketertiban,”
ujarnya. Menurut Eva, Polri harus melakukan introspeksi atas kinerjanya
selama ini sehingga menciptakan Insiden Kendal. Hal itu terjadi karena
pembiaran yang dilakukan kepolisian atas aksi premanisme pada
kasus-kasus sebelumnya.<br />Begitupun Gubernur Jawa Tengah
(terpilih) Ganjar Pranowo yang juga mengingatkan polisi untuk tak ragu
menindak tegas pelaku kekerasan dan kriminalitas di daerah yang akan
resmi dipimpinnya mulai 23 Agustus nanti. ”Penegak hukum tidak boleh
ragu-ragu, harus bertindak secara tegas, mengusut semuanya, termasuk
motif-motif yang menyertainya. Karena yang saya lihat pidananya nampak,
motifnya ada. Ini serius,” katanya. <br /> Pernyataan senada
disampaikan oleh kader Partai Demokrat yang juga anggota DPR, Ruhut
Sitompul. Menurut dia, mestinya polisi tak lagi sungkan untuk menindak
FPI karena saat ini sudah ada UU Ormas. ”Mendagri juga sebagai pembina
politik harus tegas, kalau (FPI) berlaku seperti ini harus dibubarkan,
jangan ragu-ragulah, kita negara hukum,” ujarnya.<br />Namun amat kita
sayangkan, Presiden SBY masih saja ragu dan ambigu. Usai acara ”buka
bareng” dengan anak yatim di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu
(21/7), ia berkata: ”Indonesia memiliki hukum dan tatanan yang
berlaku. Tidak boleh ada elemen manapun yang menjalankan hukum di
tangannya sendiri, kecuali penegak hukum. Singkatnya, tidak boleh main
hakim sendiri, apalagi aksi-aksi kekerasan dan tindakan kekerasan
mengatasnamakan agama. Kalau yang diatasnamakan agama Islam, tentu ini
bertentangan dengan ajaran Islam. Islam tidak identik dengan kekerasan,
Islam tidak identik dengan main hakim sendiri. Islam juga tidak identik
dengan tindakan-tindakan perusakan. Sangat jelas kalau ada elemen
melakukan itu dan mengatasnamakan Islam justru memalukan agama Islam,
mencederai agama Islam. Saya harus katakan itu saudara-saudara,”
ujarnya. Menurut SBY, tindakan sweeping FPI justru mencederai agama
Islam sendiri. Banyak cara yang bisa digunakan untuk menegakkan amar
ma’ruf nahi munkar. Tidak harus dengan kekerasan. ”Kita tidak memberikan
toleransi apapun terkait semua yang bertentangan dengan hukum. Mari
kita cegah negara ini untuk tidak melakukan hal-hal seperti itu lagi.
Sebagai negeri tenteram yang masyarakatnya saling menghormati,” ajak
SBY.<br />Coba cermati. Pernyataan SBY bagus bukan? Tapi, mengapa seakan
tak ada kemarahan di dalamnya? Mengapa pula tak diikuti dengan instruksi
amat tegas agar Polri, Kemendagri dan instansi-instansi terkait lainnya
segera bertindak untuk membekukan dan bahkan membubarkan FPI? Mengapa
SBY hanya mengimbau dan meminta ‘bak pengemis? Bukankah dia seorang
pemimpin, yang dalam situasi itu mestinya tampil marah dan dengan
gagahnya menginstruksikan langkah-langkah tepat dan cepat? <br />”Negara
tak boleh kalah dengan kekerasan,” kata Presiden SBY suatu kali. Tapi
kalimat itu terasa kosong hingga kini, seperti asap tipis yang melayang
dan kemudian menguap tanpa jejak. Mungkin karena sudah lelah berharap
dari aparat negara, maka perlawanan warga di Kendal terhadap
kaum vigilante semacam FPI itu tak terhindarkan lagi. Padahal bentrok
fisik seperti ini mestinya tak perlu terjadi kalau pengelola negara,
termasuk aparat keamanan, menjalankan peran dan fungsinya dengan benar.
<br />Benarlah, pernyataan SBY itu nir-makna. Sebab, tak lama setelah SBY
berorasi terkait Insiden Kendal, Ketua FPI Habib Rizieq Shihab langsung
mengecamnya. Menurut Rizieq (22/7), apa yang dikatakan oleh Presiden
SBY menunjukkan ia seorang pecundang. Rizieq kemudian mempertanyakan
pernyataan Presiden SBY. ”Di Kendal, FPI tidak melakukan sweeping, tapi
monitoring damai tanpa senjata apapun. Justru FPI yang di-sweeping oleh
ratusan preman pelacuran bersenjata. Kendaraan FPI yang dirusak dan
dibakar preman,” katanya. ”FPI tidak main hakim sendiri, tetapi
mendatangi polres dan meminta tempat pelacuran ditutup apalagi di Bulan
Ramadhan. Justru FPI yang dihakimi oleh ratusan preman pelacuran dengan
berbagai macam senjata hingga banyak yang terluka. FPI itu korban bukan
pelaku. Jadi, dasar tuduhan SBY itu apa? Kenapa dalam soal Kendal, SBY
begitu semangat bicara tentang FPI yang jadi korban? Tapi ia bungkam
terhadap sikap pelaku preman pelacuran bersenjata dan tempat pelacuran
yang buka siang-malam di bulan Ramadan,” demikian Rizieq mempertanyakan.<br />”Kasihan,
ternyata SBY bukan seorang negarawan yang cermat dan teliti dalam
menyoroti berita. Tapi hanya seorang pecundang yang suka sebar fitnah
dan bungkam terhadap maksiat. Seorang presiden muslim menyebar fitnah
dan membiarkan maksiat, ditambah lagi melindungi Ahmadiyah dan aneka
mega skandal korupsi, sangatlah mencederai ajaran Islam,” ujarnya tegas.<br /> Lantas
apa sikap SBY? Tak jelas. Adakah ia segera mengeluarkan instruksi agar
Polri menangkap pemimpin kaum vigilante itu? Tidak. Maka kita pun terus
terheran-heran, karena di sisi lain SBY mampu menciptakan beberapa buah
lagu baru. <br /> </div>
</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-57390416548324525052013-08-19T15:28:00.000+08:002013-08-19T15:28:08.395+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px;">
Penyanyi Muslim Ciptakan Lagu: Jesus...I Believe In Jesus</h3>
<h3 style="margin-bottom: 0px;">
</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Penyanyi Muslim Ciptakan Lagu”Jesus...I believe in Jesus”.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7305&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Penyanyi Muslim Ciptakan Lagu:Jesus...I Believe In Jesus" />
</div>
<div align="justify">
Jesus...I believe in Jesus</div>
<div align="justify">
I am not afraid to say that I believe in Jesus</div>
<div align="justify">
Sepintas
mendengar dan meresapi petikan syairnya lagu "I Believe in Jesus" ini
tidak ada yang terlalu aneh atau janggal sedikitpun. Namun jika
diperhatikan betul latar dari penyanyi dan penggubah lagunya, mungkin
sebagian orang akan kaget. Bagaimana tidak, lagu dengan nuansa proklaim
iman itu ternyata dinyanyi dan gubahkan oleh seorang muslim. Mo Sabri
namanya, seorang musisi Muslim asal Tennese, yang gemar melantunkan
lagu-lagu berisikan pesan moral atau keyakinan iman yang mendalam. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Bergenre
nasyid hip-hop "I Believe in Jesus" dilantunkan dengan sangat energic,
sehingga pesan-pesan yang nampak dalam syairnya seperti ini:“Aku hanya
seorang pengikut Yesus, Apa itu artinya: Saya mengikuti apa yang
diajarkannya. Aku bukan tipe orang yang hanya ingin memberikan pidato.<br />
Aku mencoba untuk menjadi orang yang akan mempraktekkan apa yang dia
khotbahkan”, dapat diterima dengan mudah oleh kalangan muda.</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
<br /></div>
<div align="justify">
Alasan
Sabri menyanyikan lagu tentang Yesus, seperti dirilis
huffingtonpost.com, tak lain untuk pengingat bagi umat Islam untuk
menghormati Yesus sebagai nabi dan bahwa semua agama harus mengikuti
perintah Yesus untuk mengasihi sesama mereka. Ini adalah ide yang lebih
mudah menyebar dalam lagu daripada dalam perdebatan karena orang akan
bernyanyi bersama sebelum mereka memiliki kesempatan untuk berdebat,
ujar Sabri kepada huffingtonpost.</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Diunggah sejak
17 Desember 2012, video bertajuk “Mo Sabri - I Believe In Jesus” ini
telah mendapat lebih dari satu juta penonton laman video populer
youtube.com. ada juga masih dapat mendengarkannya dari alamat berikut: <a href="http://www.youtube.com/watch?v=Eu5XyJsSy5g&list">http://www.youtube.com/watch?v=Eu5XyJsSy5g</a></div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-19244003388060884872013-06-21T22:14:00.002+08:002013-06-21T22:14:27.908+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
FROM SUCCESS TO SIGNIFICANCE</h3>
<br />
<br />
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="success-or-significance.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=6721&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="FROM SUCCESS TO SIGNIFICANCE" />
</div>
<div align="justify">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tahun
ini Bill Gate adalah orang kaya kedua di dunia dengan nilai asset USD
61 milyar atau sekitar Rupiah 600 triliun, atau sekitar 40% belanja
negara kita. Seorang yang dropout dari Harvard Business School, tapi
sukses membangun perusahaan software Microsoft. Tapi yang mengejutkan,
pada tahun 2008 dia mengumumkan tidak lagi menangani urusan sehari-hari
bisnis tapi akan mendedikasikan segala kreativitas dan waktu untuk
mengelolah pekerjaan Bill & Melinda Gate Foundation yang menangani
dana sosial senilai USD 29 milyar untuk bantuan kesehatan global dan
kemiskinan ekstrim dunia. Dari sukses dalam bisnis, Bill Gate kemudian
mengejar makna hidupnya melalui kegiatan sosial.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada usia muda,
manusia mengejar sukses. Mereka menetapkan sasaran-sasaran hidupnya dan
berusaha mencapai sasaran-sasaran itu. Sasaran-sasaran mereka berkisar
pada masalah-masalah pemenuhan berbagai kebutuhan dan keinginan. Menurut
Maslow, kebutuhan-kebutuhan manusia itu hierarkis dan meningkat dari
kebutuhan fisik, keamanan, sosial, respek dan puncaknya adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Sadar atau tidak sadar manusia berusaha mengakumulasi
harta, nama, posisi, kekuasaan dan kenikmatan-kenikmaan dalam hidupnya.
Inilah masa sukses manusia. Pencarian yang berorientasi untuk diri
sendiri. Sekalipun dalam bentuk kegiatan ‘melayani’, ada masa-nya
melayani adalah performan yang memuaskan diri, apakah itu mengajar,
melatih, berkotbah, dan sebagainya. Sudah barang tentu tidak semua
orang mengalami sukses. Ada banyak orang yang hidupnya terus sulit
sepanjang hidupnya tidak pernah mengecap sukses.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada titik tertentu
dalam hidupnya ada orang-orang, seperti Bill Gate, yang mempertanyakan
arti hidupnya. Mengapa dia ada di dunia? Apakah yang dia lakukan
memiliki arti? Apa yang akan dia tinggalkan ketika dia harus mengakhiri
hidupnya? Mereka mencari makna atau significance atau arti hidup mereka.
