DIMANA PERBEDAAN ISLAM DAN KRISTEN?
Apakah
Tuhan orang Kristen dan Islam berbeda? Karena sering kita mendengarkan
begitu. Padahal mereka percaya pada Tuhan yang menciptakan langit dan
bumi ini. Sebenarnya kesalahan ini dari mana? TRITUNGGAL yang diyakini orang
Kristen, itu membingungkan mereka, tapi bukan berarti mereka tidak
percaya pada Allah yang telah menciptakan mereka. Mengenai Nabi Muhamad
yang adalah nabi yang diikuti ajarannya, apakah karena itu terjadi
perbedaan keyakinan yang lebih mendalam? Bagaimana kita membangun
persamaan akan keyakinan pada Allah, supaya merekapun bisa memahami
TRITUNGGAl itu? Tak dapat disangkal bahwa perbedaan agama
seringkali menjadi sumber konflik berkelanjutan. Padahal, jika kita mau
jujur terhadap diri, dan keyakinan yang kita pahami, tak ada agama yang
mengajarkan konflik. Jikapun ada ruang, pada umumnya itu ada dalam
konteks pembelaan diri. Untuk soal Islam dan Kristen, mari kita urai
satu-persatu.
1. Jika pertanyaannya menyangkut apakah agama Islam dan
Kristen berbeda, maka jawaban sudah jelas, berbeda. Namanya sudah
menunjukkan perbedaannya. Di Indonesia saja kita mengenal lebih dari
satu agama dengan masing-masing pengikutnya. Semua agama memiliki
keunikannya, dan menjadi iman pengikutnya. Dalam dialog antar umat
beragama, kita mencari persamaan yang mungkin disinergikan dalam rangka
hidup bersama dalam kedamaian. Namun soal keunikan dalam keberimanan,
tak mungkin disamakan. Itu sebab diperlukan kedewasaan umat dalam hidup
diperbedaan, untuk mencapai kebersamaan.
2. Namun jika pertanyaanya
menyangkut isu teologis, seperti soal Tuhannya sama atau beda, perlu
pemahaman yang jernih. Mari kita lihat agama Kristen dulu. Ada dua
bagian besar di sana yaitu, Katolik dan Protestan. Keduanya ber Tuhan
yang sama, namun ada perbedaan dalam memahami Tuhan yang sama. Ini kita
sebut sebagai sudut pandang teologis. Namun lebih lanjut, di kalangan
Protestan sendiri terdapat perbedaan pandang, tergantung dari
denominasinya. Jadi kekayaan pandang yang ada sangat variable. Perlu
pengkajian mendalam.
3. Sebuah contoh perbedaan yang tajam di antara
Kristen Protestan Injili dan Liberal. Bagi umat Kristen injili, Yesus
Kristus adalah Tuhan yang juga manusia (Inkarnasi). Sementara bagi yang
Liberal, Yesus Kristus bukan Tuhan, Dia murni manusia biasa dengan moral
yang sangat tinggi. Bukankah ini perbedaan yang bertolak belakang? Tapi
inilah kenyataan perbedaan teologis yang terjadi di lingkungan
Protestan sendiri. Bisa dibayangkan dengan agama-agama lainnya.
4.
Sekarang kita mulai memperhatikan Kristen dengan Yahudi. Bagi orang
Kristen percaya kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub. Allah yang
dipercaya, sama dengan Allah agama Yahudi. Yahudi percaya Allah yang
sama, bahkan Alkitab PL nya sama, hanya susunan urutannya yang berbeda.
Tetapi, ketika kita berbicara tentang Yesus Kristus adalah Tuhan, maka
dengan segera akan menjadi sangat berbeda dengan Yahudi. Dengan tegas
mereka akan menolaknya, bukan hanya Yesus adalah Tuhan, termasuk Alkitab
PB. Jadi, jika ditanya apakah Allah Yahudi dan Kristen sama? Jawabannya
jelas sama. Tetapi kenapa mereka tidak menerima Yesus Kristus adalah
Tuhan, lagi-lagi perbedaan pandang teologis dan juga historis. Dan, juga
perlu diingat, Yahudi konflik dengan Kristen, dan cukup tajam, hingga
penangkapan dan pembunuhan para rasul. Ini adalah sebuah kenyataan dalam
realita beragama. Ini membuat kita tak serta merta bisa menjawab dengan
mudah. Harus diperhatikan latar belakang pertanyaan dan aspek lainnya.
