Sabtu, 09 Februari 2013











Mengintip 'Gereja' Kaum Ateis di London
 
London - Sebuah tempat yang dijuluki sebagai gereja kaum ateis di London Utara, Inggris, kian ramai dikunjungi "umat"-nya. Diluncurkan bulan lalu, tempat ini disebut oleh Sanderson Jones, salah satu penggiatnya, sebagai "tempat untuk merayakan kehidupan".

Akhir pekan lalu, 300 orang mengunjungi gereja ini untuk bergabung dengan acara "kebaktian" Minggu. Alih-alih himne, atau mendengarkan khotbah, mereka mendendangkan bersama lagu-lagu Stevie Wonder dan Queen.

Menjelang tengah hari, pengunjung disilakan untuk mendengarkan presentasi dari seorang ahli fisika partikel, Dr Harry Cliff, yang menjelaskan asal-usul teori materi gelap. Namun, teori-teorinya yang rumit dibawakan secara santai, bahkan diselingi banyak ger-geran.

Jones menyatakan, kritik bahwa ateis tidak memiliki rasa adalah tidak benar. "Kami menundukkan kepala selama dua menit untuk berkontemplasi tentang keajaiban hidup," ujarnya. Ia menyatakan, kematian ibunya mempengaruhi perjalanan rohaninya: ia bertekad untuk mendapatkan hasil maksimal dari setiap detik waktu yang berjalan dan menyadari hidup terlalu singkat dan tidak ada yang datang setelah itu.

Pengunjung, umumnya adalah kaum muda kulit putih dari kelas menengah, satu per satu membuat penyataan mengapa mereka meninggalkan agama lamanya dan memutuskan menjadi ateis.

Namun, tak sedikit yang datang hanya untuk merasakan "sensasi" baru. "Ini adalah alasan bagus untuk menjalin kebersamaan dan memiliki sedikit semangat komunitas, tetapi tanpa aspek agama," kata Jess Bonham, seorang fotografer. "Ini bukan gereja, ini hanya kumpulan jemaat orang-orang yang tidak religius."

Jumlah orang yang menyatakan diri menjadi tidak beragama di Inggris meningkat lebih dari 6 juta orang sejak 2001, menjadi 14,1 juta menurut sensus terakhir. Angka inilah yang membuat Inggris negara yang paling sekuler di Barat.

Jones membenarkan hasil survei itu. Ia mengatakan mereka mulai kewalahan atas reaksi publik terhadap kemunculan gerejanya. Hampir tiap hari, katanya, pengunjung membanjir. Itulah sebabnya dia berpikir untuk membuka gereja yang sama di setiap kota di Inggris. "Saya ingin melakukan ini karena saya pikir itu akan menjadi hal yang indah," ujarnya.

Di seberang gerejanya, berdiri dua gereja lain, St Jude dan St Paul. Tiap pekan, gereja ini hanya didatangi sekitar 30-an orang jemaat, untuk menyanyikan lagu pujian dan mendengarkan pembacaan Alkitab.

Namun, pendeta Harrison, seorang pengkhotbah Kristen selama 30 tahun, mengatakan ia tidak melihat tetangga barunya sebagai ancaman. Ia percaya perjalanan rohani mereka akhirnya akan menuntun mereka kepada Tuhan. "Mereka hanya harus mulai dari suatu tempat," katanya. (DAP)


sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2013/02/05/117459182/Mengintip-Gereja-Kaum-Ateis-di-London


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.