Dalam hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow, ini adalah sejalan
dengan tahap aktualisasi diri seseorang. Dia mau melayani orang lain
karena dia sedang menjalankan misi hidupnya. Dia berbagi pengalaman,
talenta, hartanya, energinya dan pengalaman-pengalaman hidupnya untuk
kemajuan orang lain. Dia ingin mempengaruhi dan memberdayakan orang
lain. Dia berpikir apa warisan yang akan dia tinggalkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perubahan
orientasi ini terjadi seringkali sejalan dengan ketika orang mengalami
krisis tertentu atau mencapai usia tertentu. Dan ini sering terjadi pada
usia yang sudah semakin banyak, seperti dalam kasus Bill Gate, yaitu
pada usia paruh baya. Kemudian mereka memasuki paruh kedua dengan
orientasi yang berbeda itu. Sudah barang tentu banyak orang yang tidak
pernah mengalami hidup dengan orientasi pencarian makna ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesungguhnya
orang percaya memiliki potensi dan bahkan diperintahkan untuk hidup
mengejar makna ketimbang sukses. Matius 6:33 memerintahkan agar kita
mencari kerajaan Allah dan kebenarannya (makna), maka Tuhan akan
menambahkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan (sukses) itu. Tuhan Yesus
hanya hidup hingga usia 33 tahun dan melayani dengan masa yang pendek,
yaitu 3 tahun. Namun hidup-Nya memberikan ‘makna’ yang luar biasa, tidak
saja dalam karya keselamatan-Nya di kayu salib, tapi juga dalam
perbuatan-Nya sehari-hari bagi banyak orang yang hidupnya Dia sentuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Paulus
mengalami perubahan total dalam orientasi hidupnya, dari mengejar
posisi di antara masyarakat keagamaan Farisi kepada pengenalan kepada
Kristus ketika dia bertemu dengan Dia (Lihat Filipi 3:7). Segala sesuatu
yang dulu dia anggap sebagai keuntungan, kemudian Paulus anggap sebagai
kerugian karena Kristus. Perubahan perspektif terhadap Kristus
memungkinkan peralihan orientasi hidup orang. Paulus kemudian mengejar
pelaksanaan misi hidupnya: Memberitakan Injil terutama kepada
orang-orang non Yahudi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seseorang perlu memiliki ‘sense of
significance’ yang sehat untuk memiliki orientasi pada hidup yang
mengejar makna. Setiap pribadi adalah spesial, unik dan memiliki peran
yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Dengan kepekaan seseorang
bisa menjadi berkat bagi orang lain yang tidak bisa atau sulit
digantikan oleh orang lain. Alkitab menegaskan sesungguhnya Tuhan sudah
merencanakan suatu ‘pekerjaan baik’ bagi orang percaya dan Allah mau
kita mengerjakannya (Efesus 2:10).</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Mengapa perubahan perspektif ini
banyak terjadi pada usia paruh baya? Karena pada waktu itu orang
membayangkan memiliki sisa waktu sedikit lagi. Dalam waktu tidak lama
dia akan pensiun dan kehilangan kekuasaan dan fasilitas yang selama ini
dia nikmati. Ada ‘sense of urgency’ untuk menggunakan waktu yang tersisa
untuk hal-hal penting. Sense of urgency ini akan membawa orang kepada
kesadaran pentingnya menjadi bermakna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena itu, untuk
men-trigger proses peralihan itu, seseorang perlu memiliki kesadaran
akan dirinya, akan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Dengan
kesadaran itu dia bisa meng-kapitalisasikan kekuatan-kekuatannya dan
menutupi kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian dia bisa mengalihkan
karirnya ke area-area yang menjadi panggilan dan mencapai misi hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengejaran
kepada hidup bermakna terjadi ketika seseorang membangun relasinya
dengan Sang Pencipta dan dengan sesama. Relasi membawa kepada pengenalan
dan pengenalan mempengaruhi perspektif seseorang. Dengan relasi yang
intim dengan Allah yang kekal, maka ada harapan seseorang berpikir
kekekalan. Dan ketika dia berpikir demikian maka relasi dengan sesama
menjadi utama.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ketika seseorang mencari makna hidup, melayani menjadi
misi bukan prestasi. Membangun orang menjadi tujuan bukan target. Dulu
melayani adalah tampil melakukan performan pelayanan itu, sekarang
memberdayakan orang untuk melakukan pelayanan itu menjadi penting. Dalam
relasi dengan Allah, maka orang yang mencari makna di dalam Dia, tidak
bisa tidak mencari bagian dalam misi Allah bagi dunia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang
sedang Anda kejar? Seyogyanya kita segera beralih dari mengejar sukses
kepada significance. Pergumulan pribadi dengan Dia akan menolong
menentukan arah besar hidup kita dalam pencarian makna. Namun kita bisa
mulai dengan mengubah setiap interaksi dari berorientasi kepada
keberhasilan kepada memberikan makna kepada orang lain. Tuhan
memberkati! </div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-24317188525285184912013-06-17T16:16:00.003+08:002013-06-17T16:16:25.457+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
<span style="font-size: large;">Apakah Allah Pilih Kasih</span>?</h3>
<br />
<br />
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Apakah Allah Pilih Kasih.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7269&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Apakah Allah Pilih Kasih?" />
</div>
<div align="justify">
Dalam
kitab Kejadian 3, dijelaskan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa.
Di sana ada oknum yang disebutkan menerima konsekuensi dari pelanggaran
yang telah dilakukannya, yakni ular sebagai media iblis, dan manusia
(Adam dan Hawa). <br />Yang menjadi pertanyaan ialah: Allah
menyediakan keselamatan bagi manusia, bagaimana dengan iblis, ‘kan
sama-sama melakukan pelanggaran? Apakah dahulu ular memang bisa
berdialog?</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terus
terang, pertanyaan ini menggelitik, dan mungkin juga dipertanyakan
oleh banyak orang masa kini. Dalam era kita yang new age, di mana
manusia menjadi pusat kehidupan dan bukan lagi Tuhan, dan kebebasan yang
menjadi semangat, maka patut juga dipertanyakan keadilan Allah dalam
konteks penebusan. Hal ini terjadi karena manusia berhak menjadi
penggugat terhadap realita kehidupan, sehingga juga bisa menggugat
kebenaran Alkitab. Sementara Alkitab selalu menampakkan kedaulatan Allah
yang bersifat mutlak. Dan, ini tidak disukai oleh jaman. Disinilah
terjadi perkelahian sengit yang perlu kita sadari dan pahami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum
lanjut ke isu ketidakadilan, kita bicarakan dulu isu tentang ular.
Apakah ular bisa berbicara? Fakta taman Eden bukanlah sepenuhnya harus
dipahami hurufiah. Jelas sekali dikatakan bahwa ular itu sebagai
gambaran binatang yang paling cerdik (bandingkan Matius 10:16). Nah,
dalam peristiwa kejatuhan ke dalam dosa, ular menjadi representasi
iblis. Tapi hati-hati, ular tidak sama dengan iblis. Kecerdikannyalah,
yang membuat ular digambarkan sebagai iblis. Kecerdikan yang membuat
manusia tergoda, dan jatuh ke dalam dosa, melanggar hukum yang telah
ditetapkan oleh Allah. Penting untuk dipahami, ular bukan iblis. Dan
sebagai simbol, juga tidak selalu. Ingat peristiwa Musa di istana Firaun
di Mesir. Para penyihir Mesir melemparkan tongkat mereka yang dengan
segera berubah menjadi ular. Dan, begitu juga dengan Musa, melemparkan
tongkatnya dan berubah menjadi ular. Tongkat Musa kemudian menelan semua
tongkat para penyihir Mesir. Tongkat ular itu terus dipegang oleh Musa.
Apakah Musa penyembah iblis? Jelas sekali: Bukan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu, tongkat
tembaga berkepala ular tedung yang dibuat oleh Musa atas perintah Allah,
itu juga menjadi penyelamat bagi mereka yang kena tulah Tuhan dipagut
ular tedung (Bilangan 21:8-9). Mereka kena tulah karena berkeluh kesah,
dan melawan Allah dan Musa dan, barang siapa yang kena tulah memandang
kepada ular tembaga yang dibuat Musa akan selamat. Jelas yang memberi
perintah kepada Musa adalah Allah dan, sama jelasnya, setiap yang
melihat menjadi selamat. Jadi jelas juga, ular tak selalu sama dengan
setan. Tapi kecerdikannya yang dijadikan gambaran kecerdikan setan si
penggoda. Sementara kita juga diminta oleh Tuhan Yesus agar cerdik
seperti ular, dan tulus seperti merpati dalam memahami pimpinan Tuhan.
Pasti bukan menjadi sama seperti setan bukan? Sementara pertanyaan
tentang apakah ular bisa berdialog jadi jelas, karena itu hanya simbol,
bukan sesungguhnya. Yang pasti, setan bisa berbicara dengan berbagai
cara, termasuk jelas di pikiran, sekalipun tak kedengaran. Itulah setan,
dia bisa merasuk pikiran orang dengan pikiran jahat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Soal
ketidakadilan dalam penghukuman, mari kita luruskan duduk perkaranya.
Ular dalam peristiwa taman Eden adalah penggoda, bukan yang digoda.
Iblis yang digambarkan sebagai ular, adalah malaikat yang jatuh ke dalam
dosa (Yesaya 14:12-15). Iblis, si malaikat yang jatuh ke dalam dosa
telah dibuang dari surga mulia, ke liang kubur yang hina. Nah, iblis ini
bukan materi melainkan mahluk roh. Dia tidak bisa mati, bisa ke mana
saja, melintasi ruang dan waktu. Keberadaan iblis hanya di bawah
keberadaan Allah, yang bisa berada di mana saja pada saat bersamaan,
sementara iblis bisa di mana saja tapi tidak pada saat bersamaan.
Jumlahnya ada banyak. Jadi iblis sudah ada dalam dosa sebelum manusia
diciptakan, dan iblis bukan materi (bertubuh). Ingat, iblis sudah
menerima hukumannya, dan dia berusaha mencari banyak pengikut bagi
dirinya, termasuk manusia pertama, Adam dan Hawa. Inilah duduk
perkaranya. Iblis adalah terhukum, sipenggoda, dan sedang menjalankan
maksud jahatnya. Iblis sudah terhukum, hanya saja karena dia bukan
materi, melainkan mahluk roh, dia tidak bisa mati, dan tidak terkurung
dalam ruang dan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kembali ke Adam dan Hawa, mereka diciptakan
sebagai mahluk jasmani dan rohani. Dalam ketidak berdosaan mereka
sempurna, namun terbatas dengan ketetapan hukum Allah. Hukum utama yang
harus mereka taati adalah: Tidak memakan buah yang Allah larang. Jika
melanggarnya, maka manusia akan mati (Kejadian 2:16-17). Dan, kita
sama-sama mengetahui bahwa manusia melanggarnya dan menjadi terhukum.
Siapa penggodanya? Iblis! Jadi sangat jelas posisi manusia dan iblis
berbeda. Iblis memang sudah berdosa, terhukum, dan terbuang dari surga.
Sementara manusia adalah penerima hukum yang berkewajiban untuk
mentaatinya. Posisinya sangat berbeda bukan? Sehingga adalah wajar jika
konsekwensi hukumnya juga berbeda. Jelas, keputusan yang ada justru
sangat adil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Manusia yang jatuh ke dalam dosa, harus menanggung
konsekwensi pelanggarannya, yaitu mati, baik rohani maupun jasmani.
Rohaninya langsung mati, yang juga disebut terpisah dari Allah. Itu
sebab ketika Allah datang menusia menyembunyikan dirinya. Juga mati
jasmaninya, tapi dalam proses waktu. Manusia yang tadinya bersifat kekal
sebelum kejatuhan ke dalam dosa, akan termakan waktu. Menua dan mati.
Di era Adam kehidupan mencapai 1000 tahun. Sementara setelah era Nuh
tinggal 120 tahun. Lalu Musa yang berumur 120 tahun berkata, bahwa hidup
manusia hanya 70-80 tahun saja. Selebihnya adalah kesusahan karena
ketuaan. Jelas ini adalah hukuman akibat kejatuhan ke dalam dosa.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Kejadian 3:15; jelas dikatakan, bahwa keturunan perempuan
(manusia) dan keturunan ular (iblis), akan terus bertempur. Lagi-lagi,
jelas sekali posisi manusia dan ular sangat berbeda, bahkan
berseberangan. Nubuat ini digenapi dengan tersalibnya Yesus Kristus,
tumitnya diremukkan, namun dari atas kayu salib Yesus Kristus meremukkan
kepala ular. Sebagai keturunan perempuan (Matius 1:1-17), itu sebabnya
Yesus disebut sebagai anak Daud, atau singa Yehuda. Untuk menebus dosa
manusia yang jatuh ke dalam dosa, maka Yesus, manusia yang tidak
berdosa, disalibkan, dan darah-Nya yang suci tertumpah menebus dosa
manusia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, jelas bukan, mengapa
manusia yang mendapat anugerah keselamatan, sementara setan tidak.