5.
Sekarang soal Allah Islam dan Kristen, apakah Allahnya sama. Bagi
Islam, Allah adalah yang satu-satunya, yang menciptakan dan mengatur
alam semesta (Tauhid rububiyah). Juga satu-satunya Allah yang harus
disembah (Tauhid ubudiyah). Dan, Allah yang dipercaya umat Islam adalah
Allah Ibrahim (Abraham). Allah yang juga disembah oleh Yahudi dan
Kristen. Jika ditanya sama, maka secara sederhana jawabannya adalah
sama. Sama-sama percaya kepada Allahnya Abraham. Abraham ada jauh
sebelum Yahudi menjadi sebuah sistim agama (era Musa), begitu juga
Kristen, dan Islam yang lahir kemudian.
6. Jika ditanya
kenapa dalam kesehariannya berbeda, lagi-lagi ini soal tafsir teologis
kepada Allah yang satu itu (Allah Abraham). Kristen tak hanya beda
dengan Islam, tetapi juga dengan Yahudi. Ingat, perbedaan ini tidak
hanya meliputi wilayah agama Yahudi, Kristen, Islam, melainkan di
internal Kristen, juga ada perbedaan yang tajam.
7. Di sinilah
dituntut ketajaman berpikir seorang Kristen, sehingga tidak asbun.
Sekaligus ini menjadi proyek besar yang harus digarap demi puji hormat
nama Tuhan. Ini yang kita sebut sebagai apologetika, yang harus santun,
komprehensip, dan mencerdaskan.
8. Berbicara soal kesalahannya di
mana, rasanya cukup jelas, yaitu pada tafsir teologis. Dan ini akan
terus bergerak, bisa mendekat atau sebaliknya semakin menjauh. Sangat
tergantung pada kedewasaan dan sikap apriori yang harus dikikis.
9.
Untuk soal Nabi Muhhamad SAW, jangan lupa beliau adalah pendiri agama
Islam. Dan, Islam menerima juga kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Soal
adanya perbedaan, lagi-lagi soal tafsir. Jangankan antara Islam dan
Kristen. Dikalangan Islam juga sama, ada beberapa tafsir. Minimal ada
Islam Sunni, dan Shiah. Belum lagi yang lain seperti Islam Liberal,
Ahmadiyah, Bahai, Druz, dan yang lainnya, yang oleh Islam mayoritas
disebut bukan Islam.
10. Soal Tritunggal, jangankan dengan Islam, di
lingkungan Kristen sendiri ada banyak tafsir soal ini. Baik yang
menerima, tapi berbeda cara memahami. Termasuk ada juga yang menolak
seperti Saksi Yehova, juga Liberal.
Pertanyaan seperti ini memerlukan kajian lebih mendalam, topik pertopik, baik
teologis maupun historis. Dan itu tak mungkin bisa di ruang sempit
rubrik ini. Namun, jawaban di atas paling tidak sudah memberikan
gambaran garis besar menyangkut apa ditanyakan orang selama ini . Bagi Islam
Tritunggal tidak bisa diterima, karena dianggap kesalahpahaman
men-Tuhan-kan Isa Almasih (Yesus Kristus). Sementara dalam teologi
Kristen, Yesus Kristus adalah Tuhan yang menjadi manusia. Sebuah
prasuposisi yang sangat berbeda bukan? Ini yang terjadi, dan harus
dipahami dengan jeli. Perlu waktu berdiskusi dengan jernih, bukan
konflik. Membersihkan sikap praduga yang salah, membangun wawasan yang
luas, dan berdiskusi dengan damai dan cerdas. Tuhan memberkati.