Ingat setan memang terhukum yang terus-menerus mencari korban untuk
disesatkannya. Setan adalah mahluk roh, bukan materi, sehingga dia tak
pernah mati, sekaligus tak mendapat penebusan. Setan tak pernah susah,
selain menyusahkan, dan dia adalah penguasa alam maut. Tapi manusia
mengalami akibat dosanya, kesusahan yang terus-menerus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Puji Tuhan,
DIA yang Maha adil, yang mengasihi kita, manusia berdosa, dan menebus
orang yang berkenan kepada-Nya. Dalam kedaulatan dan keadilan-Nya
menghukum si penguasa alam maut, dengan mengalahkan maut diatas kayu
salib (Ibrani 2:14-16). </div>
<br />KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-29992428528525221062013-06-12T15:25:00.000+08:002013-06-12T15:25:19.988+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Menikah Dihadapan Pendeta Virtual</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Miguel Hanson dan Diana Wesley.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=5869&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Menikah Dihadapan Pendeta Virtual" />
<div class="relatedbox" style="width: 296px;">
<h4 style="margin-bottom: 10px; margin-top: 5px;">
<br /></h4>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Era teknologi yang kian canggih sekarang ini memutus batasan antara
yang Profan dan Sacred, antara yang dianggap duniawi dan dianggap
kudus. Bagaimana tidak, symbol-symbol keagamaan seperti Alkitab dan
perangkat keagamaan lain yang dulu dianggap sesuatu yang kudus dan tidak
boleh digantikan kini sudah didigatilisasi mengurangi kesakralannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div align="justify">
Tak hanya Alkitab, pendeta pun kini telah
digitalisasi. Enggan meninggalkan peran komputer yang telah menjadi
bagian penting hidupnya, Miguel Hanson, seorang praktisi komputer ini
membuat program pendeta virtual untuk memberkati mereka. </div>
<div align="justify">
<br />Miguel
Hanson dan Diana Wesley pertama kali bertemu melalui jejaring sosial
Sweet Geeks. Setelah sekian lama saling kenal dan merasa ada kecocokan,
keduanya kemudian memutuskan menikah. Tidak ingin meninggalkan peran
komputer yang telah mempertemukan keduanya Hanson memanfaatkan komputer
untuk menggantikan fungsi penghulu atau pendeta untuk memberkati
pernikahan mereka. </div>
<div align="justify">
<br />Hanson yang bekerja
sebagai konsultan teknologi informasi dan guru komputer ini membuat
program pendeta virtual yang diberi nama Reverend Bit. Melalui monitor
berukuran 30 inci pada Sabtu, 30 Juli 2011 lalu Bit menggantikan tugas
pendeta memimpin upacara pernikahan. Dimulai dengan menceritakan sejarah
singkat awal mula pertemuan pengantin itu hingga keduanya mengikat
janji. Prosesi pernikahan aneh itu dihadiri sekitar 30 tamu. </div>
<br /><div style="text-align: justify;">
Tentu
saja pemerintah Amerika menolak mengakui secara sah pernikahan
keduanya. Alhasil, kedua mempelai asal Houston, Texas ini harus
meresmikan pernikahannya dan mengucapkan sumpah kembali di depan Pendeta
yang nyata.</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-36293505035208404262013-06-08T15:45:00.001+08:002013-06-08T15:45:42.358+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Perempuan Makin Kurang Rohani</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Perempuan Amerika Kurang Religius.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=5860&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Perempuan Makin Kurang Rohani" />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah survey menunjukkan perempuan Amerika kini kurang religius.
Hasil ini tentu mengejutkan banyak pihak dan melawan pandangan
tradisional yang menyatakan perempuan memiliki spiritualitas lebih
dibanding laki laki. Peneliti George Barna baru-baru ini merilis sebuah
laporan tentang perubahan religiusitas di Amerika. Dari penelitan Barma
yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa wanita Amerika mengalami
perubahan rohani yang signifikan dalam dua dekade terakhir. </div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
Menurut
survey tersebut perempuan kini jarang menghadiri gereja dan dan
kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa, kurang membaca Alkitab, dan
menganggap iman sebagai hal yang tidak terlalu penting dalam hidup
mereka.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
Dalam dua
dekade terakhir laporan Barna juga menunjukkan terjadinya degradasi
konseptual dan pandangan tradisional perempuan tentang Tuhan sebagai
pencipta segala yang ada dan penguasa alam semesta. Perempuan saat ini
cenderung melihat iblis sebagai sebuah pribadi yang nyata, daripada
sekadar "simbol kejahatan."</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
Tentang
temuannya itu Barna mengatakan bahwa gereja tidak bisa lagi berharap
kaum wanita akan terus setia memenuhi bangku gereja. </div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
"Bahkan,
intensitas pria dan wanita dalam membaca Alkitab sekarang kemungkinan
sama, karena penurunan baru-baru ini dalam membaca Alkitab di kalangan
perempuan," katanya. </div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
Jumlah
laki-laki membaca Alkitab dalam satu minggu sudah naik 41 persen,
sedangkan perempuan, justru turun sebesar 10 persen, menjadi 40 persen.
</div>
<div align="justify">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbanding terbalik
dengan wanita, Pria justru tidak mengalami perubahan signifikan dalam
beragama seperti yang perempuan alami selama dua dekade terakhir.
Laki-laki di Amerika cenderung baik dan tetap stabil dalam beriman dan
beragama. Pertanyaanyan adalah lalu bagaimana dengan spiritualitas
perempuan kristen di Indonesia? Mungkinkah akan diadakan survey yang
serupa untuk menentukan langkah apa yang harus di tempuh gereja
menyikapi fenomena seperti ini.</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-67862866220429133242013-05-28T20:34:00.005+08:002013-05-28T20:34:59.481+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px;">
The Power Of Delegation</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="handover1.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=6673&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="The Power Of Delegation" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="center">
Boyle’s law:<br />If uncontrolled, work always flows to the most competent person until he submerges.</div>
<div align="center">
<br /></div>
<div align="justify">
Yitro,
seorang imam dari Median, adalah mertua Musa. Mendengar Musa telah
membawa keluar bangsa Israel dari Mesir, dia membawa anaknya Zipora -
istri Musa - dan dua anak mereka – Gersom dan Eliezer, kepada Musa.
Tidak lama Yitro melihat bagaimana Musa bekerja dalam memimpin bangsa
Israel. Rakyat seharian berdiri di hadapan Musa, menunggu bertemu Musa
yang sendirian ‘menghakimi’ mereka, satu demi satu.<br />Yitro memiliki
hikmat seorang pemimpin modern. Dia melihat cara Musa ini ‘tidak baik’.
Rakyat kecapean dan Musa juga, bahkan bisa stres dan ‘burnout’. Cara
pekerjaan yang ‘one man show’ ini jelas menjengkelkan banyak orang yang
harus menunggu lama untuk suatu pelayanan yang mungkin sebentar saja.
Pelayanan yang tidak efisien, tidak selesai-selesai karena persoalan
baru terus saja timbul.<br />Bagi sang pemimpin, kehabisan waktu
terus-menerus akan mengancam hubungan dia dengan orang-orang
terdekatnya, yaitu dengan pasangan, dengan anak-anak dan teman-temannya.
Dan cara demikian dapat dipastikan akan mengancam kesehatannya, baik
kesehatan emosi maupun fisik.<br />Melihat itu Yitro kemudian memberikan
suatu nasehat, yang dalam manajemen modern sekarang dikenal dengan
‘delegasi’. Suatu definisi mengatakan delegasi adalah memberkan tugas
yang berarti, baik operasional maupun manajemen, kepada orang lain
dengan supervisi dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu delegasi
adalah suatu proses, bukan suatu kejadian; suatu metode atau cara, bukan
suatu tujuan; dan merupakan suatu investasi jangka panjang pengembangan
orang bukan suatu strategi jangka pendek.<br />Dalam suatu tim, mengapa
banyak pemimpin tidak melakukan strategi delegasi ini, ketika manfaatnya
begitu jelas. Kalau tidak karena ketidaktahuan, banyak pemimpin yang
‘merasa’ tidak ada waktu untuk mempersiapkan orang lain. Wajar dia
merasa dapat melakukan pekerjaan itu lebih baik dan lebih cepat. Sadar
atau tidak, seorang pemimpin yang tidak merasa aman bisa merasa takut
kehilangan penghargaan dan nama karena digantikan oleh orang lain. Bisa
jadi dia memiliki interest pribadi yang sempit, seperti menciptakan
ketergantungan pada dirinya. Banyak pemimpin takut kehilangan kontrol
dan kekuasaan dalam organisasi ketika membayangkan orang-orang lain bisa
menggantikan dirinya.<br />Ketika pendelegasian dalam suatu organisasi
tidak terjadi, dapat dipastikan dengan bertambahnya volume pekerjaan,
penyelesaian pekerjaan akan lama, kualitas pekerjaan menurun, dan
pelayanan pelanggan merosot. Krisis mudah terjadi, pekerja atau pemimpin
mengalami burnout. Staf lain merasa tidak berkembang dan semangat
bekerja lemah. Karena tidak terjadi pengembangan staf internal, tidak
terjadi promosi yang efektif. Kebutuhan tenaga yang handal dilakukan
melalui rekrutmen dari luar. Banyak staf yang potensi keluar mencari
tempat yang lebih menawarkan tantangan.<br />Dalam kasus Musa, pertama
Yitro menyadarkan masalah prioritas Musa, yaitu hubungan dengan Allah.
Daripada terus-menerus melakukan koreksi, dia menyarankan kepada Musa
agar mengajar kepada rakyat hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan yang
rakyat perlu ketahui. Untuk meng-handle pekerjaan mengadili rakyat
Israel yang banyak itu, Yitro menyarankan Musa merekrut sejumlah
pemimpin yang cakap, takut akan Allah, dapat dipercaya dan benci
pengejaran suap Keluaran 18:21).<br />Kepada mereka perlu diberikan
otoritas untuk memimpin, ada yang atas 1000 orang, 100 orang, 50 orang,
atau 10 orang. Dia harus ‘mendelegasikan’ tanggung jawabnya, meminta
pertanggunganjawab para pemimpin itu, dan sudah barang tentu harus juga
berbagi apresiasi orang dan berkat dari pelayanan itu.<br />Pendelegasian
itu tidak untuk membuat Musa santai tapi agar dia memiliki waktu untuk
mengerjakan tanggung-jawabnya, yaitu mengerjakan persoalan-persoalan
yang sulit. Sang pemimpin tetap bertanggung jawab terhadap misi
kelompok, karena itu dia wajib mendukung tim dan memonitor pengerjaan
tugas.<br />Mendelegasi adalah untuk menggunakan sumberdaya yang ada.
Dengan pembagian tugas yang baik, akan mencegah terjadinya burnout pada
orang tertentu. Melalui pendelegasian akan terjadi
pengembangan skill dan kepemimpinan dalam organisasi. Setiap orang
merasa menjadi bagian tim dan keberhasilan sehingga mereka lebih
memiliki komitmen. Dengan demikian pekerjaan dapat diselesaikan
dalam time-frame-nya. Ketika banyak orang terlatih, maka ini mencegah
ketergantungan kepada orang tertentu. Dengan demikian menjadikan
kelompok yang kuat.<br />Bagaimana melakukan delegasi yang efektif?
Seorang pemimpin yang mendelegasikan suatu tugas seyogyanya memilih
orang yang tepat dan memandang sebagai bagian dari pengembangan diri
orang itu. Dia perlu memberitahukan dengan jelas tugas yang
didelegasikan, tujuan pekerjaan dan standar kinerja yang diharapkan,
termasuk waktu yang tersedia. Sang pemimpin perlu memastikan bahwa dia
memahami tugas yang diberikan. Berikan otoritas yang sesuai dengan
tanggung jawab, apakah atas pengeluaran anggaran, penggunaan tim, dan
sebagainya. Berikan dukungan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
tugas.Tetapkan titik-titik kontrol dalam periode pengerjaan tugas.
Monitor pelaksanaan secara periodik. Apapun hasilnya sang pemimpin perlu
memberikanfeedback, be-rupa apresiasi dan, kalau perlu, pembelajaran ke
depan.<br />Tuhan Yesus memberkati !</div>
</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-12870566464729636662013-05-25T10:21:00.004+08:002013-05-25T10:21:44.821+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Mengkhianati Indonesia</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Mengkhianati Indonesia.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=6956&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Mengkhianati Indonesia" />
</div>
<div class="bodytext" style="list-style: inside;">
<div align="justify">
Victor Silaen<br />Tan hana dharma mangrwa, bhineka tunggal ika (Mpu Tantular)<br /><br />KITA
boleh berbangga karena Indonesia, pada 12 November 2007, dipuji oleh
sebuah asosiasi konsultan politik internasional (International
Association of Political Consultants/IAPC) sebagai negara demokratis.
Namun di sisi lain kita prihatin karena Indonesia hari ini sedang
berjalan menuju negara gagal. Dalam berita tentang Indeks Negara Gagal
versi lembaga riset nirlaba The Fund For Peace, bekerja sama
dengan Foreign Policy, 20 Juni lalu, disebutkan bahwa Indonesia masuk
dalam kategori negara yang sedang dalam kondisi bahaya (in danger)
karena berada pada posisi ke-63. Antara lain penyebabnya adalah
praktik korupsi yang sedemikian akut dan peristiwa-peristiwa kekerasan
karena intoleransi yang kerap terjadi.<br />Korupsi yang kian mengganas
dan merajalela, jika tak mampu diberantas sampai ke akar-akarnya, cepat
atau lambat niscaya membangkrutkan Indonesia. Untuk itu bukan hanya KPK
yang harus lebih berani dan serius, tapi juga pelbagai komponen bangsa
ini harus bahu-membahu bekerja sama memerangi korupsi. Sekedar imbauan
untuk KPK, mengapa baju untuk terdakwa koruptor yang dihadirkan di depan
pengadilan tidak dipilih yang berwarna saja? Biar lebih ngejreng gitu
loh. Biar efek malunya lebih besar, ketimbang bajunya berwarna putih.</div>
<div align="justify">
<br />Sedangkan
masalah intoleransi, peristiwa yang teranyar terjadi pada 26 Agustus
lalu di Sampang, Madura, antara kelompok Sunni dan Syiah, setelah
sebelumnya juga pernah terjadi pada 29 Desember 2011. Dalam peristiwa
beberapa minggu lalu itu tercatat jumlah korban yang tewas satu orang,
tapi rumah yang terbakar sebanyak 27 unit. Sementara, di Hari Lebaran
lalu, terjadi aksi massa yang menyerang Tarekat At Tijaniyah Mutlak di
Kampung Cisalopa, Desa Bojong Tipar, Jampang Tengah, Sukabumi, Jawa
Barat, yang menewaskan empat korban. Untuk tragedi kedua ini, herannya,
mengapa tak heboh?<br />Intoleransi juga merupakan akar bagi bertumbuh
suburnya kelompok-kelompok terorisme di Tanah Air yang hari-hari ini
bermunculan kembali, baik di Solo, Jakarta dan Depok. Inilah yang
membuat kita miris dan bertanya kuatir: mampukah Indonesia bertahan
sebagai negara-bangsa yang satu? Mungkin saja mampu, dalam arti
Indonesia tak akan bubar seperti Uni Soviet. Namun, Indonesia hanya akan
berjalan di tempat alih-alih semakin mundur. Betapa tidak. Di seputar
Pilgub DKI 2012, khususnya menjelang Putaran II lalu, bertebaranlah
hasutan (baik secara lisan maupun tulisan) untuk tidak memilih salah
satu kandidat pemimpin lantaran latar belakang suku dan agamanya.<br />Mari
kita bicara terbuka saja. Di sebuah metromini, di bagian belakangnya,
ada sebuah tulisan berwarna hitam berukuran besar berbunyi begini:
”Waspada Cina...” Sementara seorang penyanyi dangdut terkemuka, dalam
sebuah wawancaranya baru-baru ini, menyinggung-nyinggung soal pribumi
dan non-pribumi, juga Cina Kristen, dengan nuansa yang sangat pejoratif
(bersifat memojokkan) terhadap non-pribumi dan Cina Kristen itu.</div>
<div align="justify">
<br />Mari
kita bertanya kritis tentang beberapa hal berikut. Pertama, apakah
makna ”pribumi” itu yang sesungguhnya? Harap dipahami bahwa istilah ini
muncul di era kolonialisme Belanda sebelum Indonesia merdeka untuk
menunjuk suku-suku bangsa di wilayah Hindia Belanda (kecuali Eropa,
Arab, Cina, dan India) yang mereka anggap berkarakter ”bodoh, bebal dan
pemalas”. Dengan pengertian itu, setelah Indonesia merdeka, adakah
manfaatnya bagi kita mempertahankan istilah tersebut? Jawabannya
jelas ”tidak ada” dan atas dasar itu kita harus menghapuskannya dari
perbendaharaan kosakata kita sehari-hari. Kalau istilah ”pribumi”
dihapus, dengan sendirinya istilah ”non-pribumi” pun demikian. Jadi,
yang ada sekarang adalah ”Warga Negara Indonesia” (WNI) atau ”Warga
Negara Asing” (WNA). Itu saja penggolongannya.<br />Lantas, siapa itu
”Cina”? Ini pun mengherankan, sekaligus menunjukkan bahwa orang-orang
yang mengucapkannya kurang berwawasan. Harap diketahui bahwa Cina itu
adalah suatu bangsa yang bermukim di ”negeri tirai bambu” Cina, yang
negaranya bernama Republik Rakyat China (RRC). Sebenarnya ada satu lagi
bangsa Cina, yakni Taiwan, yang sudah lama memisahkan diri dari RRC tapi
masih diklaim sebagai bagian dari bangsa Cina.</div>
<div align="justify">
<br />Keturunan Cina di
Indonesia memang ada, tapi mereka secara antropologis telah menjadi
salah satu suku di antara ratusan suku di Indonesia. Jadi, mereka harus
kita golongkan sebagai suku Tionghoa dan mereka tidak identik dengan
Cina. Sebab mereka itu WNI, yang menurut UU No. 12 Tahun 2006 (tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia) termasuk sebagai “Indonesia Asli”
apabila sejak kelahirannya telah menjadi WNI dan tak pernah menerima
atau menggantinya dengan kewarganegaraan lain. Jadi, untuk
penyebutannya, tidak perlu juga menggunakan istilah “keturunan” di depan
Tionghoa (“keturunan Tionghoa”). Cukup Tionghoa saja. Lagi pula, apa
artinya keturunan? Tidakkah kita semua juga merupakan keturunan dari
nenek-moyang kita? <br />Bung Karno, salah satu pendiri bangsa dan
presiden ke-1 Indonesia, pernah berkata: “Jangan sekali-sekali melupakan
sejarah” (Jas Merah). Ia benar. Sebab, hari ini kita jalani karena hari
kemarin, dan hari esok kita jelang karena hari ini. Atas dasar itu maka
ingatlah beberapa momentum sejarah yang sangat penting maknanya bagi
kita hari ini. </div>
<div align="justify">
<br />Pertama, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, di Gedung
Indonesische Clubgebouw, Weltevreden (kini Gedung Sumpah Pemuda, Jalan
Kramat 106), Jakarta, milik seorang Tionghoa bernama Sie Kok Liong. Saat
itu para tokoh pemuda dari berbagai suku dan daerah mengucapkan tiga
ikrar bersama: ikrar kesatuan berdasar tanah air, bangsa, dan bahasa
yang satu. Secara politik, bukankah saat itu merupakan kelahiran
Indonesia sebagai satu bangsa baru? Sejak itulah pergerakan para pemuda
kian menemukan arah yang jelas dalam perjuangannya mencapai Indonesia
Merdeka. Jadi, mengapa setelah usia kemerdekaan mencapai 67 tahun kita
masih menggolong-golongkan anak-anak bangsa sendiri sebagai ”pribumi”
dan ”non-pribumi”? <br />Kedua, dasar negara Indonesia adalah Pancasila.
Ingatlah proses bagaimana ideologi bangsa ini disahkan pada 18 Agustus
1945. Sebelumnya, ada Pancasila “versi yang lain”, yakni Pancasila
berdasarkan pidato Soekarno (1 Juni 1945) dan Pancasila versi Piagam
Jakarta (22 Juni 1945). Sehari setelah Proklamasi 17 Agustus 1945,
Presiden Soekarno sendiri, saat berpidato di depan sidang BPUPKI,
mengatakan begini: “Kita bersama-sama mencari persatuan philosophische
grondslag, mencari satu weltanschauung yang kita semua setuju. Saya
katakan lagi, setuju! Yang Saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes
setujui, yang Ki Hajar setujui, yang Saudara Sanusi setujui, yang
Saudara Abikoesno setujui, yang Saudara Lim Koen Hian setujui. Pendeknya
kita mencari semua satu modus. Tuan Yamin, ini bukancompromise, tetapi
kita bersama-sama mencari satu hal yang kita bersama-sama setujui.”
Harap digarisbawahi, saat itu ada juga seorang Tionghoa (Lim Koen Hian)
yang dimintakan juga persetujuannya oleh Soekarno.</div>
<div align="justify">
<br />Ketiga, khususnya
terkait Jakarta, jangan lupakan bahwa keberadaan Batavia (nama Jakarta
dulu) tak bisa lepas dari peranan beberapa orang Tionghoa, antara lain
Souw Beng Kong, Khouw Kim An, Phoa Beng Gan, dan Nie Ho Kong. Mereka
adalah para pembesar Tionghoa yang punya andil besar membangun kota baru
Batavia di era kolonialisme Belanda abad ke-17. Itu sebabnya ia kelak
diberi gelar Kapiten.<br />Sungguh, kita patut berduka atas situasi
Indonesia hari-hari ini yang kian tak ramah terhadap perbedaan. Banyak
orang -- termasuk politisi, pejabat negara, dan elit-elit lainnya --
yang kini mulai mengkhianati Indonesia. Istilah-istilah diskriminatif
seperti “pribumi” dan “non-pribumi”, “Cina Kristen” juga “kafir”, dengan
gampang dan sembarangan dibawa-bawa ke ranah politik. Tidakkah mereka
sadar bahwa strategi politik busuk seperti itu dapat memunculkan
segregasi di masyarakat?<br />Akankah “bhineka tunggal ika” tinggal
semboyan belaka? Indonesia sejak dulu sudah sangat pluralistik, dan
karenanya toleransi menjadi kebutuhan mutlak. Karena itulah, tak bisa
tidak, kita harus menerima dan menghargai perbedaan dengan lapang-dada.
Ingatlah dan camkanlah bahwa para pendiri bangsa Indonesia hanya pernah
bersumpah satu di dalam tiga ikatan: nusa, bangsa, dan bahasa. Di luar
itu kita bebas untuk berbeda.</div>
<div align="justify">
<br />Akhirnya saya ingin mengimbau agar
instansi-instansi pemerintah di bidang pendidikan mengevaluasi kembali
kurikulum pendidikan bagi para siswa, mulai dari tingkat dasar sampai
menengah umum. Mata pelajaran sejarah, khususnya yang berkait dengan
kepahlawanan, harus direvisi demi transmisi nilai-nilai patriotisme
kepada generasi muda. Generasi muda harus paham bagaimana proses dan
lika-liku perjuangan menjadi Indonesia. Agar ke depan mereka tak
sekali-kali berkhianat kepada Indonesia.<br /> </div>
</div>
<table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" style="margin-top: 10px;"><tbody>
<tr><td style="padding-right: 10px;" valign="top"></td><td style="padding-right: 10px;" valign="top"><br /></td><td nowrap="nowrap" style="padding-right: 10px;" valign="top"><br /></td>
<td valign="top" width="300">
</td>
</tr>
</tbody></table>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-54290710502399759002013-05-23T21:37:00.000+08:002013-05-23T21:37:02.715+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Pengetahuan VS Agama </h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="106.-Opini-2.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=1950&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Pengetahuan VS Agama " />
</div>
<div align="justify">
<strong><span style="font-weight: normal;">ALLAH menciptakan dunia dalam kondisi kosong dan hanya ada
kegelapan di sekitarnya. Lalu Allah membuat langit dan bumi serta
cakrawala hingga terbentuklah suatu galaksi yang dinamakan galaksi Bima
Sakti. Di dalamnya terdapat berbagai macam tata surya antara lain yaitu
meteor, bintang, bulan, komet, planet dan masih banyak lagi. Kemudian
Allah memisahkan antara gelap dengan terang, dan menciptakan makhluk
hidup: manusia, tumbuhan, dan hewan. Semua ciptaan Tuhan ini sangat
menakjubkan. Manusia adalah ciptaan terindah dan paling berharga di mata
Tuhan. Pernyataan di atas adalah sebagian kecil dari ilmu penge-tahuan
yang telah ditelaah oleh para ilmuwan yang telah melakukan eksperimen
dan memberi kita bukti sehingga kita mempercayainya. Tidak hanya itu
saja namun banyak sekali ilmu yang sudah tertanam dalam otak kita
mengenai apa saja yang ada dalam dunia ini. Banyak sekali hal yang telah
dibuktikan para ilmuwan dengan hasil penemuannya. Bahkan segala sesuatu
yang telah Tuhan ciptakan, di mana manusia tidak punya andil dalam
pembuatannya, dibuat seolah-olah tidak ada campur tangan Tuhan di
dalamnya. Contoh, pernyataan seorang ilmuwan bahwa penciptaan manusia
tidak ada hubungannya dengan Tuhan, namun manusia terbentuk dari seekor
kera yang</span> </strong>telah berevolusi, mulai
fase membungkuk dalam wujud kera hingga mencapai fase tegak dalam wujud
seorang manusia. Di sisi lain, ajaran agama tertentu mengatakan bahwa
manusia dibentuk dan diukir tangan Tuhan Yang Mahaesa, dan Dialah yang
menghembuskan napas kehidupan itu bagi manusia. Kedua per-nyataan
tersebut sa-ngat bertentangan. Perbedaan tersebut menimbulkan bebera-pa
pertanyaan: “Mana yang harus kita yakini? Lalu bagaimana kita harus
memperca-yainya? Apakah benar ilmu pengetahuan itu bertentangan de-ngan
agama?</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelum menja-wab, mari kita me-ngetahui terlebih dahulu apa
ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu meru-pakan kumpulan pe-ngetahuan yang
telah teruji kebenarannya secara empiris. Batas penjelajahan ilmu sempit
sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari sekian permasalahan
kehidupan manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia itu, ilmu hanya
berwenang menentukan benar atau salahnya suatu pernyataan. Demikian
pula tentang baik buruk, semua itu termasuk ilmu yang berpaling kepada
sumber-sumber moral.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah
buta,” kata Einstein. Kebutaan moral ilmu, bisa saja membawa kemanusiaan
ke jurang malapetaka. Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan
bermuara kepada filsafat, dan relativitas atau kenisbian ilmu
pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama. Filsafat adalah “ilmu
istimewa” yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab
ilmu pengetahuan karena masalah-masalah itu berada di luar atau di atas
jangkauan ilmu pengetahuan. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia
dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal
integral daripada segala sesuatu yang ada mengenai: a) hakikat Tuhan, b)
hakikat alam semesta, dan c) hakikat manusia termasuk sikap manusia
terhadap hal tersebut sebagai konsekuensi logis daripada pahamnya
tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kebenaran ilmu pengetahuan ialah kebenaran positif.
Kebenaran filsafat ialah kebenaran spekulatif (dugaan yang tak dapat
dibuktikan secara empiri, riset, eksperimen). Kebenaran ilmu pengetahuan
dan filsafat keduanya nisbi (relatif). Ilmu pengetahuan mencari
kebenaran dengan jalan penyelidikan, penga-laman (empiri) dan percobaan
(eksperimen) sebagai batu ujian. Filsafat menghampiri kebenaran dengan
cara mengelanakan atau mengembarakan akal budi secara radikal
(mengakar), dan integral (me-nyeluruh) serta universal (mengalam), tidak
merasa terikat oleh ikatan apa pun, kecuali ikatan ta-ngannya sendiri
yang disebut ’logika’ manusia dalam men-cari dan mene-mukan kebenaran
dengan dan dalam agama, dengan jalan mempertanyakan pelbagai masalah
asasi dari suatu kepada kitab suci, kondifikasi Firman Allah untuk
manusia.</div>
Di setiap agama, paling tidak ditemukan empat ciri khas.
Pertama, adanya sikap percaya kepada Yang Suci. Kedua, adanya ritualitas
yang menunjukkan hubungan dengan Yang Suci. Ketiga, adanya doktrin
tentang Yang Suci dan tentang hubungan tersebut. Keempat, adanya sikap
yang ditimbulkan oleh ketiga hal tersebut.<br /><div style="text-align: justify;">
Agama memang tidak mudah
diberi definisi, karena agama mengambil berbagai bentuk sesuai dengan
pengalaman pribadi masing-masing. Meskipun tidak terdapat definisi yang
universal, namun dapat disimpulkan bahwa sepanjang sejarah manusia telah
menunjukkan rasa “suci”, dan agama termasuk dalam kategori “hal yang
suci”. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai
yang tidak terbatas yang diberikan kepada obyek yang disembah. Hubungan
manusia dengan “yang suci” menimbulkan kewajiban, baik untuk
melak-sanakan maupun meninggalkan sesuatu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ilmu pengetahuan dan agama
sebenarnya bukanlah suatu perbedaan yang perlu diperde-batkan.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan serta keunikan
tersendiri. Tidak ada faedahnya apabila kita memper-debatkan antara ilmu
pengetahuan dan agama karena hal itu hanya berdampak sia-sia.
Sesungguhnya hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama tidak perlu
dipersoalkan karena itu semua kembali pada diri kita sendiri. Kita
diberi kehendak bebas oleh Sang Pencipta bukan untuk memilih suatu
pilihan yang hanya digunakan sebagai bahan perbandingan kemudian
diper-debatkan untuk hal yang sia-sia. Kita berhak untuk mempercayai
ilmu pengetahuan begitu pula dengan keberadaan agama. Itu semua
tergantung kepada iman kepercayaan kita masing-masing. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, apa pun
yang kita yakini, itu merupakan hak kita karena kepercayaan bukanlah
suatu paksaan melainkan suatu dorongan yang timbul dengan sendirinya dan
menjadi rema dalam hidup kita.</div>
<br /> Gonita Magdalena<br />Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur.<br />KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-56493063064543905922013-05-21T21:27:00.000+08:002013-05-21T21:27:23.359+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Protes Penghargaan SBY, Romo Magnis Surati ACF</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="62830_frans_magnis_suseno.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7245&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Protes Penghargaan SBY, Romo Magnis Surati ACF" />
</div>
<div align="justify" class="MsoNormal">
Profesor
bidang filsafat, Franz Magnis Suseno, melayangkan protes keras kepada
Appeal of Conscience Foundation (ACF) melalui surat terbuka. Kepada
lembaga yang sedianya menganugerahi Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) dengan penghargaan "World Statesman" itu Magnis mengungkapkan
kritik dan ketidaksetujuannya. Bukan tanpa alasan, tokoh umat Katolik
ini menilai pemberian penghargaan itu diberikan tanpa melihat situasi
sebenarnya kehidupan beragama di Indonesia.<br /> <br /> </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Sulitnya
umat Kristen untuk berkembang dan mendapatkan izin membuka tempat
ibadah, termasuk tentang peningkatan jumlah penutupan paksa terhadap
gereja-gereja, seperti ditulis Magnis dalam suratnya menjadi bukti nyata
bahwa ACF tidak melirik hal itu sebagai bahan pertimbangan. Belum lagi
soal sikap memalukan dan sangat berbahaya dari kelompok agama garis
keras terhadap apa yang disebut ajaran sesat, seperti jemaah Ahmadiyah
dan warga Syiah, seperti ditulis Romo Magnis. </div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Penghargaan
Negarawan Dunia tahun ini kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang
dinilai berjasa dalam merawat toleransi beragama di Indonesia, menjadi
ironi besar, lain sekali dengan fakta yang ada di akar rumput. Berikut
salinan lengkap surat terbuka Romo Magnis:</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
<br /></div>
<br /> <em>"Surat Terbuka Romo Franz Magnis Suseno SJ untuk ACF</em><em><br /> <em> </em><br /> <em>Tuan-tuan dan Puan-puan dari Banding dari Appeal of Conscience Foundation (ACF),</em><br /> <em> </em><br /> <em>Saya
seorang pastor Katolik dan profesor Filsafat dari Jakarta. Kami di
Indonesia mendengar bahwa Anda akan memberikan Penghargaan Negarawan
Dunia tahun ini kepada Presiden kami, Susilo Bambang Yudhoyono karena
jasanya dalam merawat toleransi beragama.</em><br /> <em> </em><br /> <em>Rencana
itu sangat memalukan, dan mempermalukan Anda sendiri. Itu dapat
mendiskreditkan klaim apapun akan Anda buat sebagai sebuah institusi
berlandaskan moralitas.</em><br /> <em> </em><br /> <em>Bagaimana mungkin
Anda dapat mengambil keputusan seperti itu tanpa meminta masukan dari
kami yang mengalaminya langsung Indonesia? Mudah-mudahan Anda tidak
membuat keputusan tersebut sekadar untuk menanggapi desakan dari
orang-orang yang dekat dengan Pemerintah kami ataupun rombongan di
sekitar Presiden.</em><br /> <em> </em><br /> <em>Apakah Anda tidak tahu
tentang kesulitan umat Kristen untuk berkembang dan mendapatkan izin
membuka tempat ibadah, tentang meningkatnya jumlah penutupan paksa
terhadap gereja-gereja, tentang banyaknya regulasi yang membuat kaum
minoritas lebih sulit beribadah kepada Tuhan, serta intoleransi tumbuh
begitu pesat di tingkat akar rumput? Dan secara khusus, apakah Anda
tidak pernah mendengar tentang sikap memalukan dan sangat berbahaya dari
kelompok agama garis keras terhadap apa yang disebut ajaran sesat,
seperti jemaah Ahmadiyah dan warga Syiah? serta pemerintah yang dipimpin
oleh Susilo Bambang Yudhoyono tidak melakukan apa-apa dan enggan
mengatakan sepatah kata pun untuk melindungi mereka?</em><br /> <em> </em><br /> <em>Ratusan
orang yang hidup di bawah kepemimpinan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono telah diusir dari rumah mereka, mereka masih hidup sengsara di
tempat-tempat pengungsian seperti gedung olahraga, bahkan sudah ada
jemaah Ahmadiyah yang dibunuh dan warga Syiah yang tewas (sehingga
muncul pertanyaan apakah Indonesia akan memburuk kondisinya seperti di
Pakistan dan Irak [seperti yang dikatakan Presiden GW Bush] di mana
setiap bulan ratusan orang Syiah dibunuh dengan dalih agama)?</em><br /> <em> </em><br /> <em>Tidakkah
Anda juga tahu bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak pertama
kali menjabat sampai 8,5 tahun kini, di istananya belum pernah satu kali
pun ia mengatakan sesuatu kepada rakyat Indonesia, bahwa kaum radikal
harus menghormati kaum minoritas? ia telah mempermalukan diri sendiri
dengan menghindari tanggung jawab terhadap meningkatnya kekerasan yang
menimpa jemaah Ahmadiyah dan warga Syiah?</em><br /> <em> </em><br /> <em>Sekali
lagi, siapa sih yang Anda mintai informasi sebelum membuat keputusan
terkait penghargaan Anda tersebut? Apa yang menjadi motivasi Anda untuk
memberikan penghargaan itu kepada Presiden terkait toleransi beragama
padahal ia sangat jelas tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk
menunaikan tanggungjawabnya melindungi kaum minoritas?</em><br /> <em> </em><br /> <em>Saya
harus menambahkan bahwa saya bukan radikal, juga bukan "ekstrimis hak
asasi manusia" (jika ada istilah seperti itu). Saya sekadar menunjukkan
bahwa begitu banyak kemunafikan. Anda dipermainkan oleh mereka - yang
jumlahnya masih sedikit - kaum radikal yang ingin memurnikan Indonesia
dari apa saja yang mereka anggap sebagai ajaran sesat dan kafir.</em><br /> <em> </em><br /> <em>Franz Magnis-Suseno SJ"</em></em><br /> <br />KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-86178834859635150372013-05-09T22:33:00.003+08:002013-05-09T22:33:35.616+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Athanasius Melawan Penggugat Ketuhanan Kristus</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Athanasius Melawan Penggugat Ketuhanan Kristus.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7177&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Athanasius Melawan Penggugat Ketuhanan Kristus" />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di
jaman yang serba bebas seperti sekarang ini, makin banyak orang yang
ingin mencoba menunjukkan eksistensi dirinya dengan memilih sikap atau
pilihan pandangan berbeda dari yang lain – termasuk melawan setiap
kemapanan dan ajaran agama (dogma) yang statis. Mempertanyakan kembali
Keallahan Kristus adalah salah satu upaya mewujudnyatakan sikap
pemberontakan tadi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pandangan nyeleneh yang meragukan ketuhanan
Kristus sesungguhnya tidak hanya ada di masa kini. Bahkan jauh ke
belakang, pada masa bapa-bapa gereja pun, sudah ada sekian banyak orang
yang mempertanyakannya. Ada begitu banyak karya bapa-bapa gereja bahkan
ditujukan secara khusus untuk menjawab persoalan semacam ini
(apologia). Dan salah satu di antaranya adalah Athanasius, tokoh gereja
katolik awal yang sangat getol memperjuangkan keyakinannya agar tak
dirongrong oleh ajaran sesat.<br />Hampir seluruh hidup Athanasius
diabadikan untuk melawan Arianisme (salah satu ajaran sesat waktu
itu). Sebagai orang yang setia pada prinsip yang
dipegangmembuat Athanasius kurang disenangi oleh sesama rekan, karena
kesan yang ditangkap adalah kekakuannya dan sombong itu. Salah satu
contohnya dapat dilihat dari kekonsistensiannya dalam melawan ajaran
Arianisme, tanpa sekalipun kompromi terhadapnya – meski orang di
sekelilingnya justru makin permisif terhadap lawan-lawan penggugat
ajaran gereja – termasuk Kaisar ikut-ikutan toleran terhadap
mereka. Meskipun itu semua dilakukan Kaisar agar orang-orang yang ada
di daerah kekuasaannya bersatu. Dengan alasan itu Kaisar menganjurkan
agar gereja ortodoks lebih banyak memberikan toleransi khususnya pada
Arius, agar dia dapat kembali ke dalam persekutuan gereja setelah
mendapat hukuman yang pantas. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> Sikap seperti inilah yang ditentang
oleh Athanasius. Bagi pria yang diperkirakan lahir pada akhir abad ke-3
ini, sikap kompromi dapat berubah menjadi bumerang yang akan membunuh
balik. Dengan berkompromi terhadap ajaran Arianisme, maka dengan sendiri
telah membuka pintu lebar-lebar untuk Arius membongkar ajaran keallahan
Kristus yang akan mengakibatkan tamatnya agama kristen. <br />Athanasius
adalah seorang penulis yang sangat produktif. Banyak karya-karya
teologi yang penting bagi perkembangan kekristenan dan teologi keluar
dari “rahim” olah pikirnya. Karya-karya tersebut antara lain: Riwayat
Hidup Antonius; surat-surat Paskah; karya-karya anti-Arianisme;
dan karya-karya apologia. Di samping keempat karya-karyanya tadi, masih
ada satu karya lagi yang mengesankan dan isinya betul-betul
perjuangkan, yakni, Inkarnasi Firman. Dalam buku ini, kelihatan betul
bagaimana keseriusan Athanasius memperjuangkan pengakuan keallahan Yesus
Kristus. Ini semua terdorong oleh imannya pada Kristus. Hanya
Kristuslah dapat menyelamatkan kita. Keselamatan seluruh umat
bergantung pada belas kasih-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> Meskipun ada pendapat kontra dari
penganut Yahudi yang mengatakan bahwa inkarnasi dan penyaliban
anak sangat tidak pantas, bahkan mengurangi martabat-Nya, Athanasius
tetap saja beriman teguh. Dalam menjawab pernyataan orang Yahudi tadi,
Athanasius, Uskup Aleksandria sejak 328 ini, menunjukkan bahwa
inkarnasi salib itu justru pantas, tepat dan sangat wajar. Sebab dunia
yang diciptakan melalui Dia hanya dapat dipulihkan oleh Dia. Pemulihan
ini tidak bisa terjadi, kecuali melalui salib. Menurutnya: “Kitalah yang
menyebabkan Ia menjadi daging. Ia mengasihi kita sedemikian rupa,
sehingga untuk keselamatan kita, Ia lahir sebagai manusia... Ia datang
di antara kita. Setelah ia membuktikan keallahan-Nya, Ia
mempersembahkan kurban- Anak-Nya demi kita dan menyerahkan tubuh-Nya
kepada maut menggantikan umat manusia”. (inkarnasi Firman 4).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> Athanasius
juga menjawab argumen-argumen pengikut Arius yang menyitir dari Alkitab
untuk membuktikan bahwa Anak Allah lebih rendah dari Sang
Bapa. Athanasius menjawab bahwa bagian dari Alkitab itu menunjukkan
pada status Yesus sebagai manusia, bukan pada status kekal-Nya sebagai
Allah. “Anak diperanakkan bukan di luar Sang Bapa, tetapi dari Allah
Bapa sendiri. Allah Bapa tetap lengkap, sedangkan “gambar wujud-Nya”
adalah kekal serta menjaga persamaan-Nya dengan Allah Bapa dan rupa-Nya
yang tak berubah” (pidato-pidato melawan Kaum Arian 2:24, 33).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> Sebagai
seorang kristen, membela ketuhanan Yesus adalah harga mutlak. Membela
Kristus tidak berarti kita sudah memberi nilai lebih terhadap Kristus
“obyek” yang dibela. Sebab dibela ataupun tidak, Kristus tetap saja
Tuhan. Justru dengan membela ketuhanan Kristus, berarti kita sedang
bersaksi memproklamasikan iman kita. Bukankah bersaksi tentang Dia
adalah tugas kita sebagai umat-Nya?</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-15396951426452282282013-05-08T18:56:00.000+08:002013-05-08T18:56:44.441+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Kebangkitan Dan Kenaikan Yesus Memang Sulit Diterima Akal</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="poster-jesus-resurrection-16.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=4568&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Kebangkitan Dan Kenaikan Yesus Memang Sulit Diterima Akal" />
</div>
<strong></strong><div style="text-align: justify;">
KENAIKKAN
Tuhan Yesus ke surga, sebagai puncak drama penebusan di kayu salib,
kemenangan atas dosa dan maut dengan kebangkitan-Nya, yang ditutup
dengan mukjizat terakhir yang dilakukan-Nya selama di bumi, yaitu Ia
menunjukkan kepenuhan tubuh kebangkitan, ia tidak lagi terikat dimensi
ruang dan waktu yang alami, dan Ia pergi kembali kepada Bapa di surga
dari mana Ia bersama Bapa dan Roh Kudus akan membimbing umat-Nya sampai
kesudahan alam, sampai hari penghakiman kelak. Pemikiran sederhana kita
membayangkan bahwa Yesus itu naik ke surga ibarat melayang tinggi
seperti balon udara, dan melayang-layang di antara galaksi. Pemikiran
ini ibarat pemikiran anak kecil yang baru masuk sekolah
taman-kanak-kanak (TK) yang baru terbuka pemikirannya bahwa dunia
pendidikan itu sebatas ruang kelas di mana ia pertama kali memasuki
dunia pen-didikan yang lebih luas dari rumahnya, padahal anak-anak TK
masa kini melihat dunia tidak lagi sebatas itu, anak-anak SD sekarang
sudah mengenal dunia tidak sekadar apa yang mereka lihat di buku-buku
teks melainkan juga di dunia maya, dunia yang tidak ter-bayangkan
sebelumnya kecuali kalau kita sudah memasukinya secara riil.
Demikianlah kita melihat kenaikan Tuhan Yesus yang sulit untuk
dimengerti akal manusia sebab di samping pengertian dan pengakuan
kognitif seperti penger-tian orang mengenai hukum gravitasi sebelum
Newton mengemukakan gagasan-nya, diperlukan pengertian intuitif yang
lebih luas yang diterima dengan iman. Gejala apakah yang kita ketahui
dari Alkitab tentang Kenaikan Yesus ke surga?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kebangkitan dan
Kenaikan Ke Surga adalah dua hal sepaket yang menunjukkan kemenangan
Tuhan Yesus Kristus mengatasi alam tiga dimensi yang terbatas menuju
alam empat dimensi yang tidak terbatas, demikian juga kemenangan atas
alam maut dan dosa menuju alam hidup dan kebenarannya (1Kor.15).
Kebangkitan Yesus bukan saja terlihat oleh para murid Yesus yang dua
belas itu tetapi oleh lebih dari 500 orang sekaligus (1Kor.15)! Kenaikan
Yesus ke surga menjadi dasar penulisan kitab Kisah Rasul yang menandai
era berdirinya gereja Kristen, dan menggenapkan kenyataan bahwa Allah
Bapa di surga telah memeteraikan Anak-Nya Yesus sebagai Tuhan dan
Kristus (Kis.2:21-36) yang menjadi kesaksian di Yudea, Samaria, sampai
ke Ujung Bumi (Kis.1:8).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Di kalangan astronomi, sekarang berkembang
pengertian yang lebih luas bahwa alam semesta ini bukan bersifat linear
maupun tiga dimensional saja, karena makin manusia membuka diri terhadap
alam realita, mereka makin dihadapkan pada kemungkinan yang tidak
terelakkan bahwa ada alam paralel yang keberadaannya bertumpang-tindih
dengan alam tiga dimensi yang kasat mata ini, namun memiliki dimensi
ruang dan waktu yang berbeda dengan dimensi ruang dan waktu tiga dimensi
yang kita kenal selama ini. Banyak gejala alam menunjukkan bahwa
keberadaan alam maya di luar alam nyata, atau alam baqa di luar alam
fana tidak terpungkiri sekalipun manusia belum mampu menguaknya secara
keterbatasan rasional yang dimiliki manusia sejauh ini. <br /><br /><strong>Tidak terikat ruang dan waktu</strong><br />Beberapa
lokasi seperti Segitiga Bermuda menunjukkan adanya pertemuan antara
dimensi yang tiga itu dengan dimensi maya, dan banyak kejadian di bumi
menujukkan adanya fenomena yang tidak terikat oleh ruang dan waktu tiga
dimensi yang kita kenal. Buku-buku pa-ranormal menunjukkan banyaknya
kenyataan tentang terobosan dunia maya/baqa ke dunia nyata/fana. Menolak
kenyataan itu sebagai tidak mungkin karena tidak mematuhi hukum alam
yang kita kenal sekarang hanya menunjukkan sikap keterbelakangan yang
tidak membuka diri terhadap kemajuan dengan segala kemungkinan baru yang
terbuka di depan kita. Hukum-hukum alam yang kita kenal sekarang
kelihatannya baru mencakup sebagian fenomena alam (yang tiga
dimensional) dan masih banyak hukum alam (yang multidimensional) kita
nantikan kehadiran-Nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Kebangkitan dan Kenaikan Yesus memang masih
sulit diterima akal budi orang modern, namun kalau manusia modern sudah
bisa menerima hubungan nir-kabel komputernya ke seluruh dunia mengapa
kita tidak membuka kemungkinan hubungan dir-kabel dalam doa ke surga dan
alam multidimensi? Yesus telah berada dalam dunia surgawi yang siap
akan datang kembali ke bumi untuk menghakimi dunia, karena itu tidak ada
hal lain yang bisa kita kerjakan selain menantikan kedatangan-Nya
kembali ke dunia tiga dimensi untuk kedua kalinya yang siap
menyelamatkan orang percaya dan menghakimi orang yang tidak percaya.</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-14857550069882838632013-05-07T20:00:00.001+08:002013-05-07T20:00:23.818+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Pendeta</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Pendeta.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7028&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Pendeta" />
</div>
<div align="justify">
Hotman J. Lumban Gaol</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kata
“pendeta” dalam tradisi gereja, bahkan di Eropa tidak menemukan akar
kata yang kuat. Sebutan Pastorlah yang tersemat bagi seorang pelayan
Tuhan. Sebutan pendeta hampir tidak pernah disebutkan. Kalau demikian
dari mana asal-usul dari gelar atau sebutan pendeta yang dipakai bagi
pelayan Tuhan? Panggilan itu, disinyalir merupakan gelar pengakuan
terhadap para pemimpin agama di era pasca-Reformasi, kemungkinan di abad
ke-17.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masa reformasi gereja di Eropa, kaum pelayan menyapa rekan
sepelayanan dengan sebutan reverend brethren. Jika diterjemahkan bebas
disebut “saudara pendeta.” Tak tepat sebenarnya. Namun, kalau kita
merujuk gereja mula-mula, kata itu diartikan bebas sebagai pemimpin.
Sebutan pendeta, yang dipakai kemudian mengacu kepada sifat dari
jabatan, bukan kepada individual.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika kita merujuk sejarah, Kristen
Indonesia yang memakai pendeta. Kata pendeta lebih dekat dengan sebutan
pandita dalam tradisi Hindu. Pandita berubah lapal menjadi pendeta
[bahasa Batak:Pandita]. Dalam agama Hindu kata pendeta memiliki kekuatan
yang mengikat umat. Pandita adalah insan yang suci. Dilihat dari
kemampuannya memiliki pengetahuan, sikap, dan prilaku yang baik
sehari-hari. Bahkan, keputusan ucapannya yang bijaksana.<br />Pendeta
[bahasa Sanskerta: Pandita] berarti brahmana, guru agama dalam tradisi
Hindu atau Buddha. Ucapan pandita adalah suara kebenaran, atau darma.
Karena itu, ada empat sifat pandita yaitu: Pertama, Sang Satya Wadi
artinya selalu membicarakan kebenaran. Kedua, Sang Apta artinya selalu
dapat dipercaya. Ketiga, Sang Patirthan artinya tempat memohon
kesucian. Empat, Sang Penadahan Upadesa artinya pandita memiliki
kewajiban memberi pendidikan moral kepada masyarakat. Oleh karenanya,
pandita disebut Adi Guru Loka yaitu guru utama dalam lingkungan
masyarakat.<br />Pandita, berpaling dari pengertian “bhisama.” Lagi-lagi
dalam agama Hindu, pada bait kakawin Ramayana disebutkan bahwa bhisama
berarti bahaya untuk dilanggar karena bhisama sesuatu yang menakutkan.
Berasal dari buah pikiran pandita suci. Artinya ucapan pandita harus
ditaati. Pandita juga kata lain daripada pandito, diartikan penempa.
Ibarat mpu, si penempa keris dari baja; menempanya di tungku
perapian. Padanan istilah pendeta untuk agama Islam disebut ustadz,
untuk Kristen Katolik adalah pastor, sedangkan untuk Buddha adalah
biksu [bahasa Hokkian: boksu].</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Tradisi Kristen Indonesia
sesungguhnya mengadopsi bahasa Sansekerta, pandita menjadi pendeta.
Tidak ada yang salah! Di Minangkabau ulama Islam pernah dipanggil
pendeta seperti yang terekam dalam novel Marah Roesli, Siti Noerbaya,
itu. Pendeta diartikan memiliki kewajiban untuk menentukan suasana dalam
jemaat, sehingga jemaat dapat lebih giat memenuhi panggilannya.
Penuntun sebuah komunitas yang belajar-mengajar. Pendeta adalah pengajar
jemaat. Ia, juga merupakan seorang pengajar khusus, dimana sang pandito
berjibaku melibatkan diri secara langsung.<br />Alih-alih ucapan pandeta
berisi petunjuk, aturan yang bertujuan untuk menata, memantapkan, dan
mengarahkan umat. Dalam ruang yang lebih luar berarti
penuntun umat. Seorang pendeta mesti mengerti kitab suci, itu satu hal.
Hal lain, yang tatkala penting tata pri kehidupannya. Ia, bukan hanya
ketika berada di atas mimbar suci dalam tanda petik, tetapi
integritasnya diuji di lakon kehidupan sehari-harinya. Maka,
kepatutannya memperlihatkan sikap mulia.<br />Sang pendeta, pemberian
sabda didasari oleh pengalaman nyata bersama Tuhan-Nya. Dalam tuntunan
agama, merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan dipakai sebagai
acuan umat. Dan, yang pertama dan yang utama yang menjadi kekuatan di
dalam diri pendeta adalah keyakinannya. Jauh di dalam lubuk hatinya,
bahwa Tuhan telah memanggil dia menjadi seorang pelayan, bukan untuk
dilayani. Jika itu melekat, dialah sang pendeta penuntun umat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Alkitab
dengan gamblang menyebut seorang pelayan Tuhan [pendeta] adalah seorang
manusia Tuhan. Walau pastor dan pendeta itu hanya jabatan, bukan gelar,
karena nantinya setelah selesai mengembankan tugasnya gelar itu bisa
pensiun disebut emeritus [bagi perempuan disebut emerita]. Pendeta yang
bagi gereja tertentu, mengizinkan pendetanya bertugas seumur hidup.<br />Khotbah
yang terbesar, yang termulia, dan yang terbaik dari yang pernah
disampaikan oleh seorang pendeta adalah melalui contoh hidupnya sendiri.
Ralp Waldo Emerson berkata, “Apa yang kamu sampaikan begitu nyaring,
saya tidak dapat mendengar apa yang kamu katakan.” Tidak ada seorang-pun
yang dapat berkotbah lebih tinggi dari suara tangisan terhadap contoh
hidupnya sendiri.<br />Tetapi, umumnya gereja-gereja menetapkan batasan
masa seorang pendeta. Yang hendak tidak bisa dilupakan jabatan pendeta
itu jabatan yang diurapi Tuhan. Belakangan emeritus sendiri menjadi agak
samar, karena ucapan emeritus yang dulunya disematkan pada pendeta,
kini di kalangan akademik juga menyebut emeritus bagi professor atau
guru besar yang pensiun.<br />Mengatakan “lakukan apa yang saya katakan”
itu yang diucapkan, pendeta. Tetapi alangkah menghujam hinggap menusuk
sampai ke hati kalimat Yesus “Perbuatlah seperti yang saya lakukan.”
Paulus juga pernah katakan, tidak pernah berhenti menyerukan hal itu,
tanpa sebuah keegoisan, untuk mengajak orang-orang yang percaya
mengikuti keteladan dalam mencontoh hidupnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Jadi, kalau pendeta
yang tidak menunjukkan sifat baiknya. Pelayanannya melenceng dari tugas
mengarahkan umat, maka patut juga dipertanyakan, yang salah adalah
lembaga tempatnya digembleng. Dari mana asal-usulnya, latar belakangnya
lembaganya. Kata lain, dari mana asal sekolah sang pendeta tersebut.<br />Para
calon tokoh pemimpin umat itu harus dilatih dengan keras. Para pendeta
[pandito]terlebih dahulu digembleng sebelum diberikan tugas. Dulu,
cerita pewayangan para panggawa pun harus melewati kancah candradimuka.
Cerita pewayangan yaitu tentang cerita Gatotkaca, di mana Gatotkaca
direbus dulu di dalam kawah candradimuka, setelah proses itu akhirnya
dia memiliki kesaktian otot kawat tulang besi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ada pelatihan disiplin
bagi mereka yang hendak memimpin umat. Orang yang didik dengan baik
dalam candradimuka itu adalah orang yang baik. Sebaliknya pandito yang
tidak pernah dididik dengan kedisiplinan terlihat. Calon pandito seperti
ini nggak pernah merasakan dikerangkeng, menderita. Kalau tidak pernah
dirasakan dipanaskan di atas tungku. Bagaimana menahan sakit! Tungku
itu, zaman mondern ini disebut sekolah tinggi teologia. Tempat
persemaian hamba-hamba Tuhan. Tetapi lihat, kalau mau jujur lulusan
sekolah tinggi teologia seringkali tidak diperhitungkan, atau diberikan
hak lebih layak dari lulusan lain.<br />Itu juga barang kali, konon,
katanya, orang Kristen menganggap bahwa sekolah teologia adalah tempat
orang-orang yang terakhir. Orang-orang yang tidak lulus seleksi
perguruan tinggi biasanya pelariannya mendaftar ke sekolah teologia. Itu
bisa dilihat, sejak tahun 80-an penerimaan mahasiswa sekolah tinggi
teologia selalu dibuat terakhir. Untuk apa? Menunggu calon mahasiswa
“buangan” yang tidak diterima di universitas. Ini salah kaprah!</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-77519156369058307082013-05-06T17:42:00.002+08:002013-05-06T17:42:31.574+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px;">
Seandainya JK</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
<br /></div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Seandainya JK.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7222&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Seandainya JK" />
</div>
<div align="justify">
Oleh: Victor Silaen<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
PILIHAN-pilihan
politik kerap tak bisa dikategorikan sebagai ”yang paling benar” dan
sebaliknya ”yang paling salah”. Kecuali dalam kasus tertentu, seperti
tahun silam saat warga Jakarta memilih Jokowi-Ahok atau
Foke-Nara. Lha sudah tahu Foke itu terduga korupsi (minimal ada 10
laporan korupsi yang masuk ke KPK, belum lagi yang bersumber dari
kasak-kusuk di warung tegal dan arisan keluarga), kok masih dipilih
juga? Makanya, komunitas Kristen yang mendukungnya seraya mendoakannya
di mimbar gerejawi itu cuma dua kemungkinannya: tak berwawasan sama
sekali dan/atau punya kepentingan tertentu dengan Foke.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terkait itu,
mungkin sebagian besar kita kecewa dengan kinerja Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY). Bayangkan, karena sikap ragu dan lambannya,
nama SBY kerap dipelesetkan menjadi Soslow Bimbang Youdontyouknow atau
dipendekkan menjadi Presiden Susi. Apa boleh buat, itulah konsekuensi
logis seorang pemimpin yang untuk partai sigap turun-tangan tapi untuk
rakyat siap angkat-tangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena kekecewaan yang begitu besarnya,
ada orang yang lantas berpikir begini: ”Coba dulu seandainya kita
memilih JK.” Maksudnya, kalau JK (Jusuf Kalla) menang, dia pasti lebih
baik ketimbang SBY yang kurang baik? Hmm... saya ragu. Bacalah berita
yang dikutip dari beberapa situs dan media sosial ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jumat (1/3)
sore kemarin, Pak JK memimpin rapat DMI (Dewan Masjid Indonesia).
Sehabis mahgrib ia cerita bahwa baru saja ceramah di Makasar dalam
konferensi gereja di hadapan 700 pendeta. Dalam sesi tanya-jawab ada
yang tanya tentang GKI Yasmin di Bogor. JK menjawab: “Anda ini sudah
punya 56.000 gereja di seluruh Indonesia, tidak ada masalah, seharusnya
berterima kasih. Pertumbuhan jumlah gereja lebih besar daripada masjid,
kenapa urusan satu gereja ini Anda sampai bicara ke seluruh dunia?
Toleransi itu kedua belah pihak, Anda juga harus toleran. Apa salahnya
pembangunan dipindah lokasi sedikit saja. Tuhan tidak masalah kamu mau
doa di mana. Izin membangun gereja bukan urusan Tuhan, tapi urusan wali
kota.” </div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu ada lagi yang bertanya begini: ”Mengapa di
kantor-kantor mesti ada masjid?” JK pun menjawab tegas: ”Justru ini
dalam rangka menghormati Anda. Jumat, kan tidak libur. Anda libur hari
Minggu untuk kebaktian. Anda bisa kebaktian dengan lima kali shift,
ibadah Jumat cuma sekali. Kalau Anda tidak suka ada masjid di kantor,
apa Anda mau hari liburnya ditukar: Jumat libur, Minggu kerja? Pahami
ini sebagai penghormatan umat Islam terhadap umat Kristen.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam
acara lain, Launching Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia
2012, di Hotel Akmani, Jakarta (7/3/2013), mantan wakil presiden
2004-2009 ini juga mengatakan toleransi di Indonesia sangat baik. Hal
ini bisa dilihat dan dibuktikan dari beberapa perspektif. Hari libur
nasional adalah hari libur semua agama. “Ini tidak terjadi di negara
mana pun di dunia,” ujar JK.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sisi kepemimpinan, lanjut JK, tahun
2007 ada sepuluh gubernur yang non-muslim dari 33 gubernur di
Indonesia. Saat ini ada delapan gubernur. Dari sisi pemerintahan, pada
zaman Orde Baru, semua kementerian penting pernah dijabat oleh
non-muslim. Hal ini merupakan sesuatu yang mungkin tak pernah terjadi di
Amerika Serikat sekalipun, bahwa ada kementerian strategis dipegang
oleh muslim selaku minoritas di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang, JK lebih tegas dan
lebih cepat ketimbang SBY. Kita rindu pemimpin berkarakter seperti itu,
alih-alih pemimpin seperti “bebek lumpuh” dan takut mengambil risiko
pula. Tapi, kalau yang lebih cepat itu termasuk juga cepat bicara, bukan
tak mungkin suatu saat dia memperlihatkan keaslian dirinya. Dan
sayangnya keaslian itu justru ngacodan ngawur. Akhir Juni 2006,
misalnya, JK pernah membuat pernyataan soal janda-janda di Puncak, Jawa
Barat, yang kawin kontrak dengan para lelaki Arab Saudi. Saat itu ia,
selaku wakil presiden, tengah berbicara dalam Simposium Strategi
Pemasaran Pariwisata di Kawasan Timur Tengah di hadapan para pengusaha
turisme. JK berkata: “Kalau ada masalah janda di Puncak, itu urusan
lain. Jadi, orang-orang Arab yang mencari janda-janda di kawasan Puncak
bisa memperbaiki keturunan. Nanti bisa mendapat rumah kecil, rumah BTN.
Ini artinya kan sah-sah saja. Walau kemudian para turis tersebut
meninggalkan mereka, ya tidak apa-apa. Karena anak-anak mereka akan
punya gen yang bagus bisa menjadi aktor-aktris TV yang cakep-cakep.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kutipan
pernyataan JK itu muncul di halaman depan The Jakarta Post. Pembaca
harian ini meliputi kaum intelektual, diplomat dan kalangan
internasional. Tak pelak, aktivis perempuan pun angkat suara. Sekitar 70
organisasi perempuan, termasuk Fatayat Nahdlatul Ulama, Institut Ungu,
Kalyanamitra dan Srikandi Demokrasi Indonesia, langsung menggelar
pertemuan media di Jakarta. Kaukus Perempuan -- kumpulan semua
legislator perempuan di DPR -- berniat memanggil JK.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ucapan JK itu
ternyata juga dikutip berbagai media internasional, dari yang berbahasa
Inggris hingga Mandarin, dari Jerman hingga Arab. Maka, kantor wakil
presiden pun segera menggelar pertemuan pers guna meredakan kemarahan
orang. Saat itu JK mengakui itu hanya “kelakar”. Ia sama sekali tak
punya keinginan merendahkan perempuan. Benarkah? Bukankah apa yang
terucap mencerminkan apa yang terpikir? Dan kalau seperti itu pikiran
JK, tidakkah itu berarti dia tipikal lelaki peleceh perempuan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah,
sekarang mari kita bicara soal toleransi di Indonesia. JK benar bahwa
rumah ibadah di mana-mana bertambah. Tapi, apa karena itu lalu rumah
ibadah yang sudah sah izinnya bisa direlokasi begitu saja? Apa lantaran
itu lalu GKI Yasmin bisa seenaknya saja disegel dan lalu disuruh pindah?
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini soal hukum Pak JK. Jadi, kalau benar Anda negarawan, bicaralah
dalam koridor ini – jangan malah seperti preman yang sering melanggar
hukum. Tidakkah Anda paham bahwa Mahkamah Agung, sebagai lembaga
pengadilan tertinggi di negara ini, tahun 2009 sudah memutuskan GKI
Yasmin berhak atas rumah ibadahnya yang telah memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) sejak 13 Juli 2006 itu? Keputusan MA yang
telah inkracht (berkekuatan hukum tetap) itu selanjutnya diperkuat oleh
Rekomendasi Ombudsman RI tahun 2011, bahwa tindakan penyegelan oleh Wali
Kota Bogor Diani Budiarto merupakan sebentuk mal-administrasi. Tidakkah
itu lebih dari cukup untuk menjamin secara hukum bahwa jemaat GKI
Yasmin berhak atas rumah ibadahnya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, Pak JK, kalau mau bicara
soal toleransi, jangan abaikan soal hukum. Sebab kalau tidak, saya
kuatir yang dibicarakan sebenarnya adalah kompromi atau negosiasi. Itu
politik, bukan hukum. Ingat, Indonesia adalah negara hukum
(rechtsstaat). Itu berarti, hukum harus menjadi panglima di negara ini.
Sekali lagi, kalau benar Anda negarawan, bicaralah dan berbuatkah demi
tegaknya supremasi hukum. Salah satu faktor perusak Indonesia dewasa ini
kan karena penegakan hukum dan aparat hukumnya berjalan simpang-siur.
Bukan begitu, Pak JK?</div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, soal Jumat kerja Minggu libur, mengapa
Anda mengatakan itu sebagai penghormatan umat Islam terhadap umat
Kristen? Lucu sekali. Tidakkah itu merupakan penyesuaian Indonesia
kepada dunia internasional yang telah berabad-abad menetapkannya sebagai
sesuatu yang konvensional? Ataukah, kalau Anda jadi presiden, Minggu
akan Anda jadikan hari kerja sedangkan Jumat hari libur?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pak JK, saya
kira kita harus terbuka menerima hasil pelbagai survei selama ini:
bahwa Indonesia memang kian intoleran dari era ke era. Berita dari
situs tempo.co(5/6/2012), yang mengutip hasil survei lembaga studi
Center of Strategic and International Studies (CSIS) menunjukkan,
toleransi beragama orang Indonesia tergolong rendah. “Masyarakat
menerima fakta bahwa mereka hidup di tengah keberagaman. Tapi mereka
ragu-ragu menoleransi keberagaman,” kata Kepala Departemen Politik dan
Hubungan Internasional CSIS, Philips Vermonte, dalam diskusi bertajuk
“Demokrasi Minim Toleransi”, 5 Juni 2012. Philips mencontohkan,
masyarakat menerima kenyataan hidup bertetangga dengan orang yang
berbeda agama. Tapi, masyarakat relatif enggan memberikan kesempatan
kepada tetangganya untuk mendirikan rumah ibadah. “Ini menunjukkan
tingkat toleransi beragama masyarakat ternyata masih rendah,” kata
Philips.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terkait itu tak heran jika Indonesia menjadi sorotan
sejumlah negara dalam Sidang Universal Periodical Review (UPR) 2nd Cycle
di Jenewa, 23 Mei 2012. Bukankah fakta bicara bahwa dari era ke era
selalu ada saja gereja yang dirusak/ditutup paksa? Bahkan di era SBY
(2004-2010), ada sekitar 2.442 gereja yang mengalami gangguan berupa
perusakan dan penutupan paksa. Itu baru gereja, belum termasuk rumah
ibadah umat lain semisal Ahmadiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Human Rights Watch
(HRW) dalam World Report 2013 menyebutkan, selama 2012
Pemerintah Indonesia gagal membela minoritas agama yang terancam dan
para aktivis damai yang dipenjara karena pandangan politik mereka.
Sepanjang 2012, menurut HRW, Pemerintah Indonesia kurang mengambil
tindakan yang memadai terhadap para militan Islam yang memobilisasi
massa untuk menyerang kelompok minoritas agama. Hal senada dikatakan
oleh Setara Institute, bahwa serangan terhadap minoritas agama meningkat
dari 144 kasus pada 2011 menjadi 264 kasus pada 2012. Puluhan
peraturan, termasuk surat keputusan bersama menteri tentang pembangunan
rumah ibadah, menyuburkan diskriminasi dan intoleransi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, Pak JK,
lebih bijaklah jika kita dengan rendah hati mengakui bahwa ada yang
salah di negara ini terkait meningkatnya intoleransi dewasa ini. Saya
percaya Anda bisa mencari faktor-faktor penyebabnya.</div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8408725679230028366.post-84630567315552866072013-05-05T23:28:00.000+08:002013-05-05T23:28:02.968+08:00<h3 style="margin-bottom: 0px; text-align: center;">
Teladan Kepemimpinan Yoshua</h3>
<div class="date1" style="margin-bottom: 15px; margin-top: 2px;">
</div>
<div style="float: left; margin-bottom: 5px; margin-right: 10px;">
<img alt="Teladan Kepemimpinan Yoshua.jpg" border="0" class="thumb" src="http://reformata.com/includes/image.php?m=news&id=7181&w=298&h=220" style="margin-bottom: 5px;" title="Teladan Kepemimpinan Yoshua" />
</div>
<div align="justify">
“Pilih
Tuhan atau Pilih Berhala”, ungkapan lugas, jelas dan tegas dari Yoshua,
seperti disebut dalam Yosua 24:14-18. Sebuah ungkapan yang jika ditilik
dalam konteks kepemimpinan yang tegas akan mendapat makna
luar biasa. Ketegasan seperti Yoshua perlu juga dimiliki oleh para
pemimpin, khususnya pemimpin gereja. Bukan hal mudah mengambil sikap
yang tegas di tengah-tengah bangsa Israel yang sulit diatur. Apalagi
jika melihat sejarah kelam bangsa Israel yang begitu dinamis, penuh
dengan perlawanan, pertobatan dan kembali tidak setia terhadap Tuhan
yang telah membebaskan mereka. Tidak cukup sekali, bangsa Israel lari
dari Tuhan, jatuh-bangun relasi Israel dengan Tuhan. Perselingkuhan
dengan berhala; berbelok ke kiri ke kanan semaunya; lari dari jalan
Tuhan, membuat Tuhan betul-betul murka terhadap mereka. Semua yang
terjadi atas bangsa Israel menjadi pembelajaran penting bagi seorang
Yoshua dalam kepemimpinananya kelak. Sejarah moyangnya menjadi hal
penting bagi Yoshua untuk mengerti hakikat dari kepemimpinan dalam
kebenaran dan kepemimpinan yang tegas. Pemimpin yang tegas seperti
diteladankan oleh Yoshua tampak dalam hal-hal berikut:</div>
<div align="justify">
<br /></div>
1. Tegas Pilihan Warnanya<br /><div style="text-align: justify;">
Orang
kristen, apalagi dia seorang pemimpin harus benar-benar menentukan
dengan jelas “warna” apa yang dia pilih. Putih, merah, hitam atau
abu-abu; menjadi Kristen atau nonkristen, campuran keduanya, atau ada
bentuk lain lagi, yang terpenting dan terutama adalah kejelasan
warnanya. Termasuk juga keharusan menentukan warna, apakah gereja
sebagai lembaga hendak benar-benar dijadikan sebagai gereja atau
perusahaan. Hal ini penting, sebab gereja seringkali nampak tidak ada
bedanya dengan yayasan. Gereja bahkan tak jauh beda dengan perusahaan.
Pengaturan keuangan, posisi keuangan, bagaimana pertanggungjawabannya
menjadi penanda kondisi ironi gereja. </div>
Secara filosofis tentu saja
hal ini salah kaprah. Betul, uang memang diperlukan untuk mengelola
gereja, tapi tidak sama dengan gereja hidup karena uang. Jika demikian
lalu di manakah Tuhan sang empunya gereja itu. Masakan Tuhan tidak
dapat memperlengkapi gereja dengan cara-Nya. Karena itu yang diperlukan
hanyalah ketaatan kepada Dia dengan sungguh-sungguh, maka Allah pasti
akan mengirimkan kebutuhan itu<br /><br />2. Tegas Posisi<br /><div style="text-align: justify;">
Setiap pelayan
Tuhan, entah itu Pendeta, Pengurus atau Majelis gereja perlu benar-benar
tegas dalam menentukan posisinya, termasuk tujuan apa yang hendak
dituju ketika jabatan itu disandang. Sebab dengan jabatan itu orang
mudah saja mendapuk diri sendiri sebagai Bos atas lainnya. Sebagai
orang penting dalam suatu lembaga seperti gereja mudah saja dia mengatur
orang seenaknya. Pendeta ataupun majelis sesungguhnya adalah pelayan
Tuhan. Sejatinya semua orang, baik itu Jemaat, Majelis pun Pendeta
adalah pelayan atas Tuhan, sang pemilik gereja. Dialah Kristus Yesus
itu. Maka tidak satu orang pun berhak mengatakan “ini gereja saya, saya
yang bangun ini”. Lebih menyedihkan lagi, jemaat, atau orang-orang
menganggap ini bukan sebagai hal yang penting. Bahkan
cenderung permisif, jika itu masih ada dalam naungan kata “pelayanan”,
dengan dalih ini dan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentu saja hal seperti ini sangat
membingungkan. Bagaimana mungkin hal itu disebut pelayanan jika
ketidakbenaran dibiarkan. Semua orang di dalam naungan sebuah lembaga
gereja, atau gereja secara organis adalah pelayan. Tetapi tidak berarti
boleh ada pelayan yang murahan. Jika di luar sana tidak dapat berbuat
apa-apa, tidak diterima di mana-mana, lalu mendadak masuk dalam dunia
pelayanan dan berharap diterima. Melayani sudah sepatutnya dengan baik
dan maksimal. Semua melayani dengan profesional, dengan otak yang Tuhan
beri. Juga makasimal dengan harta yang Tuhan perbolehkan kita nikmati. </div>
<br />3. Jelas Tujuan.<br /><div style="text-align: justify;">
Jikalau
warna seorang pemimpin sudah tidak jelas, lalu posisinya pun tidak
tegas, hendak dibawa kemana kepemimpinan dan orang yang dipimpin? Maka
tidak perlu heran jika di kemudian hari tujuannya pun melenceng, lalu
muncul kesulitan, bahkan menghadapi banyak benturan. Nasi sudah menjadi
bubur. Sudah terlanjur. Menghadapinya tak perlu kemudian menjadi
cengeng, kompromisitis, apalagi menjadi bunglon. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sadar atau tidak,
tanpa tujuan yang jelas, pemimpin justru membawa gereja menjadi bunglon,
menjadi mirip dengan dunia. Meng-copy-paste tradisi dunia bahkan
menjadi sesuatu yang lumrah saja. Bagaimana orang dunia menyanyi, itu
yang ditiru. Bedanya hanya ada pada liriknya saja. Di dunia sana
liriknya bicara tentang diri, tentang aku dan kekuatanku, di sini,
gereja berbicara tentang Yesus Tuhanku. Padahal, sebetulnya spirit yang
berlaku sama saja. Semua sama-sama mencari kenikmatan diri semata,
tanpa memikirkan kesejatian pujian adalah menyenangkan Tuhan. Tujuan
Gereja secara umum adalah menyenangkan Tuhan, bukan menyenangkan
diri. Saya ke gereja untuk menyenangkan Tuhan, dan bukan malah meminta
untuk disenangkan, dipenuhi kebutuhan psikologis dan emosinya.
Menghadapi kondisi ketidak-jelasan tujuan diperlukan teladan pemimpin
dan kepemimpinan ala Yoshua. </div>
<div style="text-align: justify;">
Yoshua dengan tegas menantang seluruh
Israel, memilih berhala atau Allah. Memilih cara dunia atau cara
Kristus. Tuhan bagi Yoshua tidak boleh dinomorduakan. Maka dengan
tegas dia berkata: “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada TUHAN”. Patut diacungi jempol apa yang dilakukan oleh
Yoshua. Pilihan tegasnya didasarkan pada kesadaran yang mendasar, bahwa
hidupnya dan keluarganya adalah benar-bbenar seutuhnya milik
Allah. Hidup untuk melayani Allah. Bukan sekadar pilihan sikap
basa-basi semata, tapi benar-benar Yoshua tunjukkan dalam sikap
hidupnya. Untuk itu, sebuah ketegasan perlu sikap hidup yang benar.
Tidak ada cacat-cela yang dikemudian hari dapat ditunjukkan orang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dari
pilihan sikap dan ketegasan Yoshua ini dapat dipetik prinsip penting,
bahwa perilaku yang sejalan dengan kebenaran yang dihidupi memberikan
keberanian pada orang untuk bersikap tegas. Dan Yoshua sudah
melakukannya dengan jeli, dengan hebat. Sebab tuntuttan Alkitab
benar-benar sudah gamblang dan jelas “jangan serupa dengan dunia ini”. </div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh: Pdt. Bigman Sirait </div>
KIBAID KLASIS MAKASSARhttp://www.blogger.com/profile/18079543340150833886noreply@blogger.com0